01 August 2013

Movie Review: Drug War (Du zhan) (2013)

 

“High risk, high return. High return, high risk."

Tidak ada sesuatu yang besar lahir dari perjuangan yang kecil, karena untuk memperoleh hasil yang dapat memuaskan tentu saja anda harus ikut mempertaruhkan sebuah resiko yang tidak kalah besar. Hal tersebut merupakan inti yang ingin disampaikan oleh Drug War (Du zhan), karya terbaru dari Johnnie To, sebuah contoh menarik dari bagaimana sebuah film bertemakan kriminal mampu menghadirkan tontonan yang mengawinkan ketenangan bersama dengan tensi yang intens, dalam balutan materi klasik namun tidak murahan.

Captain Zhang Lei (Sun Honglei), pemimpin kepolisian Tianjin, seperti menemukan sebuah pintu masuk yang lebih mudah dalam upaya mereka memberantas obat terlarang. Zhang berhasil menangkap Timmy Choi (Louis Koo), seorang pemimpin produsen obat terlarang kelas berat. Bukan hanya gram, namun ton, dan menjadikan Timmy harus berhadapan dengan tuntutan hukuman mati. Namun alih-alih menyerahkan diri begitu saja untuk menemui ajalnya, Timmy memberikan sebuah penawaran kepada Zhang bersama dua anak buahnya, Yang Xiaobei (Huang Yi) dan Guo Weijun (Wallace Chung), dan membuka akses menuju sosok yang ia kenal, produsen yang jauh lebih besar.

Sadar akan kekuatan yang dimiliki sasaran tembak mereka, Zhang memilih untuk menjalankan skenario dengan menjebak seorang boss geng bernama “Paman Bill”, dan mulai melakukan pengrusakan untuk memanfaatkan apa yang ia miliki. Namun celakanya diluar dugaan ternyata Timmy harus terlibat lebih aktif dalam scenario ini, menjadikan statusnya yang awalnya hanya pembuka jalan kini bertambah menjadi jembatan penghubung. Hal tersebut memaksa fokus polisi semakin besar, terus berpacu tanpa lelah selama 72 jam, sembari terus waspada pada pihak mana yang harus mereka percaya, karena hitam dan putih terpisah sangat tipis dalam dunia kriminal.


I’m not Johnnie To big fans. Saya hanya tahu bahwa dia adalah salah satu sutradara Asia ternama, dan baru menonton beberapa filmnya semacam Election, Mad Detective, dan Vengeance ditengah kepungan banyak film miliknya yang telah mendapatkan banyak apresiasi bahkan jauh sebelum saya lahir, lebih dari dua dekade yang lalu. Kali ini Johnnie To kembali dalam sebuah paket yang punya rasa sama seperti materi yang ia miliki, tampak kompleks namun punya inti yang ringan. Hanya dua, polisi, dan penjahat, digabungkan dalam sebuah permainan sederhana yang terasa kuno namun mengasyikkan karena mampu menyesatkan. Hal utama yang menjadikan film ini menarik adalah dibalik potensi untuk menjadi sebuah kisah crime yang megah, Drug War justru memilih tampil sebagai sebuah tontonan yang sederhana tapi mampu tampil intens sejak awal, hingga akhir.

Yap, film ini tidak menawarkan warna baru pada genre crime, karena Drug War justru memilih menjadi sebuah paket yang menggambarkan bagaimana cara tampil menarik hanya dengan menggunakan materi-materi klasik dari genre ini. Yap, klasik, banyak menggunakan materi stereotip namun dibangun dengan tepat guna sehingga mampu menghadirkan thrill dalam ketenangan yang ia tunjukkan selama berjalan. Drug War punya senjata pada dua opsi yang berjalan sejajar, hitam dan putih, baik dan buruk, menjadi sumber utama dari rasa ragu penonton karena keputusannya untuk tidak digali terlalu dalam sehingga menyebabkan batas diantara keduanya yang menjadi tidak begitu jelas. Hal ini semacam sebuah ajakan yang menjadikan anda akan terus mencoba ikut menebak dimana posisi karakter itu berada, serta motif utama yang ia bawa.


Script yang disusun bersama oleh Wai Ka-Fai, Yau Nai-hoi, Ryker Chan, dan Yu Xi, tidak dapat dipungkiri punya beberapa kelemahan kecil, namun jika menilik ia sebagai dasar utama apa yang mereka kerjakan dapat dikatakan sebuah pondasi yang efektif. Alur pelan yang ia ciptakan mampu berpadu dengan intensitas tekanan menakutkan yang tak pernah hilang dari perpindahan tiap adegan sepanjang film. Sangat suka dimana ia tidak menghadirkan romantisme dan komedi berlebihan yang disengaja, hal yang belakangan ini telah menjadi sesuatu yang familiar hadir pada kebanyakan film di genre ini, yang justru kerap menjadi sumber rasa jengkel, bergerak cepat dan efisien dengan menggunakan tema utama cara polisi bekerja digabungkan dengan aksi catch and run yang simple dan solid.

Predictable? Mungkin iya, namun dengan sedikit polesan twist kecil yang menarik, Drug War tidak jatuh menjadi sebuah kisah yang murahan. Dengan sedikit nafas The Departed, pola dasar itu dibentuk oleh Johnnie To dengan menghadirkan adegan-adegan yang mungkin akan cukup memorable, seperti transaksi antar mobil di traffic light, hingga perintah melaut kepada kapal di pelabuhan Tianjin. Drug War juga terasa semakin menarik karena ia tidak menjadikan anda sebagai penonton merasa kaku sepanjang waktu, karena dibalik gerak cepat yang ia tampillan bersama ketenangan yang mendominasi, film ini masih punya sisi brutal yang seperti kurang terstruktur rapi namun berhasil tampil menarik karena justru menjadikan ia tampak lebih real, hal yang wajib dimiliki oleh sebuah film crime.

Bagaimana bisa film klasik seperti ini menjadi menarik? Ya, kurang mengerti, karena saya juga baru ingat pertanyaan itu ketika film telah berakhir, dan terhipnotis sepanjang 100 menit. Cara ia dibentuk, cara ia berjalan, cara ia membangun tekanan, menjadikan anda seperti merasa salah satu dari karakter yang dipenuhi kebimbangan. Permainan kamera yang penuh percaya diri, score yang efektif, membantu kinerja para aktor yang kuat dalam menjaga agar kontribusi karakter yang mereka miliki tidak hilang begitu saja dari cerita. Sun Honglei dan Louis Koo jelas adalah bintang utama, dari cara mereka saling curiga dan saling percaya, sumber utama yang menjadikan penontonnya ikut merasa bimbang.


Overall, Drug War (Du zhan) adalah film yang memuaskan. Drug War adalah film yang sederhana meskipun punya potensi untuk menjadi lebih besar, penuh dengan materi klasik namun minim kehadiran hal-hal klise murahan, mampu terus menghadirkan tekanan dibalik ketenangan dalam cara ia berjalan, sebuah penggambaran yang efektif dari bagaimana seharusnya sebuah film crime menghibur penontonnya. Ini adalah film keempat Johnnie To yang saya tonton, dan sejauh ini ia tidak pernah mengecewakan. Tidak begitu segar, namun tetap menarik dan menyenangkan. 



0 komentar :

Post a Comment