30 November 2016

Review: Allied [2016]


"I’ve loved you since Casablanca."

Sikap percaya satu sama lain merupakan bagian penting dari sebuah hubungan terutama dalam hubungan percintaan. Apa gunanya memiliki pasangan jika yang kamu rasakan justru selalu perasaan tidak aman dan tidak nyaman yang berasal darinya, selalu sukses membuat kamu meragu lalu mulai tertarik untuk mempertanyakan apakah aksi hingga ucapan dari pasangan kamu layak untuk dipercaya sepenuhnya. Ya, cinta memang indah tapi di sisi lain cinta juga dapat menjadi sesuatu yang berbahaya, dan di sini dengan menggunakan unsur espionage thriller di dalamnya ‘Allied’ menghadirkan kisah tentang love and trust tersebut. It’s an intriguing marriage story with a simple “real or not real” question. 

Seorang perwira intelijen asal Kanada bernama Max Vatan (Brad Pitt) ditugaskan untuk menjalankan sebuah misi rahasia ketika Perang Dunia II sedang berlangsung, yaitu membunuh Duta Besar Jerman pada sebuah pesta. Untuk itu ia menyamar menjadi pasangan suami istri di Casablanca bersama dengan spy dari Perancis, Marianne Beausejour (Marion Cotillard). Max dan Marianne sepakat bahwa agent yang menyamar sebagai pasangan akan selalu bertemu bencana kalau mereka benar-benar jatuh cinta satu sama lain. Celakanya itu yang menjadi masalah bagi Max dan Marianne kemudian ketika mereka telah keluar dari Casablanca.  


Special effects mungkin adalah dua suku kata yang berpeluang paling besar terlintas di pikiran ketika mendengar nama Robert Zemeckis, dari Back to the Future, Who Framed Roger Rabbit, Forrest Gump, hingga Beowulf di era millenium special effects telah menjadi bagian penting dari film-film Robert Zemeckis. Tapi di dua film terakhirnya Zemeckis seperti mencoba untuk lebih condong bermain dengan cerita. Flight masih memiliki beberapa scene dengan visual effects yang oke and of course last year The Walk dipenuhi big moments yang sangat bergantung pada visual effects, tapi di dua film tersebut cara Zemeckis mengolah cerita justru for me terasa lebih memorable ketimbang berbagai effects tadi, mengingatkan saya pada Forrest Gump. Di sini Zemeckis menghadirkan kejutan, dia tidak sepenuhnya “menjauh” dari visual effects tapi di ‘Allied’ ia menaruh fokus yang sangat besar pada sektor cerita dan juga karakter.  


Itu menarik karena ‘Allied’ sendiri tampak dijual sebagai action thriller dengan bumbu romance tapi kenyataannya justru terbalik, ini merupakan marriage story plus wartime romance dengan bumbu action dan thriller. Allied punya momen dengan thrill yang oke, atmosfir dan mood dari peperangan terasa konsisten sejak awal tapi di sisi lain ini bukan tipe film perang yang dipenuhi banyak ledakan besar dalam bentuk fisik. Allied punya ledakan besar tapi dalam bentuk emosi dan keinginan, Zemeckis menggunakan empati dari karakter yang sepakat untuk “professional” sejak awal itu untuk menunjukkan kasih sayang dan seperti yang disinggung tadi yaitu sikap percaya pada pasangan. Zemeckis berhasil di bagian ini, dia membuat penonton 100% “mendukung” dua karakter utama, membuat penonton ingin melihat Max dan Marianne setelah berbagai aksi seksi di Casablanca yang terasa manis itu. Lalu setelah itu kemudian muncul masalah dengan satu pertanyaan tunggal: pernikahan itu, real or not real? 


Sejak itu muncul kita masuk ke dalam drama berisikan gejolak emosi yang manis, sebuah central question yang terasa mengancam karena penonton telah merasa senang melihat Max dan Marianne hidup bahagia tapi di sisi lain kembali ingat “janji” mereka di awal, jika real feeling muncul maka kemungkinan besar satu-satunya hal yang akan hadir setelahnya adalah bencana. Real or not real, real or not real, mungkin sama seperti isi pikiran Max hal itu berputar-putar di pikiran saya. Itu bagian yang terasa mengasyikkan, semacam reward dari paruh pertama yang tidak mencoba berdegup dengan kencang tapi sukses meyakinkan bahwa pasangan utama itu a match made in heaven dan layak mendapatkan hidup yang bahagia. Script karya Steven Knight (Locke) mungkin terasa “kalem” tapi sangat efektif dalam toying isu tentang cinta dan pernikahan, penggambaran yang terasa chilling dari detail kecil hingga pertanyaan klasik “how far would you go for someone you love?” dan memadukannya dengan kekejaman yang dimiliki sebuah peperangan. 


Harus diakui memang Allied merupakan film yang dapat terasa "misleading", ia tampak  seperti menjual action tapi nyatanya lebih didominasi drama, tapi dengan kualitas bagian teknis seperti score, editing, dan cinematography (that sex in a car in the middle of a desert and storm!) ini smoothly constructed dan tidak menyulitkan penonton untuk segera mengalihkan ekspektasi mereka setelah point utama dari cerita hadir. Semakin oke karena hal itu dilengkapi dengan karakter dua karakter utama yang punya pesona kuat baik sebagai individu maupun sebagai pasangan suami istri. Brad Pitt tampil oke terutama pada paruh kedua ketika karakter Max mulai goyah dan terjebak di dalam rasa ragu plus paranoia, sementara itu Marion Cotillard membuat Marianne sebagai wanita lovable tapi juga misterius, cara dia meyakinkan penonton dan lalu meracuni mereka dengan rasa ragu pada Marianne terasa tenang tapi kuat, terasa warm and vivid.  


Sedikit saran, mungkin sebelum menonton sebaiknya ganti ekspektasi kamu terhadap Allied, dari berharap mendapat film perang penuh ledakan besar dengan romance sebagai pendamping menjadi sebuah drama tentang marriage dengan sedikit rasa studi karakter yang tampil dengan peperangan sebagai story and mood setter. Hal terakhir tadi berhasil dieksekusi dengan baik oleh Robert Zemeckis di sini, tidak ada rasa “tenang” hingga ketika final scene itu hadir, meskipun terdapat “happiness” di cerita tapi kamu akan terus meragu terlebih setelah dua buah "kejutan" itu muncul. Allied tidak didominasi banyak ledakan fisik tapi ia punya banyak ledakan pada emosi karakter, bersama berbagai humor dan juga cinematic suspense rasa klasik yang oke 'Allied' berhasil menjadi sebuah love story tentang love and trust yang bertumpu pada satu pertanyaan sederhana tipikal film mata-mata: real or not real? Because love is a battlefield. Segmented.










Cowritten with rorypnm

0 komentar :

Post a Comment