01 January 2014

Movie Review: The Selfish Giant (2013)


Ada yang mengatakan biarkan hidup anda mengalir dengan lembut,lepas dan nikmati, karena upaya memaksa untuk dapat maju selangkah lebih jauh tidak sepenuhnya hanya memberikan dampak positif. The Selfish Giant adalah coming-of-age yang mencoba menggambarkan kalimat sederhana tadi, bagaimana ketika seorang remaja pria yang masih bertumbuh dan bahkan belum begitu stabil harus masuk kedalam masalah besar akibat keputusan yang ia ambil.    

Mereka berdua punya kepribadian serupa, berjiwa bebas dan mencoba untuk mandiri. Hal itu pula yang kemudian menyebabkan Arbor (Conner Chapman) dan Swifty (Shaun Thomas) memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan walaupun sesungguhnya mereka masih berada di usia remaja yang seharusnya menaruh fokus pada pendidikan. Suatu malam disaat sedang berjalan-jalan menggunakan kuda, mereka melihat dua pria dewasa sedang mencoba mencuri kabel tembaga dari rel kereta api, yang celakanya justru jatuh ketangan mereka.

Ya, dari kesuksesan tersebut tumbuh rasa percaya diri untuk mulai belajar berdagang dengan mencari barang-barang bekas dilingkungan mereka, apalagi Arbor dan Swifty telah menemukan seorang pria yang mau membeli barang illegal yang mereka temukan bernama Kitten (Sean Gilder). Namun sikap Arbor yang masih belum mampu mengendalikan semangat besar yang ia miliki menyebabkan mulai tumbuhnya gesekan, muncul ketegangan yang dibalik tampilan tenangnyaberpotensi merusak persahabatannya dengan Swifty.


Clio Barnard sepertinya masih belum mau bergerak dari penggunaan gaya realis dalam upaya menggambarkan ide yang ia miliki. Setelah tiga tahun yang lalu menciptakan dokumenter abstrak berjudul The Arbor dengan salah satu bagian unik dimana ia menciptakan dramatisasi dari sekumpulan orang di ruang publik hanya dengan menggunakan sofa, kali ini Barnard kembali menggunakan warna yang sama untuk menyajikan permasalahan sosial namun dengan cara yang lebih ringan. Ya, ini ringan, dibangun dengan cara yang klasik, tidak ada kerumitan yang begitu kompleks dari cara ia berjalan, namun yang menyebabkan The Selfish Giant berbeda tersimpan sebuah kenikmatan yang padat didalamnya.

The Selfish Giant ibarat sebuah kue tart dengan tampilan luar yang standard namun kemudian memberikan ledakan-ledakan kecil yang menarik ketika anda telah melahapnya. Tidak digali terlalu dalam, tidak ada dramatisasi sentimental yang berlebihan, tema coming-of-age itu sengaja dibiarkan terus berputar hanya pada isu utama terkait jiwa muda yang belum mampu mengendalikan sikap dewasa yang ia miliki. Ya, ini mungkin akan terasa seperti Fish Tank, ketika karakter muda berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi belum matang sepenuhnya. Bukan isu yang baru memang, namun ini menarik karena hal familiar itu dibangun dengan penuh percaya diri.

Sikap itu pula yang kemudian semakin mempertebal serta memperkuat nafas natural dalam cerita. The Selfish Giant terasa sangat alami, sangat nyata, secara perlahan dengan cara yang halus kita seperti terjerat dalam konflik mondar-mandir yang dialami oleh Arbor, dari motivasi yang besar, kasih saying, saling membantu, rasa iri, hingga sakit hati. Itu semua dibalut dengan gerak cekatan, efisien, dan efektif yang dibentuk oleh Clio Barnard sehingga makna dari setiap scene yang ia tampilkan tersampaikan dengan baik, sisi suram dan kejam dari strata sosial yang tidak begitu tinggi lengkap dengan kritik implisit yang disampaikan lewat penggambaran yang berani, dari penyiksaan, beban hidup, hingga sikap tegas dalam bertindak.

Apakah The Selfish Giant semenarik itu? Ya, ini menarik, namun tidak berada di level tinggi. Ini lebih terasa seperti kemasan standard yang dieksekusi dengan memikat, terlebih dengan penampilan memukau dari Conner Chapman dan Shaun Thomas. Conner Chapman sangat berperan besar dari keberhasilan Barnard dalam menarik minat penontonnya pada cerita, aktor amatir ini berhasil menghadirkan kombinasi aneh antara simpati dan rasa kesal pada karakternya, semangat yang menggebu hingga sikap sensitif, perjuangan hidup yang bergabung dengan ironi menghadirkan pertimbangan pada penonton.

Ya, bimbang, akan ada rasa ragu apakah layak untuk menaruh rasa kasihan pada Arbor setelah semua kelakuannya. Hal tersebut semakin kuat setelah menilik variabel pembanding yang hadir pada sosok Swifty, yang juga dimainkan dengan baik oleh Shaun Thomas, melalui perpindahan yang ia alami, begitupula dengan sikap dari pemeran dewasa lain dalam diri Sean Gilder terhadap Arbor. Kombinasi ketiganya menghadirkan pertarungan segitiga lengkap dengan konflik kecil  yang padat dalam perjuangan hidup yang terus terjaga, stabil, dan fokus.


Overall, The Selfish Giant adalah film yang memuaskan. Dengan menggunakan aksi penjarahan yang dilakukan dua anak dibawah umur, Clio Barnard berhasil menghadirkan kritik terkait permasalahan sosial dengan menggunakan perjuangan mengendalikan diri dari jiwa muda yang masih bertumbuh yang dibantu dengan performa memikat dari Conner Chapman.



0 komentar :

Post a Comment