30 March 2020

Movie Review: Blow the Man Down (2019)


“Dear, your friend was killed before she made it into the water.”

Judul film ini merupakan sebuah lagu pelaut Inggris di mana liriknya menceritakan kecelakaan besar di laut yang disebabkan oleh hantaman badai besar dan dahsyat. Badai besar itu datang secara tiba-tiba yang kemudian menghantam kapal, membuat kapal kehilangan keseimbangan sehingga “meledakkan” kapal dengan kekuatannya, termasuk “meledakkan” para pelaut laki-laki di dalam kapal tersebut. Makna lirik tersebut mewakili situasi yang dihadapi dua karakter utama di film ini, sebuah black comedy thriller in the style of the Coen brothers. ‘Blow the Man Down’ : an effective tragicomedy.

Meskipun telah dihibur oleh tiga wanita paruh baya, Susie Gallagher (June Squibb), Gail Maguire (Annette O'Toole), dan Doreen Burke (Marceline Hugot) yang merupakan sahabat dari mendiang ibu mereka, dua kakak beradik Priscilla Connolly (Sophie Lowe) dan Mary Beth Connolly (Morgan Saylor) tetap kesulitan menghadapi masalah besar yang datang menghampiri mereka. Pasca ditinggal oleh Ibu mereka Priscilla kini harus meneruskan fish shop keluarga untuk melunasi hutang keluarga namun hal yang berbeda ada dipikiran adiknya, wanita pemalas yang sudah jengah dengan kondisi kota tempat mereka tinggal.

Celakanya ketika tidak terima dengan keputusan sang kakak yang dengan tegas menolak keinginannya untuk pindah, Mary Beth secara tidak sengaja melakukan sebuah tindakan kriminal yang berat. Kondisi tersebut semakin berbahaya bagi Mary Beth ketika usahanya bersama Priscilla untuk menyembunyikan barang bukti dari aksi kriminal tadi justru membuat mereka menjadi sorotan Enid Nora Devlin (Margo Martindale), wanita pemilik rumah bordil yang mengaku juga sudah berteman lama dengan ibu Priscilla dan Mary Beth dan sedang mencari pria bernama Gorski (Ebon Moss-Bachrach).
Sebelum membawa penonton menyaksikan bagaimana hidup dari dua karakter utama yang sedang bersedih itu berubah menjadi semakin kacau, duet sutradara Bridget Savage Cole dan Danielle Krudy telah berhasil menciptakan atmosfir yang terasa cukup kuat dengan menggunakan sekelompok nelayan menyanyikan lagu Blow the Man Down layaknya sebuah orkestra. Tone visualnya sendiri juga tidak kalah menarik, seperti yang disinggung di bagian awal tadi akan banyak mengingatkan penonton dan juga membuat mereka merasakan feel presentasi layaknya sebuah black-comedy dengan gaya the Coen brothers. Ya, ‘Blow the Man Down’ memang mengangkat cerita kejahatan namun ini dikemas dengan sentuhan black-comedy yang sangat kental.

Premisnya sendiri tidak membawa sesuatu yang benar-benar baru sebenarnya, kisah tentang sebuah aksi tidak disengaja yang kemudian dilanjutkan dengan upaya menutupi atau menyembunyikan aksi tersebut. Film ‘Fargo’ akan terlintas di pikiran penonton dan tidak heran sebenarnya karena di sini Bridget Savage Cole dan Danielle Krudy secara jelas juga menempakan pula satu karakter polisi simpatik layaknya Marge Gunderson, ia lapar dan kerap menjadi sumber tawa. Namun cara Bridget Savage Cole dan Danielle Krudy menggerakkan plot yang membuat premis klasik tadi jadi terasa menarik, bagaimana mereka membagi potongan cerita dengan baik sehingga menarik penonton untuk ikut menyusun puzzle sederhana itu.
Salah satu kewajiban dari sebuah murder mystery berhasil ditampilkan dengan baik di sini, dari memberikan kejutan yang terasa kuat lalu membuat proses pencarian yang bertarung dengan upaya “melarikan diri” memiliki tensi dan thrill yang menarik. Bridget dan Danielle membangun dua hal tersebut dengan baik di sini, cerita yang mereka tulis bersama telah disusun dengan urutan yang cermat, terasa fun untuk diikuti kisah kakak beradik yang bersembunyi dari hukuman ini terasa simple dan unik dengan plot yang memiliki nafas noir klasik. Di sisi lain tensi dan thrill di dalam cerita terasa cukup kuat meskipun tidak tajam, sedangkan mood atau atmosfir cerita yang memadukan gloomy bersama komedi itu juga terasa oke.

Namun sama seperti black-comedy pada umumnya, ‘Blow the Man Down’ punya kombinasi yang membuatnya terasa segmented. Walaupun kombinasi komedi dan crime drama terasa seimbang di mana masing-masing tidak saling melemahkan, di sisi lain plot sendiri di beberapa bagian fokus terasa sedikit longgar begitupula dengan cerita yang memiliki cukup banyak karakter yang menyemarakkan cerita. Dan tentu, aksi bernyanyi dari para nelayan itu ada yang terasa tidak pada tempatnya, tidak semua terasa fit. Untungnya adalah kombinasi dari minus tersebut tidak membuat pesona unik dan aneh yang dihadirkan Bridget dan Danielle menjadi rusak.
‘Blow the Man Down’ punya dialog-dialog oke dan dieksekusi dengan baik pula oleh karakter-karakter offbeat, dengan sedikit sentuhan kontemporer dari gaya Agatha Christie, Bridget dan Danielle berhasil menjaga excitement cerita, sehingga ketika sebuah kejutan besar itu muncul penonton dibuat terdiam sejenak. Setelah sibuk mempermainkan cerita yang sukses mengguncang kehidupan dua karakter utama, ‘Blow the Man Down’ punya kejutan lain yang berhasil mengguncang penonton serta meninggalkan mereka dengan pertanyaan. Disengaja memang namun dengan dibantu elemen teknis yang oke seperti visual yang mampu mempertahankan mood sedih yang terasa cukup intim di dalam cerita hal itu justru yang membuat kisah ini terasa cukup memorable.

Hal lain yang memorable dari film ini ada di divisi akting. Satu-satunya karakter pria yang memiliki peran di dalam cerita adalah Officer Justin Brennan yang diperankan dengan efektif oleh Will Brittain. Dua pemeran utama sendiri, Morgan Saylor dan Sophie Lowe dapat dikategorikan menjalankan tugas mereka dengan baik mengingat materi yang dimiliki oleh karakter mereka. Yang mencuri perhatian di sini justru adalah trio older women dan juga Margo Martindale. Trio older women yang diperankan dengan baik oleh June Squibb, Marceline Hugot, dan Annette O'Toole sedari awal telah mengundang tanda tanya dari eksistensi mereka di dalam cerita, dan tugas dijalankan dengan baik, sedangkan Margo Martindale menjalan tugasnya dengan baik membuat karakter Enid sebagai sosok yang “dikucilkan” di lingkungannya.
Overall, ‘Blow the Man Down’ adalah film yang cukup memuaskan. Duet sutradara Bridget Savage Cole and Danielle Krudy berhasil menghadirkan sebuah coming-of-age story dengan mencampur beberapa genre menjadi satu kesatuan yang cukup compact, sebuah tragicomedy dengan style ala Coen brothers. Memang, hasil akhirnya tidak sekuat film-film dari nama terakhir tadi, namun dengan penataan yang baik dan cermat ‘Blow the Man Down’ adalah sebuah percobaan yang berani dan cukup memorable dari duet Bridget Savage Cole and Danielle Krudy, sebuah twisty black-comedy thriller yang terasa sangat efektif. Segmented.










1 comment :