15 November 2015

Review: By The Sea (2015)


“Have I really become that dull?”

Saya tidak tahu berada di posisi mana ketika tahun lalu Angelina Jolie menyatakan niatnya untuk pensiun sebagai aktris. Jolie punya alasan yang unik dibalik keputusannya yaitu tidak lagi merasa nyaman berada di depan kamera dan merasa nyaman berada di belakang kamera, tapi disisi lain film yang telah ia sutradarai kala itu, In the Land of Blood and Honey, meskipun mendapat nominasi Golden Globe juga kurang memuaskan. Rasa ragu eksis, dan boom, hadir Unbroken yang ada di level serupa. By the Sea persis seperti alasan Angelina Jolie tadi, Before Midnight yang merasa nyaman menjadi tidak nyaman.

Roland Betrand (Brad Pitt) merupakan seorang penulis, dan istrinya Vanessa (Angelina Jolie) adalah seorang penari, kini berada di usia pernikahan yang ke 14 tahun. Pasangan ini melakukan perjalanan ke pantai selatan Perancis dengan tujuan agar Roland memperoleh inspirasi buat novelnya. Namun dari dalam mobil hingga tiba di kamar hotel tidak ada sepatah kata yang keluar dari pasangan ini, Vanessa dengan tatapan sedih, dan Roland yang tidak bisa menutup rasa cemas pada Vanessa. Kapal itu mulai goyah, pernikahan mereka sedang dalam masa kritis. Celaka karena kondisi itu menghasilkan niat lain dari Vanessa, sasarannya Lea (Mélanie Laurent) dan François (Melvil Poupaud), penghuni kamar sebelah, pengantin baru yang ia tonton aktivitas intim mereka melalui sebuah lubang kecil. 



Alasan utama mengapa By the Sea merupakan sebuah romantic drama yang nyaman menjadi tidak nyaman karena ambisi besar dari Angelina Jolie Pitt yang ia tanamkan di dalam cerita ternyata sejak awal hingga akhir tidak pernah mampu untuk bernafas dengan lepas. Roland dan Vanessa seperti dua karakter yang disandera tapi tidak berusaha untuk melepaskan diri, lebih memilih menunggu bantuan datang. Bicara tentang niat sebenarnya film ini sangat baik, seperti mencoba melakukan apa yang Before Midnight lakukan tapi dengan nada yang lebih gelap tanpa menggunakan lelucon sebagai pemanis. Tapi sayang sekali Angelina Jolie Pitt masih belum mampu memperbaiki kelemahannya sebagai sutradara, yang sebenarnya telah ia tunjukkan di film sebelumnya dimana ia menjadi sutradara.



Karena proyek By the Sea terhitung private maka kesalahan mengapa film ini gagal bersinar tentu saja bertumpu pada Angelina Jolie Pitt. Terdapat beberapa minus yang menariknya saya pinjam dari review Unbroken di awal tahun, karena kelemahan yang hadir disini masih sama seperti yang hadir di Unbroken. Pertama, tidak ada urgensi. Mudah buat kamu untuk mengerti maksud dibalik keheningan yang Jolie set, tapi cara ia memainkan materi tidak tangkas, hasilnya seringkali cerita terasa monoton. Berikutnya adalah terlalu kaku. Ini penyebab cerita tidak pernah bernafas lepas, Jolie tahu apa yang ingin ia sampaikan tapi bingung pada cara penyampaian. Dan hasilnya penonton hanya sebatas menunggu jawaban datang, bukan menelusuri dan merasakan secara mendalam perjuangan di pernikahan Roland dan Vanessa.



Tidak banyak yang terjadi di dalam cerita, dan kunci penting adalah bagaimana agar fokus terus kuat sampai akhir. By the Sea gagal menjaga fokus, cerita yang membutuhkan kedalaman yang baik justru di buat misterius oleh Jolie. Oh, tidak full memang, ia juga tampak bingung dibagian itu, apakah ingin menjadikan ini misterius atau tidak. Roland dan Vanessa merasa bosan dan menderita pada pernikahan mereka, saya tidak mengatakan menyaksikan ini menjadi sebuah derita tapi rasa bosan kerap hadir sejak awal. Kita tahu mereka siapa, kita tahu masalah mereka, tapi sulit untuk mengenal Roland dan Vanessa lebih jauh. Pasangan itu mungkin mengerti satu sama lain didalam diam, tapi penonton tentu tidak. Masak masalah, buat ia tumbuh dari akar, bukannya membuat masalah tentang depresi seperti teka-teki yang mondar-mandir selama dua jam.



Tapi ada satu hal yang menarik disini, dan untung saja ia tampil kuat sehingga meskipun cerita terasa monoton dan cenderung membosankan kamu mungkin dapat bertahan karenanya. Bukan kualitas akting, meskipun Jolie dan Pitt memberikan penampilan yang tidak dapat dikatakan buruk. Sumbernya adalah visual dan music, dua hal yang tampil manis juga di Unbroken. Gambar-gambar milik By the Sea harus diakui sangat manis, banyak membantu menahan agar kehampaan cerita tidak sangat menghancurkan. Visual seperti sekumpulan gambar yang sejak awal di canangkan jadi bagian dari majalah, jadi satu-satunya bagian yang sukses mencapai niat film ini untuk terasa artsy. Saya juga suka dengan penggunaan music, banyak membantu cerita yang kesulitan bernafas itu.



Apakah ini karena Angelina Jolie Pitt merupakan seorang yang idealis, keras kepala, atau bakatnya sebagai sutradara masih stuck, karena kelemahan film ini masih sama seperti kesalahan yang ia lakukan di film sebelumnya. Dan By the Sea semakin kacau karena sepenuhnya dibangun oleh Jolie. Niatnya memang menyampaikan isu tentang gejolak pernikahan tapi hasilnya seperti pasangan yang bersantai di tepi pantai tanpa gairah. Tidak ada gejolak cinta yang kuat di film ini, plot dan karakter kaku dan sering terasa kosong, berjalan terasa kaku dan monoton, isinya kehampaan dan keheningan serta dramatisasi berlebihan. Mungkin Angelina Jolie sebaiknya bertapa untuk memperdalam ilmu, jadi proyek selanjutnya tidak terkesan sekedar bermodalkan materi dan ambisi, karena ia masih lemah dalam hal mengekplorasi. Segmented. 













Thanks to: rory pinem

1 comment :