28 December 2014

Movie Review: PK (2014)


Kita semua tahu beragam agama yang eksis di bumi ini, masing-masing menjalankan ajaran mereka tentu saja dengan tujuan utama membawa umat mereka terus berada di jalan yang benar. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah jika semua agama yang berbeda tadi mengatakan ajaran mereka benar apakah itu berarti Tuhan juga lebih dari satu? Jika Tuhan lebih dari satu lantas Tuhan siapa yang paling benar diantara agama-agama tadi? Pertanyaan yang mungkin akan hadir di kalangan mereka yang masih “malu-malu” bersikap terbuka pada keberagaman agama itu yang berhasil di gambarkan dengan cara yang menyenangkan oleh film ini. PK, a bold, clever, and hilarious treat for people with open-minded faith point of view.

Jaggu (Anushka Sharma) merupakan seorang wanita muda yang tidak menganut sikap fanatik yang telah kental di keluarganya, dimana wanita yang mengubah namanya dari Jagat Janani ini mengambil sikap berani untuk menikahi seorang pria bernama Sarfaraz Yousuf (Sushant Singh Rajput) ketika mereka bertemu ketika kuliah di Belgia. Sarfaraz merupakan warga Pakistan dan seorang Muslim, hal yang sangat ditentang oleh keluarga Jaggu yang merupakan penganut Hindu, meskipun memang sebuah kesalahpahaman akhirnya memberikan kebahagiaan pada keluarga Jaggu. Akibat hal yang ia sebut sebagai tragedi itu Jaggu memutuskan untuk kembali ke India dan bekerja di sebuah stasiun televisi. 

Namun suatu ketika Jaggu menemukan sebuah cara untuk mengubah sikap fanatik yang sangat ia benci tadi, berawal dari situasi dimana ia hendak mencari berita Jaggu bertemu dengan PK (Aamir Khan), seorang pria yang tidak hanya aneh dari tampilan luar. PK mengatakan ia merupakan alien yang datang ke bumi untuk mempelajari manusia namun justru ditinggal pergi oleh pesawat yang ia tumpangi, hal yang membuatnya berusaha menemukan remote yang dapat memberikan sinyal kepada pesawat tadi untuk datang menjemputnya. Tapi semakin banyak hal yang PK pelajari dari manusia bumi semakin banyak pula hal aneh yang ia temukan, dan satu yang menjadi perhatian utamanya adalah begitu banyaknya Tuhan yang manusia sembah, memberikan banyak pertanyaan yang tidak ia temukan jawabannya dan membuatnya merasa bahwa Tuhan yang sesungguhnya telah hilang dari dunia.


Sebentar, dengan penyataan diawal tadi bukan berarti film asal India ini merupakan sebuah film yang berbahaya jika menilik inti masalahnya sendiri yang memang hendak memutar-mutar sebuah pertanyaan terkait Tuhan tadi, yang mungkin juga menjadi alasan dari hadirnya berbagai kecaman keras bahkan di negeri Bollywood sendiri. Saya jamin ini tidak akan menjerumuskan anda kedalam sebuah kesesatan sekalipun anda merupakan penonton kategori ekstrim yang masih sangat super fanatik dengan agama anda dan menutup mata terhadap kebaikan yang sesungguhnya juga eksis di agama lain, namun sekedar menggelitik mungkin iya. Sekalipun anda pada akhirnya tidak mengalami perubahan pada sudut pandang terhadap Tuhan dan para utusannya apa yang dihadirkan oleh Rajkumar Hirani at least pasti akan membuat anda merasa geli dengan segala macam penyampaian yang ia gunakan terkait sebuah fakta besar dan berbagai fakta sederhana yang sangat mudah kita temukan di kehidupan sehari-hari.

Pk seperti sebuah kuliah singkat terkait agama dan eksistensi manusia yang disampaikan oleh seorang professor jenius namun berperawakan konyol dengan penyampaian yang juga konyol. Mereka yang telah klik dengan tujuannya utamanya sulit untuk berhenti tertawa sejak awal hingga akhir, ini dapat menuntun mereka yang masih berusaha menemukan “jalan” yang ingin mereka gunakan, menggelitik mereka yang masih “malu-malu” diawal tadi, atau bahkan mungkin memberikan tamparan yang cukup kuat bagi mereka yang masih sulit berpikiran positif pada agama lain. Lengkap, dari Hindu yang menjadi agama mayoritas di India sana, kemudian Sikh, Islam, dan juga Kristen, Rajkumar Hirani memperlakukan narasi miliknya ibarat sebuah bola liar yang bergerak didalam sebuah labirin, dengan gerak cepat melaju kencang ke berbagai arah namun juga meninggalkan bekas atau komentar cantik di setiap tikungan yang ia lalui, dari gembok dan sandal hingga dancing car.

Sebuah kombinasi antara agama dan logika dalam tampilan absurd yang rapi, mungkin begitulah Pk dalam kalimat sederhana. Sangat suka pada cara Rajkumar Hirani menciptakan kedalaman baik pada karakter dan juga isu utama, cara ia membagi bagian milik Pk dan Jaggu menjadi sama besar dan sama kuatnya, cara ia menempatkan tari-tarian ciri khas India yang dapat dikatakan tidak begitu mengganggu berkat kuantitas yang tidak begitu berlebihan, hingga cara ia terus menjaga fokus kita pada pencarian Tuhan yang “hilang” namun tidak pernah menghilang dari pikiran kita. Satire, lucu dengan humor yang selalu berada didalam irama cerita, dipenuhi kejutan yang datang silih berganti, Pk jadi terasa lengkap karena hal tadi ditemani dengan cerita yang tidak pernah berhenti menyajikan provokasi dengan cara yang implisit dan menyenangkan, memprovokasi perasaan dan otak anda pada terkait fakta bahwa Tuhan itu sesungguhnya satu namun “tampak” berbeda karena perbuatan manusia itu sendiri.


Ya, itu yang sangat menarik dari film ini, bagaimana ia menggelitik kita dengan menggunakan utusan Tuhan yang ia sebut “manager” sebagai sorotan utama. Itu mengapa di awal tadi saya sempat menjelaskan sejenak potensi film ini karena ia punya power untuk  membuat penontonnya merasa bahwa cerita yang mereka saksikan telah menghina agama yang mereka anut. Tidak, itu salah besar, Pk tidak punya niat untuk merendahkan Tuhan namun justru sebaliknya ia berhasil menjadikan Tuhan sebagia sorotan utama yang mungkin selama ini lebih sering berada dibalik para “manager” miliknya tadi. Itu yang saya suka dari film ini, ia tidak tampil secara deskriptif sehingga kesan menggurui tidak kental dan mengganggu, ia tampil dengan liar namun terus membakar imajinasi dan logika penontonnya dengan sisi serius dan santai yang berjalan berdampingan, sampai sedikit pergeseran fokus itu muncul.

Dengan segala kelebihan tadi bukan berarti film ini tidak memiliki kelemahan, ia punya satu yang juga menendangnya keluar dari daftar favorit saya tahun ini di babak akhir. Masalah utamanya adalah romance, terasa mentah dan dipaksakan. Niatnya mungkin baik seperti sebuah penggambaran bahwa perbedaan tidak boleh menjadi penghalang bagi hadirnya kebahagiaan, namun fokus yang bergeser dari Tuhan dan agama menuju cinta dengan bumbu melodrama terasa mengganggu, ia tidak hanya menjadikan konklusi terasa lemah namun juga ikut melemahkan power dari perjuangan terkait agama yang telah ia lakukan sebelumnya. Apa yang ingin ia sampaikan memang tercapai namun tidak berakhir di titik puncak, tidak meninggalkan gigitan yang kuat, dan dampak terbesarnya mungkin adalah pada daya tarik pada dua karakter utama yang seperti mulai tergerus di babak akhir yang terasa sedikit terburu-buru, meskipun memang tidak serta merta menodai penampilan Aamir Khan dan Anushka Sharma yang terasa sangat manis sejak awal.


Overall, PK adalah film yang memuaskan. Jika anda seorang yang masih sangat tertutup perihal agama dan sedang mencari sebuah film yang mampu memberikan sebuah penyegaran pada sudut pandang anda terhadap agama dan juga Tuhan, ini adalah jawabannya. Dengan mempertanyaan ide “wrong number” terkait hubungan antara Tuhan, “manager” Tuhan, dan manusia, Pk berhasil menyajikan sebuah petualangan cerdik, lucu, dan cekatan yang mampu mengubah provokasinya terhadap konsep beragama manusia menjadi sebuah pintu masuk bagi kasih sayang yang jauh lebih besar lagi untuk masuk ke dalam bumi ini.









6 comments :

  1. Rangkuman nya "Mantap" (y)

    Dan Salam kenal.

    :)

    ReplyDelete
  2. Ada yg terlupa..
    Blog e 4 Jempol mas Bro..

    ReplyDelete
  3. review yang sangat keren. jadi numbuhin semangat dan rasa penasaran mau nonton filmnyaa

    ReplyDelete
  4. Benar²hebat sutradara film ini. Terima kasih.

    ReplyDelete