03 August 2016

Movie Review: Phantom Detective (2016)


Salah satu tipe karakter yang menarik adalah karakter anti-hero, kondisi di mana penonton tahu mereka melakukan hal buruk untuk mencapai sesuatu yang baik kerap menghasilkan “friction” ketika menyaksikan mereka beraksi. Namun “friction” tadi itu merupakan pesona dan alasan mengapa mereka terasa menarik, a not-so-perfect figure yang menunjukkan bahwa memiliki black and white selalu lebih “menyenangkan” ketimbang hanya memiliki salah satu di antara mereka. Karakter seperti itu hadir di film ini, karakter anti-hero dalam sebuah petualangan investigasi detektif dunia nyata bersama sentuhan cartoonish di dalamnya. Phantom Detective (Tamjeong Honggildong: Sarajin Maeul): Robin Hood meets Sherlock Holmes in spooky but funny “fantasy”.

Hong Gil-Dong (Lee Je-Hoon) merupakan seorang detektif muda yang menjalankan bisnis agensi detektif illegal bersama dengan President Hwang (Go Ara). Pekerjaan mereka adalah memberantas para penjahat yang masih melaksanakan “permintaan” dari mendiang ayahnya President Hwang. Hong Gil-Dong sendiri bukan pria biasa, ia memiliki kemampuan “melacak” yang dapat meruntuhkan sasarannya dalam hitungan jam,kecuali pria bernama Kim Byeong-Duk (Park Geun-Hyung) yang telah Hong Gil-Dong cari sejak lama. Kim Byeong-Duk merupakan sosok yang membunuh ibu Hong Gil-Dong ketika Gil-Dong masih remaja. 

Suatu ketika Hong Gil-Dong berhasil memperoleh lokasi Kim Byeong-Duk sedang berada dan memutuskan untuk segera mendatanginya. Celakanya sebelum ia tiba Kim Byeong-Duk telah diculik oleh pihak lain yang menginginkan informasi terkait organisasi underground di Korea. Gagal bertemu dengan targetnya Hong Gil-Dong justru mendapat “beban” tambahan ketika ia bertemu dengan dua cucu Byeong-Duk, Dong-Yi (Roh Jeong-Eui) dan Mal-Soon (Kim Ha-Na) yang menginginkan kakek mereka kembali. Berpura-pura menjadi teman sang kakek Hong Gil-Dong bersama dua anak perempuan itu berusaha menemukan Kim Byeong-Duk meskipun akhirnya mereka sadar telah masuk ke dalam sebuah plot milik organisasi kriminal Gwangeunhwe


Jika menilik sinopsis di atas tadi pada dasarnya Phantom Detective merupakan sebuah kemasan action noir yang familiar, dendam masa lalu yang belum terbalaskan namun justru membuka membawa masalah yang harus diselesaikan semakin bertambah panjang. Namun yang membuat Phantom Detective cukup berhasil menciptakan impresi yang terasa sedikit berbeda adalah ia mencoba tampil seperti sebuah fantasi. Contoh sederhananya ini seperti Sin City versi Korea, sebuah crime noir dengan karakter utama berupa sosok anti-hero, sertting “dunia” yang rapuh serta karakter antagonis yang “gila”, semua dibungkus dengan sentuhan style yang memadukan tampilan real world dengan rasa comic. Jo Sung-hee sudah pernah mengendalikan sebuah film fantasi sebelumnya, A Werewolf Boy, dan lewat film ini ia berhasil menunjukkan bahwa kemampuannya berkembang menjadi semakin menarik.

Phantom Detective punya presentasi yang terasa cukup catchy, ia mampu membawa imajinasi penonton ikut bermain dengan rasa surealis yang menarik. Gil-dong merupakan karakter dunia nyata namun di sisi lain ia juga punya sentuhan cartoonish yang membuat petualangan jadi terasa cukup unik. Hal tersebut membuat Gil-dong memiliki semacam pesona “cool” yang mumpuni, seperti perpaduan antara sikap anti-hero ala Robin Hood dan proses investigasi ala Sherlock Holmes. Pada dasarnya Gil-dong dapat dikategorikan sebagai seorang “hantu” dalam wujud manusia tadi tapi hal tersebut ternyata tidak melulu digunakan Jo Sung-hee untuk mengisi panggung utama cerita. Jo Sung-hee cukup cermat dalam mengatur punch di dalam cerita, membawa penonton mengikuti Gil-dong bertemu berbagai fakta menarik yang terkait kehidupannya, dari kebenaran di balik kematian sang ibu hingga musuh utamanya. 


Hasilnya meskipun tidak luar biasa namun Phantom Detective berhasil menampilkan koneksi antara karakter, cerita, dan penonton yang terasa cukup manis. Memiliki “bad side” penonton tetap “mendukung” Gil-dong sepenuhnya untuk dapat berhasil menjalankan misinya, tampil serius dan gelap namun dipadupadankan dengan sedikit nada cerita yang ringan dan playful, setiap kali ia menunjukkan sisi eksentrik miliknya dia terasa cool. Kondisi “palsu” di mana Gil-dong tidak sepenuhnya berada di salah satu sisi antara baik atau jahat membuat berbagai setup yang ditampilkan cerita bekerja dengan cukup baik. Ketika elemen yang sedikit brutal muncul cengkeraman terasa cukup mumpuni, niat utama Gil-dong untuk membunuh Kim Byeong-Duk juga tidak pernah terasa dingin. Tapi di sisi lain Phantom Detective juga tampil baik ketika berurusan dengan elemen yang sedikit lebih ceria, salah satunya lewat banter antara Gil-dong, Dong-Yi, dan Mal-soon.

Tidak pernah muncul impresi “great” atau “level A” dari Phantom Detective tapi ia mampu untuk stabil bermain-main di level B. Dengan memanfaatkan berbagai liku-liku irama dan pace bercerita Phantom Detective terasa cukup dinamis meskipun liku-liku tadi juga punya potensi menjadi sebuah boomerang yang cukup kuat. Plot dapat terasa membingungkan dan perputaran konflik dapat menggerus rasa peduli penonton pada karakter dan berbagai “masalah” di dalam cerita walaupun mereka tetap merasa tertarik untuk terus berjalan bersama Gil-dong dan dua sidekicks yang oke itu. Pencapaian tersebut tidak lepas dari nada ceria yang digunakan, Gil-dong seperti seorang idiosyncratic hero di mana apa yang ia lakukan mampu menggabungkan kesan sosok yang brutal dan sosok yang lembut. Itu dimanfaatkan dengan baik pula oleh Jo Sung-hee, dia bentuk action dengan thrill yang baik tapi juga ia kombinasikan bersama dengan “heart” yang mumpuni di sisi lainnya. 


Itu mengapa meskipun terasa familiar Phantom Detective tidak pernah mendekati zona menjemukan, petualangan Gil-dong punya energi yang cukup baik serta variasi dengan manner yang oke, action sequences menghasilkan excitement yang tidak buruk dengan drama yang oke di panggung utama cerita. Kesan hangat yang dimiliki cerita dan karakter juga berkat presentasi dengan visual yang oke, setting yang “disengaja” itu dimanfaatkan dengan cukup baik, dari sinematografi yang picturesque, score yang tidak overdo, hingga production design dengan cita rasa vintage yang oke. Dan meskipun mengusung action serta thriller dengan rasa noir tapi unsur komedi Phantom Detective juga terasa oke terutama pada interaksi antara Gil-dong, Dong-Yi, dan Mal-soon, situasi di mana Gil-dong yang notabene seorang pembohong kelas kakap namun tidak dapat menutupi kebohongan di depan Dong-Yi dan Mal-soon terasa lucu.

Kinerja akting cast juga memiliki kontribusi yang tidak kecil pada pencapaian tadi. Seperti di tiga film yang pernah ia bintangi: Bleak Night, The Front Line, dan Architecture 101, serta tv-series SignalLee Je-hoon berhasil menampilkan acting performance yang tepat guna sebagai Hong Gil-dong. Memang pada awalnya ia terasa terlalu “lembut” tapi setelah itu Lee Je-hoon mampu membentuk kompleksitas Gil-dong, pria pintar dengan emosi yang rapuh, brutal tapi charming, terus terasa ambigu. Ia juga berhasil membangun koneksi yang menarik dengan dua pemeran anak perempuan yang juga tampil baik itu, chemistry yang oke dan berhasil menyuntikkan substance yang oke ke dalam cerita. Sementara itu Kim Sung-kyun tampil cukup baik sebagai penjahat berdarah dingin sedangkan walaupun perannya kurang besar tapi Go Ara mampu mencuri perhatian setiap kali ia muncul. 


Overall, Phantom Detective (Tamjeong Honggildong: Sarajin Maeul) adalah film yang cukup memuaskan. Plot penuh liku-liku yang tidak semuanya terasa kokoh, memiliki thrill ditemani beberapa humor yang cukup oke, visualisasi real world dengan sentuhan cartoonish yang cukup baik, serta kinerja akting yang mumpuni terutama Lee Je-hoon yang mampu membuat Hong Gil-Dong sebagai karakter ambigu yang ingin kita telusuri lebih jauh. Not totally intense dengan daya tarik konflik lengkap dengan proses investigasi yang menemani memang tidak selalu bersinar sejak awal hingga akhir namun tampilan yang seimbang antara brutal dan fun cukup berhasil mengikat penonton bersama excitement yang cukup oke hingga akhir. It’s a capable Korean action noir. Segmented.









0 komentar :

Post a Comment