22 January 2014

Movie Review: In a World... (2013)


"Winning isn't everything. Family is." 

Apakah anda merupakan tipe penonton yang selalu mencoba mencari tahu informasi dari calon film yang kelak akan anda tonton? Banyak cara, salah satu yang termudah dan paling simple adalah melalui trailer, sebuah klip yang sesungguhnya punya peran penting untuk menarik minat para calon penontonnya lewat penjabaran singkat film tersebut. Film ini mencoba menggambarkan peran artis sulih suara dibalik trailer sebuah film, sebuah penghormatan kepada Don LaFontaine, komedi indie yang santai dan cerdas, In a World...

Sam Soto (Fred Melamed), pria tua yang dijuluki king of voice-overs dan akan menerima lifetime achievement award atas kontribusinya sebagai pengisi suara, dengan cara yang sangat halus memberitahukan kepada anak perempuannya bahwa ia telah muak dengan kehadiran Carol Solomon (Lake Bell) dirumahnya. Carol memang sedang berada pada tahap sulit, berprofesi sebagai pelatih vokal, wanita ini belum juga bertemu dengan kesuksesan, dan terpaksa pindah kerumah milik saudaranya Dani (Michaela Watkins) dan sang suami Moe (Rob Corddry).    

Namun suatu ketika nasib baik menghampiri Carol, melalui sebuah proyek film bernama The Amazon Games (yang akan dibintangi Cameron Diaz) memerlukan pengisi suara untuk trailer mereka. Meskipun ragu karena dunia sulih suara tarik merupakan milik kaum pria, Carol akhirnya mau mencoba berkat dorongan dari seorang sound engineer bernama Louis (Demetri Martin), terlebih dengan potensi film tersebut untuk menjadi quadrilogy. Namun perjuangan Carol tidak mudah, karena disisi lain hadir pesaing pada diri Gustav Warner (Ken Marino), sosok yang celakanya punya hubungan kerja dengan Sam.


Pada bagian awal In a World... berhasil bertahan hidup murni hanya dikarenakan sisi kontroversial dari isu utama yang ia usung, wanita mengisi suara untuk trailer, sebuah misi terselubung untuk menghancurkan pembatas kebebasan berekspresi antara pria dan wanita yang ternyata masih eksis dibidang ini. Namun tanpa disadari dengan gerak halus Lake Bell berhasil membawa film miliknya ini (ia menjadi produser, penulis cerita, sutradara, dan pemeran utama) menjadi sebuah arena yang menjebak penontonnya berjalan bersama materi-materi klasik dan familiar sebuah film komedi tapi tampil dalam balutan sebuah konsep yang tersusun matang.

Konsep yang terbentuk dengan matang serta dibantu rasa percaya diri yang tinggi, mengalir halus dalam gerak cekatan, materi yang sesungguhnya cukup tipis itu mampu untuk terus mencengkeram atensi penontonnya lewat kombinasi berbagai formula standar yang juga tidak pernah menggerus fokus pada isu utama yang ia usung, membentuk kehangatan cerita dari tema lain seperti cinta dan juga keluarga, meskipun uniknya ia tidak pernah berhenti tampil percaya diri dengan menyuntikkan humor-humor klasik bernada satir yang kerap kali sanggup menghadirkan tawa tanpa harus terlihat konyol dan menjengkelkan.

Ya, tidak dapat dipungkiri pada bagian terakhir tadi In a World... berhasil memberikan impresi terbesar, mampu membuat kita sebagai penonton terus tersenyum dengan hal lucu dan manis yang menggunakan pattern standard, sembari menyaksikan para karakter bergelut dengan permasalahan mereka masing-masing yang dominan bermain pada sisi kompleks manusia. Lake Bell seperti paham betul dengan visi yang ingin ia sampaikan, dan ia memberikan komitmen penuh pada hal itu, tidak ingin menjadikan film ini tampak megah dan berlebihan, lebih menaruh fokus pada keberhasilan ia menyampaikan misi dengan cara yang efektif dan efisien, santai dan sederhana.

In a World... seperti terus dijaga oleh Lake Bell untuk tidak bergerak terlalu jauh, meskipun hal tersebut pada akhirnya juga memberikan dampak negatif. Kisah yang sebenarnya predictable ini justru perlahan mulai diwarnai dengan beberapa sub plot yang celakanya dibentuk setengah hati, kurang punya impact yang berarti pada hasil akhir, seperti pemanis yang kehadirannya disengaja untuk menjadikan cerita tampak padat. Tidak ada ambisi yang besar, ia seperti hanya  berniat untuk menyampaikan pesan utama tanpa mau bergerak terlalu jauh, tidak mau menggali lebih dalam, sehingga hasil akhir walaupun terasa manis namun berada pada level standard.

Divisi akting mungkin berhasil memberikan sedikit kejutan. Dari kehadiran singkat Eva Longoria dan Cameron Diaz, Lake Bell berhasil mengendalikan para aktor, dari Fred Melamed , Demetri Martin, Rob Corddry, Ken Marino, Michaela Watkins, hingga Nick Offerman, sehingga karakter dan konflik yang mereka emban mampu tampil menarik dalam dialog yang cerdas, meskipun sulit untuk menaruh simpati pada beberapa permasalahan klise tersebut. Lake Bell sendiri tampil memikat, terlebih dengan perubahan suaranya dalam seketika itu.


Overall, In a World... adalah film yang cukup memuaskan. Ya, ini manis, natural, ringan, menarik, dan impresif sebagai sebuah fitur debut, namun standard secara keseluruhan. Mungkin akan sedikit mengecewakan karena beberapa sub-plot membawa cerita menyimpang dari topik utama, namun kehadiran beberapa elemen lain seperti cinta dan keluarga mampu menemani karakterisasi dan teknik bercerita yang mumpuni pada sisi positif dari fitur debut Lake Bell ini, ya walaupun sikapnya untuk bermain aman menjadikan In a World... sebagai sebuah kemasan yang standard. Well done Lake Bell.  



1 comment :

  1. it's a simple and warm movie.
    it's like a cup of PopMie after you swimming on the beach.

    nice score, dude.

    ReplyDelete