02 August 2016

Review: The Himalayas (2015)


Film bertemakan kegiatan pendakian gunung belakangan ini terasa berwarna, seperti 'Meru' misalnya, tahun lalu juga ada 'Everest', dan Korea menciptakan versi mereka lewat 'The Himalayas'. Tapi bicara tentang film Korea kamu bisa taruh ekspektasi yang sedikit lebih besar pada mereka mengolah materi familiar dan menampilkannya dengan balutan drama yang manis. Pertanyaannya adalah apakah sebuah usaha penyelamatan di tengah medan yang begitu menantang akan terasa manis jika disandingkan dengan melodrama khas Korea? The Himalayas (Himallaya), an okay expedition melodrama.

Pendaki gunung veteran dan seorang ahli yang sangat dihormati bernama Um Hong-gil (Hwang Jung-min), tahun 1992 pernah menyelamatkan dua pria muda asal Korea bernama Park Moo-taek (Jung Woo) dan Park Jung-bok (Kim In-kwon) ketika mereka mendaki Gunung Everest. Namun meskipun dahulu telah menyarankan Moo-taek untuk tidak lagi melakukan pendakian Um Hong-gil mendapati bahwa Park Moo-taek dan Park Jung-bok kembali mencoba mendaki tujuh tahun kemudian bersama ekspedisi Kangchenjunga yang ia pimpin. Tahun 2004 sebuah kejutan menghampiri Hong-gil, sebuah ekspedisi berakhir buruk dan salah korban dari ekspedisi tersebut yang masih tertinggal adalah Park Moo-taek. 


Bagian pembuka film ini terasa sangat menarik, kesan menakutkan dan mengancam dari kegiatan pendakian gunung berhasil divisualisasikan dengan baik oleh sutradara Lee Seok-hoon (The Pirates), ia terasa oke dalam menggunakan elemen teknis seperti editing dan visual effects serta yang terpenting kita sebagai penonton langsung masuk ke dalam setting cerita dengan tekanan yang oke. Tapi untuk membahas tentang pendakian gunung dari film terasa sulit sebenarnya, di layar mereka muncul tapi ketimbang jadi jualan utama bersama berbagai bahaya yang mengancam mereka terasa seperti pendamping di sini. Jualan utama The Himalayas ternyata adalah sebuah melodrama dengan pendakian gunung sebagai jalan untuk bercerita, mencoba menyampaikan kisah persahabatan lengkap dengan tantangan fisik dan emosi. 


Itu memang tidak salah tapi yang jadi masalah seperti pertanyaan saya di awal tadi, apakah tema pendakian gunung dan melodrama dapat klik dengan baik di film ini? Jawabannya adalah cukup baik tapi terlalu biasa. Film ini menggunakan cukup banyak waktu untuk menampilkan hubungan antara Moo-taek, Jung-bok, dan Hong-gil, dari “kesulitan” yang berasal dari Hong-gil seperti lewat beberapa tawa di sana-sini. Bagian ini terasa cukup oke, saya merasa dekat dengan karakter-karakter tadi walaupun tidak merasakan koneksi emosi yang luar biasa ketika mereka menghadapi tantangan. Dan ketika bagian tersebut telah terbentuk cerita mulai mencoba mengkombinasi genre, adventure dengan dramatisasi. Sebenarnya berbagai subplot film ini cukup oke tapi di sini pula sumber minus terbesar dari The Himalayas: yang ia coba lakukan kerap terasa “cheap”. 


Manipulasi emosi di dalam script yang cheesy tidak menjadi masalah jika ditampilkan dengan kesan yang konsisten tidak terasa murahan. Tidak semuanya tapi mayoritas dramatisasi The Himalayas terasa kurang memikat, seperti melayang-layang, ibarat sebuah sup ini terasa terlalu polos. Fokus utama Lee Seok-hoon di sini seperti bagaimana mempermainkan emosi penonton tanpa membuat tone cerita terasa berat. Apakah strategi semacam itu mungkin? Ya, mungkin, tapi tanpa detail yang oke daya tarik dari drama terus naik dan turun, tidak terasa stabil. Pusat utama 'The Himalayas' adalah emosi karakter, fokus pada koneksi antar karakter dan ekspresi wajah mereka. Seperti disebutkan tadi ikatan antar karakter ada yang menarik tapi karena terlalu bertumpu pada relationship membuat cerita tidak punya urgensi yang menarik. 


Untung saja The Himalayas punya cast dengan kinerja yang oke. Posisi naik di grafik daya tarik tadi mayoritas berasal dari kinerja akting, menggambarkannya secara sederhana mereka terasa entertaining baik sebagai individu maupun tim. Hwang Jung-min tentu saja bintang yang paling bersinar di sini, ia berhasil menampilkan obsesi Hong-gil pada kegiatan mendaki gunung tapi juga menggabungkan dengan baik kesan “keras” bersama kesan lembut yang dimiliki karakternya itu. Jung Woo juga tampil oke, pria berjiwa muda yang lucu dan humble merupakan daya tarik terbesar dari Park Moo-taek dan itu berhasil ditampilkan dengan baik oleh Jung Woo. Sementara itu Jung Yu-mi dan Ra Mi-Ran merupakan karakter sekunder lain yang sukses mencuri perhatian. 


Meskipun menggunakan judul ‘The Himalayas’ serta kegiatan pendakian gunung sebagai basis ternyata film ini merupakan sebuah melodrama berisikan kisah brotherhood, persahabatan, dan keluarga. Memiliki visual yang oke sutradara Lee Seok-hoon kurang berhasil membangun koneksi yang benar-benar kuat antara elemen drama dan elemen action untuk dapat bersanding sejajar, menjadi petualangan penuh bahaya yang meraih simpati penontonnya tidak berhasil dilakukan dengan maksimal olehnya. Alhasil meskipun memiliki beberapa momen yang menghibur ‘The Himalayas’ kurang berhasil dalam upayanya menjadi an expedition melodrama dengan emosi yang luar biasa. Terkadang hit, terkadang miss, untungnya di dua jam durasinya tidak pernah terasa menjengkelkan terlebih berkat kinerja akting yang terasa mumpuni. Not bad.











0 komentar :

Post a Comment