24 January 2022

Movie Review: A Year-End Medley (2021)

“If life flowed as we expected, that wouldn’t be fun, would it?

Momen akhir tahun kerap menjadi waktu yang digunakan oleh banyak orang untuk menyusun rencana mereka di tahun yang baru, tapi tidak sedikit justru merasakan beban karena sadar bahwa rencananya di tahun yang belum berlalu itu sebenarnya juga belum berhasil ia penuhi atau raih. Ada yang merasa bahwa di tahun itu dirinya belum mampu membahagiakan orang-orang yang ia sayangi, ada yang gagal menikah, gagal diterima kerja, ada yang merasa tidak berguna sehingga menyerah dan ingin bunuh diri, serta yang paling sederhana yakni rasa ragu untuk bergerak mengejar lalu menyatakan perasaan cinta kepada seseorang yang ia suka. Film ini mengemas hal-hal klise dalam hidup tadi menjadi sajian romantic comedy yang seolah mencoba menepuk pundak penonton dan berkata, “you did well”. ‘A Year-End Medley (Happy New Year)’: a medley about love and life.


Hotel Emros menjadi salah satu tempat favorit menghabiskan libur akhir tahun, itu tidak lepas dari peran So Jin (Han Ji-min) sebagai manager, wanita yang sayangnya tidak punya percaya diri untuk menyatakan perasaannya kepada Seung Hyo (Kim Young-kwang). Hal yang sama juga dialami CEO Hotel Emros, Yong Jin (Lee Dong-Wook) sampai suatu hari ia melihat wanita bernama Lee Young (Won Jin-ah), aktris musikal yang bekerja sebagai pelayan kamar. Ada satu lagi staff hotel yang berhasil menarik perhatian tamu, namanya Soo Yeon (Yoona) dan di pagi hari selalu menyapa seorang pria yang sedang depresi, Jae Yong (Kang Ha-neul), putus dari pacarnya dan gagal dalam mendapatkan pekerjaan membuat Jae Yong berencana bunuh diri.

Perasaan cemas juga sedang menggelayuti Sang Hoon (Lee Kwang-soo) yang merasa artisnya Lee Kang (Seo Kang-joon), Radio DJ dan singer-songwriter yang kini populer akan meninggalkannya bergabung dengan agensi lain. Magis Hotel Emros sepertinya sedang kuat, tempat favorit fortune-teller (Lee Kyu-Hyung) bertemu klien dan plastic surgeon Jin Ho (Lee Jin-wook) blind date itu akan menggelar acara pernikahan jazz pianist bernama Young Joo (Ko Sung-hee), momen yang mempertemukan kembali Catherine (Lee Hye-young) dengan cinta pertamanya Sang Gyu (Jung Jin-young) yang bekerja sebagai door porter di Emros. Sedangkan di luar Emros, Park Se-jik (Jo Joon-young) dan figure skater Lim Ah-yeong (Won Ji-an) mencoba menciptakan koneksi.

Situasi di paragraf pertama tadi mungkin sudah tidak asing lagi beberapa dari kamu mengingat seiring semakin berkembangnya teknologi dengan berbagai tren miliknya itu menjadikan membuat resolusi dan melakukan flashback pencapaian hidup saat menjelang akhir seolah telah menjadi bagian hidup yang tidak lagi asing kini. Kadang tanpa kita sadari ada hal-hal kecil yang sudah dicanangkan justru terlupakan dan tidak berhasil tercapai, solusi termudahnya tentu berbesar hati dan memindahkan rencana tadi ke tahun berikutnya. Tapi tidak semua orang mampu melakukan hal itu dengan lapang dada, ada beberapa yang justru larut dalam emosi serta menilai bahwa dirinya gagal, namun ada pula yang justru mencoba untuk mewujudkannya dengan memanfaatkan waktu yang tersisa di penghujung tahun.


Hal-hal tersebut tadi yang jika dilihat dari kulit luar sangat mudah untuk terasa klise digunakan oleh Screenwriter Yoo Seung-hee untuk bercerita tentang suka dan duka dari kehidupan manusia, yang ditata dengan tone santai tapi serius oleh Sutradara smash-hit film ‘My Sassy Girl’, Kwak Jae-yong. Sejak awal bertemu dengan karakter dalam jumlah besar itu tidak ada sedikitpun kesan bahwa film ini mengemban pesan dan isu yang rumit, impresi yang tercipta justru sebaliknya yakni sebuah holiday movies dengan plot yang simple serta kisah yang menghangatkan hati dalam visual yang memanjakan mata. Saya larut dan hanyut dalam setting tersebut namun di sisi lain Kwak Jae-yong juga tetap menolak membuat cerita jadi terasa mudah dan cheap, tiap grup kecil punya konflik menarik tapi terkoneksi dengan benang merah.

Menaruh guliran masalah semua terjadi di dalam sebuah hotel merupakan ide yang sangat manis dari Yoo Seung-hee dan saya suka Kwak Jae-yong tidak menggunakan teknik narasi yang terlalu linear untuk menggabungkan mereka semua. Kamu dibuat tertarik dengan masalah yang dihadapi oleh tiap karakter tapi di sisi lain kamu juga perlahan merasa ingin tahu hubungan di antara tiap karakter tersebut. Tidak semua punya history sebagai rekanan memang tapi mereka menciptakan singgungan yang mampu membuat excitement terhadap cerita terus bergerak naik secara perlahan. Apalagi karena konfliknya sendiri sangat mudah untuk dijangkau, dari rasa nyaman yang mendadak tiba, bromance, kisah cinta di tempat kerja, masalah klasik seperti cinta pertama serta cinta yang tidak berbalas.


Serta satu yang sedikit gloomy tapi disajikan penuh dengan sentuhan komedi, kisah seorang pengangguran yang ditinggal sang pacar. Mereka dirangkai dengan baik di sini sehingga meskipun saling silih berganti mengisi spotlight tapi tidak membuat penonton jadi merasa kesulitan untuk mengikuti narasi mengalir. Tidak sempurna memang seperti character depth yang terasa kurang pada beberapa karakter padahal grup kecil mereka punya potensi yang jauh lebih besar ketimbang apa yang berhasil mereka capai. Beberapa “kebetulan” di dalam cerita juga tidak semua akan mampu lepas dari kesan canggung serta keterbatasan ruang gerak bagi karakter dan konflik demi menciptakan pengisahan yang simple dan kompak membatasi penonton untuk berinvestasi emosi dalam cerita dan karakter, heart warming but not very touching.

Untung saja dengan keterbatasan ruang tadi tiap karakter berhasil dibekali dengan background yang terhitung oke untuk mengembangkan keunikan masing-masing. Hal yang sangat membantu narasi terus menjauh dari kesan datar dan hambar akibat tidak adanya “kejutan” di dalam cerita, yang sejak awal hingga akhir sepertinya tidak mau bermain terlalu jauh dan cenderung bermain aman seperti yang telah penonton duga. Tapi jika menilik hasil akhir film ini maka eksekusi Kwak Jae-yong tidak boleh dianggap remeh karena film ansambel banyak bintang seperti ini kerap kali justru mudah menjadi berantakan jika tidak dibentuk dengan baik. Kwak Jae-yong sajikan dengan baik sedangkan kombinasi rintangan di akhir tahun dengan harapan tahun baru yang telah menanti dalam on such a light ride with various sensibilities.


Ya, ada kepekaan yang manis di dalam eksposisi cerita yang menaruh momen akhir tahun itu sebagai kesempatan bagi karakter untuk keluar dari “cangkang” try to seek that missing piece of the puzzle. Pencapaian yang tentu saja tidak terlepas dari para aktor yang kinerja aktingnya tidak hanya sebatas bagaimana membuat karakternya bersinar saja tapi agar dapat saling melengkapi satu sama lain. All of them delivered dan sulit untuk memilih siapa yang terbaik namun dengan porsi mereka yang sedikit lebih besar dari yang lain nama-nama Han Ji-min, Lee Dong-wook, dan Kang Ha-neul tentu lebih sering mendominasi. Di beberapa kesempatan yang ia punya Lee Kwang-soo juga berhasil mencuri perhatian dengan aksi komikal, sedangkan Won Jin-ah berhasil membuat Lee Young menjadi karakter paling charming di antara yang lain.

Overall, ‘A Year-End Medley (해피 이어)’ adalah film yang cukup memuaskan. Film ini rencananya akan dirilis kembali dalam bentuk a new six-part extended version of 30 minutes each beberapa hari lagi, sebuah bukti bagaimana tiap konflik sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dieksplorasi lebih jauh dengan diberikan ruang yang lebih luas lagi. Hal yang menjadi rintangan terbesar Kwak Jae-yong tapi berhasil dia atasi dengan baik di sini, menata beberapa cerita biasa menjadi sebuah kompilasi momen akhir tahun yang ringan, lembut, dan menghangatkan hati, serta dibantu kinerja akting yang mumpuni dari cast yang penuh bintang mendorong isu dan pesan yang sederhana tentang rintangan dan harapan, sesuatu yang tentu saja bagian tak terlepaskan dari retrospeksi di akhir tahun dan menyusun resolusi bagi tahun yang baru.






1 comment :

  1. “It’s when things don’t go as planned, those magical moments happen.”

    ReplyDelete