24 February 2013

Movie Review: Killing Them Softly (2012)


Markie Trattman (Ray Liotta), seorang pemilik tempat permainan poker, ternyata memiliki cara unik untuk meraup keuntungan yang lebih tinggi. Ia merekrut dua pria untuk merampok tempat permainan poker miliknya! Bukan sesuatu yang baru, tapi tentu saja tindakan yang diambil oleh Markie terbilang cukup berani. Tapi ternyata kasus unik tersebut justru menjadi lahan bisnis baru bagi banyak orang, salah satunya adalah Jackie (Brad Pitt), seorang hitman yang juga punya cara unik dalam menghabisi lawannya, killing them softly.

Semua bermula dari Johnny "Squirrel" Amato (Vincent Curatola), yang berniat untuk merampok Markie akibat kasus “unik” tadi. Squirrel juga merekrut dua orang untuk menjalankan misinya, Frankie (Scoot McNairy), mantan pebisnis, dan Russell (Ben Mendelsohn), pecandu heroin kelas berat. Celakanya, ada pihak ketiga (mungkin bisa dikatakan sebagai kelompok ketiga) yang berniat melakukan hal yang sama, dengan Driver (Richard Jenkins) sebagai dalangnya, dan Jackie sebagai eksekutornya.

Lagi, krisis finansial global di tahun 2008 menjadi sasaran empuk untuk dijadikan background sebuah film, bahkan oleh Andrew Dominik. Meskipun ia menggunakan novel berjudul Cogan's Trade karya George V. Higgins sebagai pondasinya, sebuah novel yang terbit ditahun 1974, jauh sebelum krisis 2008. Hadir dengan nuansa oldies yang begitu dominan, bercampur dengan krisis keuangan buruk yang melanda dunia, serta menyoroti kepemimpinan Obama di tahun pertamanya, Killing Them Softly hadir sebagai pion bagi Dominik untuk menyindir bagaimana sistem kehidupan di USA, dengan menggunakan mobster sebagai elemen penghimpun hal-hal tadi. 


Mengusung premis yang sebenarnya sangat sederhana, film ini justru terlalu riskan untuk dibahas terlalu dalam dari segi cerita. Hal tersebut dikarenakan kejutan yang ia miliki akan memberikan impresi yang besar jika semakin sedikit informasi yang anda ketahui sejak awal. Hal lain yang dapat menjadikan film ini semakin menarik adalah jika sejak awal anda tidak mengharapkan sebuah film crime dan thriller yang dipenuhi adegan tembak yang memompa adrenalin. Poster yang ia miliki punya potensi untuk membawa anda menuju ekpektasi tersebut. Namun anda harus kembali ingat dengan judulnya, karena Dominik justru akan membawa anda untuk berjalan pelan, dan bagi mereka yang telah menaruh harapan tadi mungkin akan merasakan kecewa.

Yep, semua pelan, diolah dengan teliti, disusun dengan penuh rasa sabar, yang juga menuntut anda untuk ikut sabar. Dialog-dialog panjang yang mengemban pesan terselubung, adegan violence yang total namun di suntikkan dengan cita rasa yang unik, semuanya akan berbalut rapi bersama soundtrack yang justru tidak memberikan suasana mencekam, namun berhasil untuk membuat penontonnya tersenyum karena keunikan yang ia miliki. Saya suka cara film ini membangun ceritanya yang singkat itu, dan cara ia menyatukan hal teknis untuk mendukung cerita.

Killing Them Softly sepintas mengingatkan saya kepada "Seven Psychopaths", jika dilihat dari cara ia berjalan. Ada sebuah kasus utama, namun anda akan diajak sedikit berputar-putar. Tidak serumit apa yang Seven Psychopats berikan, namun Killing Them Softly setidaknya mampu terus memupuk rasa penasaran terhadap cerita yang ia miliki. Yak, disini letak kesuksesan yang ia miliki, penyampaian cerita yang tidak terburu-buru, di hadirkan satu per satu secara perlahan. Namun anehnya meskipun merasa penasaran, saya tidak mencoba untuk ikut mencari tahu kemana ia akan berjalan, karena misteri yang film ini miliki sebenarnya cukup dangkal, namun tidak begitu merusak karena cara penyampaiannya yang menarik.

Tapi, disamping keberhasilannya dengan sedikit kejutan yang diluar ekspektasi awal, film ini tampak sedikit terlena dari segi cerita. Seolah ingin memberikan berbagai warna dengan menghadirkan banyak dialog berat, Killing Them Softly justru menggali lubang kuburnya sendiri melalui elemen itu. Beberapa dialog terasa kurang begitu penting bagi saya, tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konflik utama. Memang, harus diakui kualitas akting yang ditunjukkan jajaran cast yang ia punya, seperti James Gandolfini (yang berperan sebagai hitman professional) hingga Richard Jenkins  mampu mengeksekusi dialog-dialog tersebut dengan baik. Tapi di kesempatan tersebut anda mungkin akan merasakan terciptanya ruang bagi rasa bosan.


Overall, Killing Them Softly adalah film yang cukup memuaskan. Dengan cara penyampaian cerita yang bukan merupakan hal baru, Andrew Dominik tetap mampu menjadikan film ini punya ciri khas yang unik, terlebih dengan memanfaatkan soundtrack, serta beberapa dialog yang sukses dieksekusi dengan apik oleh cast yang ia miliki. Sayangnya, terdapat beberapa lubang yang menciptakan nilai minus, terutama bagian dimana rasa bosan itu muncul. Bukan film yang buruk jika sejak awal anda tidak menaruh harapan tinggi akan mendapatkan banyak adegan aksi dengan tensi tinggi. 








0 komentar :

Post a Comment