30 January 2017

Review: xXx: Return of Xander Cage [2017]


"Damn, it feels good to be back."

Ketika ia membintangi ‘XXX’ hampir satu setengah dekade yang lalu mungkin karakter Xander Cage tampak kurang potensial sehingga tidak berada di dalam daftar prioritas yang Vin Diesel miliki. Alhasil pada sekuel yang rilis pada tahun 2005 karakter Xander Cage tidak kembali di mana posisi Vin digantikan oleh Ice Cube. Ya, mungkin setelah posisinya yang kini dapat dikatakan sedang hot setelah sukses besar Fast & Furious dan menjadi bagian dari Marvel Cinematic Universe Vin Diesel kemudian berpikir untuk kembali mencoba peruntungannya dengan karakter Xander Cage. Hasilnya, the return of Xander Cage! Pertanyaannya adalah is there still some magic left with xXx franchise?

NSA Agent Augustus Gibbons (Samuel L. Jackson) mencoba untuk merekrut agent baru, dan menariknya ketika ia sedang berbincang dengan Neymar Jr. (yes, that footballer) kemudian terjadi sebuah kecelakaan satelit dengan potensi bencana. Setelah itu kemudian muncul sebuah skuad (Deepika Padukone, Donnie Yen, Michael Bisping, dan Tony Jaa), mencoba mencuri Pandora's Box yang dapat mengendalikan satelit. Xander Cage (Vin Diesel) mendapati bahwa para pencuri tersebut merupakan anggota XXX, ia memilih membentuk sebuah skuad (Kris Wu, Ruby Rose, dan Rory McCann) dengan misi utama untuk mengalahkan Gibbons dan mendapatkan kembali Pandora’s Box.  


Well, harus diakui sinopsis di atas tadi tidak terkesan sangat buruk, formula yang dipakai oleh F. Scott Frazier juga tidak dapat dikatakan salah karena itu merupakan standar bagi film yang mencoba menyajikan kisah “ayo selamatkan dunia” sekarang ini, bahkan Marvel dan film-film superhero lainnya menggunakan standar tersebut. Tapi masalahnya adalah setelah lepas dari formula tersebut xXx: Return of Xander Cage terkesan tidak mau atau menolak untuk tampil “serius”. Menghadirkan komedi dan mencoba membuat penonton terpukau masih dapat dilakukan dengan cara yang tidak halus, not outrageous. Itu yang D. J. Caruso lakukan di sini, bersama dengan script yang tampak seperti tidak mau “mencoba” itu ia menghadirkan sebuah petualangan yang dipenuhi dengan “noise”. Awalnya memang menarik namun di tangan Caruso excitement yang mereka hadirkan terus menurun secara perlahan. 


Dari fights, bermain di tower, berseluncur di hutan, hingga yang paling gila yaitu aksi kejar dengan cara berselancar dengan tidak menggunakan alat transportasi air, xXx: Return of Xander Cage terus menerus mencoba menghadirkan berbagai kegilaan kepada penontonnya. Tidak semua terasa menjengkelkan, harus diakui dari begitu banyak aksi stunt ada dari mereka yang terasa menghibur, tapi seperti yang saya sebutkan tadi sebagai sebuah kesatuan mereka perlahan terasa tiresome. D. J. Caruso memang tidak mencoba membuat sebuah action film yang terasa serius di sini, banyak bagian yang bahkan terasa seperti sebuah parodi tapi meskipun menilai ini sebagai sebuah parodi hasilnya masih sama saja. Sangat jelas bagaimana xXx: Return of Xander Cage dibuat untuk tampak “gila” pada setiap momennya tapi di sini Caruso hanya bergantung pada usaha tampil berlebihan. 


Hasilnya dari cerita dan karakter semua tampak seperti kartun. Tentu saja tidak mengharapkan cerita dan karakter dengan emosi yang luar biasa dari film dengan tipe seperti ini namun at least mereka harus punya charm yang oke untuk membuat segala macam aksi parodi tadi menjadi menarik untuk diikuti. xXx: Return of Xander Cage tidak punya itu, sesuatu yang sangat disayangkan karena cast berisikan beberapa nama beken seperti Deepika Padukone, Donnie Yen, dan juga Tony Jaa. Ketika karakter dan cerita tidak mampu mempesona hal yang sama juga dialami bagian teknis, dalam hal ini tentu jualan utamanya yaitu action. Mereka generik dengan wow power yang terasa tipis, fast paced yang terkadang mencoba menutupi kekurangan mereka dengan bantuan loud music serta memberikan penonton berbagai gambar dari tubuh para wanita cantik, para babes yang memang sejak awal tampaknya telah di set untuk menjadi fokus untuk diekspos. 


Di sini Caruso mencoba melakukan apa yang Michael Bay lakukan dengan para mobil dan robot itu, tapi sayangnya gagal akibat terlalu bergantung pada usaha tampil “berlebihan” serta pesona dari Vin Diesel. Kedua hal itu gagal bersinar dengan baik di sini sehingga upaya tadi itu justru membuat xXx: Return of Xander Cage menjadi sebuah petualangan yang dipenuhi dengan “noise”. Sebagai sebuah parodi ini tidak super buruk tapi sayangnya taste yang ia hadirkan terasa kurang menarik, berawal dari global threat penonton hanya bertemu dengan berbagai aksi gila yang perlahan terasa “melelahkan”. Ending film ini terasa seperti mencoba pintu agar kelanjutan dari kisah Xander Cage tetap terbuka, tapi dengan kegagalan xXx: Return of Xander Cage menjadi action film yang terasa appealing apakah kelanjutan tersebut layak untuk diharapkan? Segmented.












0 komentar :

Post a Comment