"If you’re not scary, what kind of a monster are
you?"
Dibalik rasa bahagia dengan kembali hadirnya dua
karakter monster yang telah menjadi bagian masa kecil bersama Woody & Buzz
cs, timbul pula sebuah pertanyaan dari keputusan Pixar untuk menghidupkan
kembali kesuksesan yang pernah mereka raih 12 tahun lalu. Sudah tertidur begitu
lama, satu dekade lebih, apa yang ingin mereka sampaikan lewat Monsters University, apalagi dengan
label prequel yang dibawa? Apakah mereka sudah kehabisan ide, mencoba mengulang
kesuksesan Toy Story 3, atau sebatas
pembuktian rasa penasaran dari kegagalan Cars
2? Ya, sometimes, legend doesn't need
to be touched again, just leave them sleep forever.
Mundur sangat jauh ketika Michael "Mike" Wazowski masih berada di awal
kehidupannya, dan melakukan tur studi ke Monsters
University. Sejak saat itu hanya satu impian yang ingin ia capai, masuk ke
MU, dan masuk ke jurusan yang dapat menjadi jalan masuk untuk meraih impiannya
menjadi monster yang paling ditakuti, scaring. Namun semua tidak mudah, karena
ketika telah 17 tahun dan berhasil masuk ke MU, Mike (Billy Crystal) harus berhadapan dengan aturan yang sangat
ketat dari Dean Hardscrabble (Helen
Mirren), kepala sekolah Monsters University, hingga penerapan persaingan
sistem berkelompok.
Pada akhirnya Mike dengan berat hati bergabung
dengan sebuah kelompok “buangan” yang menamai diri mereka Oozma Kappa, agar dapat ikut dalam sebuah kompetisi yang menjadi
sarana satu-satunya untuk mewujudkan mimpinya, serta menjadi pembuktian kepada
Hardscrabble. Sayangnya ia telah ditinggal roommate barunya, Randall "Randy" Boggs (Steve
Buscemi) yang telah menemukan impiannya untuk menjadi sosok keren dan
terkenal. Semua semakin berat karena disisi lain Mike harus menerima sosok yang
sudah menjengkelkan dirinya sejak awal, James
P. "Sulley" Sullivan (John Goodman), untuk menjadi anggota tim.
Dengan penuh ketidak cocokan mereka bersatu untuk meraih mimpi mereka.
Pertanyaan tadi sebenarnya langsung memberikan
penontonnya sebuah gambaran umum dari tujuan utama mereka menghadirkan kembali Wazowski dan Sullivan, salah satu kombinasi karakter animasi yang memikat dengan
sebuah ciri khas yang begitu kuat. Ini seperti upaya dari Pixar untuk menarik kembali penonton yang telah menjadi fans dari
film ini kedalam kisah awal dari para karakter, sebuah proses penjelasan dari
perjuangan hidup Wazowski dan Sullivan, serta mencoba menghibur dengan cerita
yang lebih sederhana dan tema yang mungkin sangat tepat, sebuah coming-of-age, yang
membalut proses studi karakter.
Apakah diawali dengan memuaskan? Ya. Daniel Gerson, Robert L. Baird, & Dan Scanlon mengambil keputusan yang
cukup tepat untuk memulai petualangan Wazowski dan Sullivan, terlebih dengan
menjadikan mereka berdua sebagai musuh yang jatuh dalam problema yang sama, dan
terpaksa melepaskan rasa ego untuk berjuang bersama. Sebagai penonton anda akan
merasakan bagaimana sebenarnya keintiman yang mereka miliki sejak masih muda,
terlebih dengan karakter yang dikembangkan oleh Dan Scanlon dengan rapi dan kuat namun tetap ringan dan cukup
menghibur dengan berbagai sarkasme, meskipun segmented dan mungkin terasa berat bagi penonton muda.
Hal yang sama terjadi di bagian visual, sebuah
arena bermain dimana Pixar telah
dilabeli sebagai inovator. Apa yang anda harapkan dari kombinasi Disney dan Pixar masih ada, penuh warna yang mewah dan memanjakan mata, dan
yang terpenting berhasil menghadirkan penggambaran dari kehidupan kampus yang
imajinatif, terlebih dengan bantuan score
dari Randy Newman yang mengagumkan.
Kondisi yang serius kala belajar, serta sifat bebas dan sedikit nakal ketika
berada di luar jam belajar, dikemas dengan tepat dan efektif, tapi tidak pernah
gagal dalam menyampaikan pesan positif yang mereka usung lewat sisi positif dan
negatif yang karakter alami, ya meskipun (lagi) kinerja elemen ini akan terasa
lebih cocok untuk para remaja ketimbang anak kecil.
Lantas apa yang kurang dari Monsters University? Semua dimulai ketika pondasi telah terbangun,
bersumber dari keputusan yang para penulis ambil sejak awal. Penempatan dua
karakter utama pada kondisi berlawanan dalam sebuah misi yang kuat berdampak
pada timbulnya sebuah dinding pembatas yang sangat tinggi pada ruang cerita.
Hasilnya, kisah yang mereka hadirkan justru terlihat mulai goyah dan bingung
karena opsi yang mereka miliki untuk mengembangkan cerita yang begitu minim.
Terdapat beberapa kehadiran scene yang sebenarnya tidak membutuhkan durasi yang
besar, terasa kurang penting dan menarik dengan joke-joke yang mentah. Bahkan mereka
tampak berupaya untuk memamerkan kualitas visual
yang mereka punya dibagian itu. Yap, cerita yang predictable menjadi
penyebabnya.
Namun bukankah cerita yang predictable merupakan hal lumrah dari sebuah film animasi? Memang
benar, asalkan tidak memberikan dampak yang buruk pada enjoyment cerita, hal
yang sayangnya dialami oleh Monsters
University. Ini justru perlahan mulai tampak seperti sebuah kasus yang
serius dengan upaya menyampaikan pesan dan sisi emosional karakter. Tidak
tampak lagi para monster yang riang dan gembira, bermain serius dan gila dengan
energi yang tinggi, apalagi ketika berbagai joke yang ia miliki mulai stuck dan
boring. Benar, perlahan tapi pasti ini mulai membosankan, apalagi ketika ia
berakhir tidak ada pesan kuat yang hadir, tujuan utama diawal seperti hilang
begitu saja, dan 107 menit penuh visual menyenangkan ini terasa seperti
perjalanan yang kurang begitu penting.
Yang mengejutkan hadir dari pengisi suara. Sudah
satu dekade lebih, namun Billy Crystal
dan John Goodman masih mampu
menciptakan harmoni yang sangat kuat pada karakter Wazowski dan Sullivan.
Chemistry yang ditampilkan apik, rasa suka dan duka tersampaikan dengan baik. Peter Sohn, Joel Murray, Sean Hayes, Dave
Foley, dan Charlie Day tidak
dominan namun mampu menjadikan karakter mereka sebagai sisi lemah, walaupun
joke dari mereka mayoritas tidak berhasil. Namun ketika anda bertanya siapa
yang mampu menjadikan anda mengenal suara dari karakternya yang baru walaupun
dengan memejamkan mata, Helen Mirren
adalah jawabannya.
Overall, Monsters
University adalah film yang cukup memuaskan. Tampil memikat dibagian awal,
MU harus menerima pil pahit yang menjadikannya terjebak dan tidak berkembang
dalam konteks cerita. Tidak ada keceriaan dan joke yang bebas dan lepas ciri
khas Wazowski cs, korban dari keputusan MU yang mencoba tampil sedikit lebih
serius. Pamer sisi teknis sukses, visual mewah dan memukau. Namun jika
berkombinasi dengan cerita, MU adalah sebuah paket nonsense yang menjadikannya
sebagai disposable movie.
Untuk orang yang udah nunggu 10tahun untuk film ini, rasanya film ini agak kurang greget...
ReplyDeleteLebih keren kalo Disney bikin sequel dari Monster Inc. daripada bikin prequel kayak gini...
Tapi untuk penonton baru, khususnya anak kecil, film ini simple, lucu, penuh pesan moral.
(efek nonton bareng adek sepupu)
So, that 6.75 score was for an adult like us.
For a child, Disney movies (should) always get 9.
Hahahha :)))
@Adhitya Teguh Nugraha: tergantung ekspektasi awal emang, tapi MU agak jauh dari standard Pixar, terutama dari cara ia bercerita, boring.
ReplyDelete