27 July 2014

Review: Hateship Loveship (2014)


"Dare to care."

Selain penampilan memikatnya di Bridesmaids, saya lebih mengenal sosok Kristen Wiig sebagai aktor Saturday Night Live dimana ia selalu konsisten menarik dan memberikan ia enam nominasi Emmy secara berturut-turut. Selain itu? Tidak ada yang besar, lebih kepada film-film dengan kategori cukup seperti Paul dan Friends with Kids, serta jagoan pengisi suara dari Despicable Me, How to Train Your Dragon, hingga Her. Hateship Loveship menambah daftar cukup tadi, drama yang gagal dalam upaya menjadi besar dari materi sederhana. 

Seorang pria bernama Mr. McCauley (Nick Nolte) menginginkan seseorang untuk mengawasi cucunya, Sabitha (Hailee Steinfeld), yang harus berhadapan dengan masalah setelah meninggalnya sang ibu dan sang ayah, Ken (Guy Pearce), yang masih ketergantungan obat. Wanita pemalu bernama Johanna (Kristin Wiig) masuk kedalam ruang yang tersedia itu namun celakanya ia justru harus menjadi korban kejahilan Sabitha dan temannya Edith (Sami Gayle) yang membantuk set up sehingga Johanna terjebak didalam perasaannya. 

Ada pesona yang menarik sebenarnya dari cerita yang ditulis oleh Mark Poirier dan kemudian diarahkan oleh Liza Johnson, meskipun diawal mungkin akan terasa sedikit canggung tapi karakterisasi pada karakter terlebih pada tokoh utama terasa sangat baik. Luas cakupan masalah dengan hubungan sebab akibat juga terbentuk dengan baik terlebih karena ceritanya sendiri memang sangat sederhana, plus mereka dibangun dengan intensitas yang dapat dikatakan cukup longgar. Tapi kisah yang berawal dari ketidaksengajaan ini pada akhirnya tidak mampu mencapai kemungkinan terbaik yang dapat mereka raih. 

Sejak awal Hateship Loveship seperti berusaha untuk tidak hanya menjadi drama komedi biasa, Liza Johnson ingin sebuah dramatisasi dengan aksi mengamati yang sedikit serius meskipun tetap diselingi dengan komedi. Menarik memang, berputar dengan cerita yang ambigu bersama karakter yang dihinggapi sikap delusional mereka, rasa terkejut bahkan hadir karena pada awalnya saya berharap sebuah komedi ringan dari film ini, tapi perlahan ia malah berubah menjadi studi karakter kelas ringan. Masalahnya adalah ketika semua ide miliknya sudah terbentuk, Liza Johnson tidak mampu menata mereka dengan baik dan menjadi sebuah kombinasi yang menarik. 

Saya seperti terjebak mencari jalan keluar, bukannya justru semakin intim dan merasa masuk lebih dalam di tiap konflik yang ada. Ketika plot tadi mulai masuk kedalam tahapan mengurai semua mulai terasa rumit, memang sih tidak kelas berat tapi ada pertanyaan mengapa dan kenapa akibat tahap akhir yang seolah dikebut dengan berbagai lompatan yang cukup mengganggu. Mark Poirier dan Liza Johnson kurang cermat dalam menyusun strategi, banyak masalah potensial yang mereka punya tidak dapat digali lebih dalam sehingga sesuatu yang emosional itu tidak pernah muncul hingga akhir. 


Pada dasarnya Hateship Loveship berada di kategori baik, di script bahkan cara ia diarahkan. Sayangnya itu hanya muncul di bagian membangun, karena ketika masuk ke dalam proses mengurai tampak kesulitan hadir akibat materi gemuk yang ia punya. Masih ada senyum meskipun cerita sering tampil canggung, dan masih ada pula performa yang cukup baik dari Kristen Wiig, tapi jika di kemudian hari saya mendengar kembali nama Hateship Loveship mungkin yang terlintas di pikiran saya bukan segala aksi set up itu, hanya satu, that mirror scene.










0 komentar :

Post a Comment