30 November 2014

Review: Alexander and the Terrible, Horrible, No Good, Very Bad Day (2014)


"One day can change everything."

Tidak seperti judulnya yang punya empat suku kata dengan makna buruk, film produksi Disney ini secara mengejutkan justru tidak memberikan pengalaman yang begitu buruk bagi penontonnya. Memang bodoh, dangkal, klise, apapun itu sebutan untuk sesuatu yang tidak baru dan standard, tapi dengan berbagai pengulangan yang di eksekusi dengan berani itu Alexander and the Terrible, Horrible, No Good, Very Bad Day justru mampu memberikan hiburan yang manis, hiburan konyol yang tidak serta merta benar-benar kosong tanpa memberikan sesuatu yang penting bagi penontonnya.   

Menjelang ulang tahunnya yang ke-12, Alexander (Ed Oxenbould) justru harus berhadapan dengan salah satu hari terburuk dalam hidupnya, dan semakin celaka karena ikut melibatkan seluruh anggota keluarganya. Ayahnya, Ben (Steve Carell), sedang bersiap menghadapi wawancara kerja, sedangkan sang ibu, Kelly (Jennifer Garner), mendapat masalah dengan rumah penerbitan. Tidak berhenti sampai disitu karena masalah juga hadir dari dua saudaranya, kakaknya Emily (Kerris Dorsey) dengan hal terkait Peter Pan, dan juga abangnya Anthony (Dylan Minnette), yang berusaha meraih surat ijin mengemudi agar dapat menjemput pacaranya, Celia (Bella Thorne). 



Film yang berdasarkan dari buku anak-anak dengan judul yang sama ini memang murni film yang mencoba menyampaikan ceritanya dengan mendaur ulang berbagai aksi klasik komedi, tidak ada yang baru, tidak ada yang segar, itu mungkin akan membuat beberapa penonton yang sejak awal sudah kesulitan untuk klik akan merasa jengkel hingga akhir. Tidak sampai disitu saja, statusnya sebagai family movie juga akan memberikan kesulitan tambahan karena dengan upaya untuk menghibur penonton muda apa yang ia tampilkan bisa saja terkesan terlalu bodoh untuk penonton dewasa. Tapi dari situ pula munculnya sesuatu yang mengejutkan saya, karena berbagai bagian bodoh dan konyol itu ia punya beberapa pesan positif tentang keluarga yang dikemas dengan sangat sederhana.



Hal tersebut yang membuat film ini terasa terus hidup sampai akhir padahal ia punya materi yang tergolong lemah, karena ada irama yang menyenangkan, tidak peduli seberapa predictable mereka momen-momen lucu yang ia sajikan sukses menciptakan senyuman bahkan beberapa diantaranya menghasilkan tawa. Sosok kunci dari keberhasilan tadi adalah Miguel Arteta. Pekerjaan yang ia lakukan disini memang tidak mengagumkan, tapi ia mampu meracik hal-hal yang sudah sangat familiar itu untuk menciptakan kekacauan yang terus menerus mencengkeram atensi penontonnya. Itu yang saya suka, kita mendapatkan semangat atau energi di cerita, mondar-mandir standard yang disengaja itu ia gunakan untuk merangkai tiap masalah dengan meyakinkan, dan salah satu faktor penting lain adalah Miguel Arteta mampu membuat semuanya baik itu cerita dan karakter terasa mudah untuk dinikmati.



Trik jitu memang, karena materi yang ia punya sudah lemah, dan cara paling ampuh ya memang dengan menggunakan mereka bersama irama yang cepat dan cekatan. Alexander and the Terrible, Horrible, No Good, Very Bad Day (oh God, that title) meraup keuntungan dari sana, kamu tidak akan pernah berhenti beranggapan bahwa mereka bodoh, tapi kebodohan itu tetap terasa menarik dan enak, meskipun perpindahan cerita yang tidak jarang terasa terlalu liar. Penampilan dari para aktor juga punya peran yang tidak kecil, masing-masing punya hal menarik untuk diamati. Dua jagoan utamanya juga tidak tampil buruk, Carrell tampil baik dengan komedi yang telah akrab dengannya ini, sedangkan Jennifer Garner memberikan kejutan dengan karakter manis yang selalu membuat kejutan yang ia alami terasa mengejutkan.



Saya percaya komedi tidak harus pintar, dan juga tidak wajib memberikan sesuatu yang berbeda, karena sama seperti horror dengan mendaur ulang hal-hal standard dan familiar untuk tidak terasa basi mereka sudah melakukan sebuah pekerjaan yang baik. Alexander and the Terrible, Horrible, No Good, Very Bad Day berhasil melakukan itu, ini bodoh, ini standard, ini juga tampil dengan mengandalkan kekacauan, tapi ketika dirakit dengan pintar oleh Miguel Arteta ia berhasil memberikan sebuah hiburan yang menyenangkan. Segmented.








0 komentar :

Post a Comment