09 June 2013

Movie Review: It's a Disaster (2012)


Salah satu tantangan dalam relationship adalah ketika anda harus menciptakan hubungan lain dengan orang di sekitar pasangan anda, tidak hanya dengan orang tua serta keluarga namun juga meliputi sahabat karib pasangan anda. Ini yang dapat dikatakan sebuah bencana, ketika masuk kedalam lingkungan baru yang berisikan individu-individu baru yang ternyata tidak memiliki kecocokan dengan anda, yang bahkan masih sulit untuk mengatasi konflik pribadinya. Four couples, interrupted by relationship issues, betrayals, personality meltdowns, and the apocalypse.

Glen (David Cross) menerima ajakan dari kekasih barunya, Tracy (Julia Stiles), untuk hadir pada kegiatan rutin yang ia lakukan bersama teman-temannya, couple brunch, yang kali ini diadakan di rumah Emma (Erinn Hayes) dan Pete (Blaise Miller), pasangan yang telah menikah delapan tahun. Tidak hanya mereka berempat, hadir pula pasangan berjiwa bebas Lexi (Rachel Boston) dan Buck (Kevin M. Brennan), menikah delapan tahun, serta Shane (Jeff Grace) dan Hedy (America Ferrera), hubungan serius yang sudah bersama selama enam tahun namun belum pernah membicarakan pernikahan.

Acara yang tentu saja diharapkan akan berakhir dengan tawa dan gembira itu pada akhirnya justru menjadi awal dari rentetan masalah yang menerpa delapan orang ini. Berawal dari sinyal telepon, internet, hingga tv kabel yang tidak berfungsi, listrik yang tiba-tiba mati, hadir seorang pria dengan mantel berwarna kuning menggunakan masker ke rumah Pete. Pria itu bernama Hal Lousteau (Todd Berger), tetangga mereka, dengan sebuah informasi mengejutkan telah ditemukan beberapa bom yang juga menyerang LA, New York, Orlando, dengan potensi radioactive yang dapat menghancurkan dunia. 


Todd Berger seperti ingin menciptakan sebuah arena bermain sempit dan gelap sebagai tempat ia menaruh berbagai tekanan serta pelajaran yang menarik. Tanpa banyak basa-basi, langsung membawa penontonnya masuk kedalam sebuah konflik yang dengan mudah sanggup menciptakan kondisi yang benar-benar menggambarkan apa yang ia ingin tunjukkan sejak awal, sebuah bencana. Sebut saja permasalahan dalam sebuah hubungan yang telah hadir hanya dari sebuah radio didalam mobil, masuk kedalam kondisi awkward yang perlahan menempatkan isu affair antar individu kedalam cerita, hingga berakhir pada upaya survival dalam sebuah rumah sembari menantikan maut.

Keputusan tepat yang dilakukan oleh Todd Berger dalam It's a Disaster adalah kesederhanaan yang ia bangun. Ia tidak menciptakan ruang cerita yang luas, ia juga tidak menulis sebuah kisah hingga screenplay yang berat dan kompleks, namun ia fokus pada pesan yang ingin disampaikan. Sedikit skeptis dibagian awal akibat karakter yang seperti asal bentuk saja tanpa penjelasan yang memadai, It's a Disaster justru tampil memikat ketika ia mulai bergerak lebih jauh. Penonton seperti diajak untuk membangun sendiri persepsi mereka terhadap karakter, mencoba menebak dengan berbagai clue kecil yang anehnya sanggup menghadirkan rasa ragu.

Ya, ini seperti menyaksikan serta mengamati delapan orang dengan delapan karakteristik dan konflik yang berbeda. Setelah paruh pertama arah cerita mulai beralih ke arah apocalypse, beberapa konflik pendukung juga mungkin perlahan kehilangan daya tarik, namun disisi lain Todd Berger tetap mampu mempertahankan konflik utama agar tidak hilang begitu saja dari cerita. Sangat banyak hal menggelitik tentang relationship yang diseret kedalam setiap konflik pendukung, disampaikan dengan singkat dan efektif, mayoritas secara implisit yang dominan disampaikan lewat komedi-komedi hitam yang ia miliki.

It's a Disaster bukan film yang megah, dan sejak awal ia juga sepertinya tidak pernah mencoba untuk tampil megah, namun It's a Disaster adalah film yang memorable. Film ini bisa menjadi contoh terbaru bagaimana cara sebuah film menyampaikan banyak pesan skala kecil kepada penontonnya dengan cara yang menyenangkan, bergerak bebas tanpa memperlihatkan sebuah pattern klasik secara jelas, dan dengan cara observasi tanpa mencoba sok pintar. Hal-hal seperti itu yang justru lebih mudah dimengerti dan di kenang oleh penontonnya sehingga menjadikan beberapa kekurangan yang ia ciptakan cukup termaafkan, salah satunya keputusan yang seperti takut untuk mencoba menggali lebih dalam tiap elemen cerita dan memilih bermain aman yang mungkin akan meninggalkan kesan nanggung.

Begitupula dengan semua karakter dalam cerita, terkesan dibentuk dengan kurang total meskipun harus diakui sanggup tampil efektif. Sulit untuk memilih siapa yang paling dominan diantara delapan karakter ini, mungkin Rachel Boston dan Kevin M. Brennan yang sedikit di tarik kebelakang, David Cross beberapa kali sempat dominan, namun sisanya berdiri sejajar. Ini mungkin misi lain dari Todd Berger, menjadikan film ini sebagai sebuah tim tanpa karakter utama, sehingga ia punya banyak jalan untuk menyampaikan hal-hal yang ia inginkan. Untungnya chemistry yang dibentuk dari tim ini terbilang baik, saling membantu secara dinamis dari mulai konflik pribadi dan kelompok, membangun suasana awkward dan happy, hingga eksekusi dialog yang serius sampai black humor. Mereka terlihat nyata.


Overall, It's a Disaster adalah film yang memuaskan. Tidak megah, terkesan memilih bermain aman, namun semua pesan yang Todd Berger ingin sampaikan berhasil ia eksekusi dengan baik bersama delapan karakter yang efektif, dimana penontonnya seperti terus diberikan info disaat mereka merasa seperti ikut menjadi karakter dalam cerita yang melakukan observasi pada perpaduan serius dan komedi dalam ruang cerita yang sempit. Sederhana, ringan, awkward, dan efektif. Surprisingly satisfied movie.



0 komentar :

Post a Comment