19 December 2013

Movie Review: Fruitvale Station (2013)


"Every step brings you closer to the edge."

Setiap orang akan menemukan situasi dan momen kelam dalam hidupnya, kemudian akan berusaha untuk melupakan kisah tersebut dan berubah, secepatnya. Ya, sikap tersebut harus dilakukan sesegera mungkin, karena hidup anda dapat berubah hanya dalam sekejap. Fruitvale Station mencoba menggambarkan hal tadi kedalam kisah sederhana yang menggunakan kisah nyata dengan balutan diskriminasi, rasisme, hingga isu sosial, kombinasi antara proses dan ledakan.   

Oscar Grant III (Michael B. Jordan), atau yang biasa disapa Oscar, merupakan contoh dari sosok yang tidak diinginkan semua pria terjadi pada mereka. Masih sangat muda, 22 tahun, Oscar sudah memiliki seorang istri bernama Sophina (Melonie Diaz), dan anak perempuan, Tatiana (Ariana Neal). Yang menjadi permasalahan disini adalah Oscar bukanlah seorang suami yang dapat diandalkan, bahkan hal tersebut juga sudah dimaklumi oleh ibunya, Wanda Johnson (Octavia Spencer), dari dipecat karena sering terlambat, hingga menjadi pengedar narkoba.

Ya, penjara dan perkelahian seperti tidak menjadi hal yang menakutkan bagi Oscar, hingga suatu ketika ia memutuskan berubah dan ingin memulai menata kembali kehidupannya yang telah kacau, berupaya menjadi suami, ayah, dan anak yang lebih baik lagi. Namun ketika mulai menerapkan pola hidup baru untuk membuktikan komitmen yang telah ia tetapkan, Oscar menemui berbagai hambatan, salah satu berasal dari masa lalunya yang kemudian membawa Oscar masuk kedalam sebuah kisah kelam di Fruitvale Station disaat hendak merayakan tahun baru.


Kisah yang kelam ini sejak awal coba dibangun dengan cara yang sangat terbuka oleh Ryan Coogler, ia seperti tidak ingin membuat film pertamanya ini menjadi sekumpulan dramatisasi yang dipermak sedemikian rupa pada elemen teknis agar tampak halus dengan cara klasik yang sudah sering kita temukan. Sejak awal tidak tampak upaya untuk menjadikan Fruitvale Station tampak megah, status independent itu seperti ditekan di semua aspek pendukung yang pada akhirnya menciptakan sebuah petualangan singkat yang terasa alami. Film ini seperti sebuah biografi yang berani dalam warna Beasts of the Southern Wild.

Ya, berani, bahkan sejak awal penonton sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada Oscar di akhir cerita lewat tampilan sebuah rekaman amatir, rekaman yang asli. Benar, asli, status tersebut pula yang tampaknya memberikan sebuah sikap waspada yang sangat ekstra pada Ryan Coogler, selalu menunjukkan sikap hati-hati dalam membangun cerita. Namun satu hal yang unik perlahan kita akan merasa seperti terjerat, mulai muncul simpati, hadir atensi pada proses rekonstruksi, intim namun tajam, dengan cara yang sederhana cerita dan karakter terus bergerak maju secara efektif dan stabil.

Fruitvale Station memang terasa sangat stabil dalam proses observasi dengan sedikit sentuhan studi karakter yang ia ciptakan bagi penonton, bahkan tidak ada dinamika cerita yang bersemangat dan penuh energi, cenderung datar hingga awal bagian penutup. Sangat fokus pada karakter, mencoba menjadikan penontonnya tertarik sebagai upaya untuk mempersiapkan ledakan dibagian akhir yang berpotensi besar menghadirkan sebuah penggambaran yang menyiksa. Ya, bahkan secara tidak sadar dibagian tersebut saya terus mengepalkan tangan seolah ingin melayangkan pukulan kepada para polisi rasial yang bertindak brutal itu.

Tidak aneh memang, ini menarik karena ia lebih dominan bermain di area positif, meskipun secara keseluruhan Ryan Coogler seperti hanya mencoba fokus untuk membangun ulang kisah Oscar, dan lebih mengandalkan keberhasilan pesan-pesan kecil yang ia letakkan secara implisit itu kepada kemampuan penonton untuk menggali dan meletakkan asumsi sendiri. Mereka memang mudah ditangkap, namun yang menjadi persoalan adalah tidak ada sebuah tekanan yang menghantui, sebuah rasa cemas yang seharusnya merupakan dampak dari rekaman di awal tadi, padahal disisi lain ia sudah sangat berhasil menjaga isu diskriminasi tetap menjadi fokus utama, walaupun ada isu sosial hingga politik yang berpeluang mencuri perhatian.

Divisi akting merupakan kekuatan utama. Sebenarnya ada sedikit kekecewaan pada cara sosok Oscar dibangun, kurang lepas dan terlalu dominan bermain di sisi positif untuk menarik simpati, namun performa yang kuat dari seorang Michael B. Jordan berhasil meminimalisir dampak dari nilai minus tadi. Melonie Diaz juga berhasil memanfaatkan kesempatan yang ia miliki untuk memberikan kontribusi positif, namun bintang utamanya bagi saya adalah Octavia Spencer, performa yang kuat, ada cinta dan kasih dari seorang ibu, rasa takut, cemas, tidak sabar, menjadikannya sebagai sosok yang terasa hangat, bahkan kehancuran emosional dibagian akhir justru banyak bersumber dari Wanda.


Overall, Fruitvale Station adalah film yang cukup memuaskan. Kinerja Ryan Coogler yang memikat sebagai sutradara dan penulis, akting yang kuat dari Michael B. Jordan dan Octavia Spencer, film ini akan membawa anda kedalam proses yang berujung sebuah pertarungan emosional, walaupun kurang seimbang dan bergerak terlalu stabil untuk film dengan tema kehancuran. Yang pasti dengan cara yang jauh dari kesan menggurui, Fruitvale Station berhasil memanfaatkan kisah nyata tersebut untuk mengingatkan penontonnya pada betapa berharganya setiap waktu yang mereka miliki, karena hidup anda dapat berubah hanya dalam sekejap.










3 comments :

  1. min....punya subtitle film carrie sama the spectacular now ngk?? hehehe ;-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Carrie udah banyak kok, coba dicari aja. Kalau TSN masih belum ada.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete