02 December 2016

Movie Review: Underworld: Blood Wars [2016]


"There’s nothing stopping her now."

Times surely change, but vampires, nope. Heroine utama dunia di “bawah dunia” atau Underworld, Selene, kembali pada installment Underworld film series dan karena dia vampire maka ia tetap tidak berubah, pesonanya masih oke. Hal tersebut juga berhasil dilakukan oleh ‘Underworld: Blood Wars’ secara keseluruhan, ia kembali menyajikan sebuah kisah action horror yang sama seperti pendahulunya. But, wait, bukankah empat film di dalam Underworld franchise sebelumnya memiliki kualitas yang, errr, medioker? It’s “Lost in Shades”.

Perang yang terjadi antara para vampires dan Lycans-Werewolves masih terjadi dan kini Selene (Kate Beckinsale) menjadi target dari musuhnya tersebut. Mereka percaya bahwa Selene memiliki darah yang precious dan dapat mengubah mereka menjadi makhluk yang lebih kuat, contohnya seperti tahan terhadap sinar matahari. Bersama dengan David (Theo James) dan Thomas (Charles Dance), Selene berusaha untuk menghentikan konflik tersebut. Tapi ternyata Semira (Lara Pulver) termasuk pula Marius (Tobias Menzies) telah mempersiapkan rencana lain untuk melawan Selene.  


“It's like putting your wedding dress on, or putting your school uniform on, it's like a time-warp feeling,” begitu kata Kate Beckinsale tentang kembalinya ia untuk memerankan Selene. Secara garis besar itu dapat mewakili apa yang film ini berikan kepada penontonnya, kamu akan kembali bertemu dengan berbagai hal familiar yang telah sering kamu temukan di empat film Underworld sebelumnya. Series yang tampak seperti sister dari Resident Evil ini dapat dikatakan tidak berhasil untuk terus bergerak ke arah positif sejak pertama kali muncul 13 tahun yang lalu, mencoba menggabungkan dunia vampire dan werewolf mereka menghasilkan kompleksitas yang “never really clear.” Hasilnya setiap film terbaru dari series Underworld kerap tidak membawa penonton untuk melangkah maju, kita kembali masuk ke ruangan yang juga digunakan oleh film-film sebelumnya, bertemu dengan basic problem yang sama dan kemudian berlanjut pada routine storytelling dengan formula yang sama. 


Bukan berarti saya berharap dapat menemukan sebuah penyegaran yang sangat besar dari film terbaru dari Underworld franchise ini tapi at least ada ekspektasi agar mereka mampu menyelesaikan salah satu masalah utama yang sudah hadir sejak film pertama: membuat petualangan Selene terasa “clear” dan tampak meyakinkan. Sutradara Anna Foerster dan juga screenwriter Cory Goodman ternyata tidak begitu tertarik untuk membuat petualangan Selene menjadi “clear”. Tidak ada usaha untuk membuat saga dari mythology ini menjadi setidaknya sedikit saja lebih deep, mereka masih bergantung sepenuhnya pada cerita dengan misteri yang lesu serta sepanjang 92 durasi terasa "mute" atau bisu. Semuanya terasa sketchy di Underworld: Blood Wars, cerita berkembang tanpa disertai excitement dan tensi yang oke, all too narrow sehingga daya tarik dari konflik never come to life, menjadi sebuah konstelasi berisikan narasi yang kerap terasa acak. 


Satu-satunya hal yang mendapat perhatian sangat besar dari Anna Foerster tidak lain adalah penggambaran di sektor visual, dari facial expression hingga setting yang didominasi black and blue night. Seperti pendahulunya Underworld: Blood Wars masih tampil style over substance, menciptakan visual dengan rasa gothic yang tampak berusaha keras menjunjung tinggi nilai estetika. Diselimuti dark night sejak awal tidak heran nuansa film ini terasa gloomy dan celakanya itu bergabung dengan cerita yang seperti saya sebutkan tadi dipenuhi misteri yang terasa lesu. Slow motion, gravity, Underworld: Blood Wars menghadirkan sebuah eyefoods dan action sequences yang terasa cukup oke di beberapa bagian meskipun dari talking hingga shooting mereka terasa kompleks dan kualitas 3D effects juga terasa so-so and hardly noticeable. Soundtrack berhasil menciptakan mood yang pounding tapi itu tetap tidak membantu acara “kemah” atau piknik itu untuk lepas dari kesan unintentional dan memberikan penonton sebuah “party” yang menghibur. 


Kate Beckinsale kembali tampil memikat sebagai Selene di sini namun sangat disayangkan ia masih tidak mendapat “kendaraan” yang lebih baik untuk membuat Selene menjadi lebih memikat lagi. Menghadirkan dunia fantasi yang gloomy dan gothicUnderworld: Blood Wars’ adalah another repetition di dalam Underworld franchise yang "hilang" di dalam kegelapan, sejak awal hingga akhir dieksekusi setengah matang, bloody but not gory, unmotivated and have no spark. Secara sepintas ‘Underworld: Blood Wars’ looks quite neat tapi sesungguhnya money-making machine ini offer nothing new, just doing a business as usual and leaves a nasty aftertaste. Segmented, maybe.










0 komentar :

Post a Comment