31 August 2016

Review: Kubo and the Two Strings (2016)


“If you must blink, do it now.”

Sejak ikut ambil bagian di feature film 'Corpse Bride' sebelas tahun yang lalu Laika konsisten menghasilkan animasi yang mampu meninggalkan kesan “unik” yang membedakan mereka dari para kompetitor, menjaga tradisi stop-motion dan memadukannya dengan kecanggihan animasi untuk menciptakan sebuah family movie yang “halus” sebagai entertainment yang mampu menghibur berbagai golongan usia meskipun tema yang mature menjadi bagian di dalam cerita. Karya terbaru mereka, ‘Kubo and the Two Strings’, mencoba melakukan hal yang sama dan kali ini dengan mencampur budaya Jepang ke dalam sebuah petualangan berlandaskan magic. When ‘Kung Fu Panda’ meets Hayao Miyazaki, ‘Kubo and the Two Strings’ is one of the best animated films this year. Beware 'Zootopia'!

Kubo (Art Parkinson) merupakan pria muda yang dapat menciptakan origami hanya dengan memainkan alat musik shamisen, bekerja sebagai pendongeng dan di malam hari merawat ibunya yang sedang sakit dan bersembunyi di dalam sebuah gua. Kubo tidak boleh keluar di malam hari karena kata sang ibu arwah kakek Kubo, The Moon King (Ralph Fiennes), akan kembali ke bumi dan menculiknya. Suatu ketika setelah dilindungi oleh ibunya dari bibinya the Sisters (Rooney Mara), dibantu oleh Monkey (Charlize Theron) dan Beetle (Matthew McConaughey) Kubo diperintahkan oleh sang ibu untuk menemukan pedang dan baju zirah milik sang ayah yang dapat membantunya untuk mengalahkan arwah sang kakek.  


Ya, jika harus menggambarkannya secara singkat ‘Kubo and the Two Strings’ ini terasa seperti ‘Kung Fu Panda’ yang tampil dengan semangat Hayao Miyazaki serta ditampilkan dengan cita rasa stop-motion ciri khas Laika. Terdapat mitologi yang menarik di dalam cerita yang dikemas dengan baik oleh Travis Knight di debut penyutradaraannya ini, dibuka dengan memukau dalam gelombang ombak ‘Kubo and the Two Strings’ punya semacam magic dengan energi yang mampu membuat penonton terperangkap dengan mudah ke dalam kehidupan Kubo serta petualangannya itu. Sulit untuk tidak suka pada Kubo, dia penuh kasih dan perhatian namun juga memiliki sikap berani dibalik perawakan fun, menjadi karakter dengan pesona terkuat yang diciptakan oleh Laika setelah Coraline Jones. Dibantu oleh karakter pendukung yang juga tidak kalah menarik salah satu elemen terkuat film ini tentu saja visual, detail mereka manis dengan masing-masing karakter memiliki pesona yang menarik. 


Travis Knight juga berhasil menjaga excitement ‘Kubo and the Two Strings’ terasa stabil dan menarik hingga akhir lewat sajian visual, penuh warna dan terasa menggoda meskipun sesekali memasukkan tema yang sedikit lebih gelap ke dalam cerita. Di satu bagian kamu akan bertemu dengan nail-biting sequence, di sisi lain ‘Kubo and the Two Strings’ juga memiliki momen di mana emosi menjalankan tugasnya, dan di sisi lainnya lagi kamu bertemu dengan sedikit sentuhan komedi dengan banter antar karakter yang terasa menyenangkan, semua divisualisasikan dengan sangat oke oleh Travis Knight dan tim miliknya. Elemen teknis lain yang tidak kalah memikat adalah score, musik gubahan Dario Marianelli itu terasa cantik, terasa gripping dan sangat memorable serta banyak membantu terciptanya berbagai warna di dalam cerita seperti momen berisikan suka dan duka. 


Tapi meskipun memiliki visual yang memikat bagian terbaik ‘Kubo and the Two Strings’ justru terletak pada cara ia bercerita, cara ia mendongeng. Cerita ‘Kubo and the Two Strings’ merupakan kombinasi gelap dan terang, intinya berupa “magic” yang tampil dalam berbagai bentuk, dari yang lucu, touching, hingga tema yang lebih serius dengan menggunakan isu seperti keberanian, cinta, hingga ibu dan anak, mereka dicampur dengan manis oleh Travis Knight. Hal terbaik yang ia lakukan terhadap script ciptaan Marc Haimes dan Chris Butler yang terasa oke itu adalah ia mampu menjaga resonansi di setiap bagian cerita, bahkan ketika berurusan dengan isu tentang kematian dan penderitaan. Itu membuat irama dari alur cerita terasa mengalir dengan baik, narasi berhasil menyampaikan isu dengan cara yang energik tanpa lupa untuk sesekali mempermainkan imajinasi penontonnya dan tentu saja merawat “magic” to always keep them alive. 


Satu-satunya kekurangan dari ‘Kubo and the Two Strings’ meskipun tidak terasa mengganggu bagi penonton muda (menonton ini bersama keponakan saya) adalah perlu waktu yang sedikit lebih lama agar mereka dapat “lengket” dengan petualangan Kubo akibat keberadaan tema yang sedikit gelap serta sedikit unsur metafisik di dalam cerita. Tapi bukankah itu merupakan salah satu tipe fairy tales, cerita yang mature namun mampu menarik perhatian penonton muda karena mereka hanya menikmati karakter dan peristiwa yang terjadi. Dari sudut pandang penonton dewasa sendiri ‘Kubo and the Two Strings’ sempat sedikit goyah ketika mencoba menciptakan klimaks, terasa sedikit kendur ketika pengungkapan tiba meskipun tidak merusak kualitas enjoyment. Bicara enjoyment pengisi suara juga punya andil besar, aktor dan aktris seperti Ralph Fiennes, Charlize Theron, serta Matthew McConaughey mampu membuat karakter mereka mempesona serta membangun chemistry yang terasa oke dengan Art Parkinson yang tampil oke sebagai Kubo. Banter mereka yang playful tapi lembut itu terasa menyenangkan diikuti. 


Lapisan cerita ditampilkan dengan bijak, memiliki feel dan "heart" yang kaya baik dari karakter yang menarik hingga cerita dengan tekstur dan warna yang memiliki emosi serta intimitas yang oke tanpa kehilangan kemampuan untuk memberi penonton kejutan yang sama baiknya, visual yang impresif termasuk score yang cantik itu, konsisten membuat penonton merasa terlibat dan mampu mempertahankan kesan “wow” dengan baik hingga akhir, ‘Kubo and the Two Strings’ merupakan sebuah presentasi animasi yang indah dan mengasyikkan. Mencampur old-fashioned stop-motion technique dengan cita rasa modern lewat computer graphics ke dalam sebuah presentasi life-changing adventure bersama kualitas imajinasi serta fantasi dengan kelezatan yang seimbang antara visual dan cara bercerita, ‘Kubo and the Two Strings’ is a striking and riveting animation feature filmSimply beautiful. 










1 comment :

  1. sekilas spt animasi buatan negeri sakura...
    penasaran dg alasan sang kakek ingin menculik cucunya

    ReplyDelete