06 January 2013

Movie Review: The Impossible (2012)


Tanpa kita sadari, sesungguhnya setiap detik yang berlalu kita jalani bersama gempa yang terjadi didalam perut bumi. Dengan skala yang sangat kecil menjadikan kehadiran mereka tidak dapat kita rasakan. Tuhan pasti punya tujuan tersendiri dengan keadaan tersebut, baik dari sisi ilmiah, dan juga sebagai tanda kepada manusia untuk selalu siap, karena kapanpun dan dimanapun bencana dapat mendatangi mereka.


Tsunami 2004, terjadi akibat pergeseran lempeng bumi di samudera hindia karena guncangan gempa dengan skala diatas 9 SR, absolutely telah menjadi salah satu sejarah kelam yang menghancurkan bagi seluruh umat manusia. Salah satu bencana dengan jumlah korban terbesar sepanjang sejarah ini meluluh lantakkan negara-negara dipesisir pantai Samudera Hindia, Indonesia, Thailand, Srilanka, Maladewa, bahkan sampai ke pantai timur benua Afrika.

Tidak akan ada yang tahu apa maksud sang pencipta atas bencana yang ia berikan di akhir tahun 2004 tersebut. Terjadi di pagi hari tanggal 26 desember, gelombang dengan ketinggian mengalahkan bangunan serta pohon kelapa di tepi pantai menyapu semua benda yang ada dihadapannya. Mungkin, itu adalah salah satu musim liburan paling menyedihkan yang pernah terjadi, dimana banyak penduduk lokal serta wisatawan yang menjadi korban dan kehilangan keluarga mereka.


Henry (Ewan McGregor) dan Maria (Naomi Watts), bersama ketiga anak mereka Lucas (Tom Holland), Thomas (Samuel Joslin), dan Simon (Oaklee Pendergast), mengisi liburan mereka di Khao Lak, Phuket. Di hari naas tersebut mereka sedang berada di kolam renang hotel yang letaknya tidak jauh dari pantai. Tersapu oleh gelombang bersama jutaan benda lainnya, keluarga ini terpisah. Maria beruntung masih bisa bersama Lucas, anak sulung yang kemudian menjadi tiang dari usaha ia untuk survive, sedangkan Henry bersama Thomas dan Simon.

The Impossible adalah film yang tidak menghadirkan sebuah jalan cerita yang kompleks bagi saya. Anda tahu mereka menjadi korban tsunami, terpisah, dan sisanya adalah perjuangan untuk dapat bertahan hidup serta berkumpul kembali. Diangkat dari kisah nyata yang diolah kembali oleh Sergio G. Sánchez, Juan Antonio Bayona lebih mementingkan kemampuan film ini untuk dapat menggambarkan kepada anda tidak ada yang mustahil jika tidak menyerah dan terus berusaha.

Memang, jalan cerita yang mudah ditebak itu akan terasa sedikit berlebihan dibeberapa bagian. Tapi, Bayona punya sebuah modal kuat ditangannya. Kisah nyata yang menyakitkan itu jelas adalah sebuah nilai plus yang sangat mahal, sukses menjadikan saya merasakan kehancuran yang sudah tercipta sejak awal. Bayona berhasil menyusun sebuah urutan yang mampu membuat saya ikut larut dalam emosi yang dialami Maria dan Lucas, hingga rasa hancur yang Henry yang tidak tahu dimana keempat anggota keluarganya.


Dengan visual yang mampu memompa tensi di bagian awal film, menyaksikan Maria dan Lucas terseret arus deras air yang berjalan bersama berbagai material berbahaya, Bayona sukses membentuk kehancuran yang mungkin tidak dapat saya saksikan melalui layar televisi tahun 2004 silam. Lewat gambar-gambar cantik yang mengerikan, dimana daratan bersih tersapu ombak, dan rumah sakit dipenuhi kecemasan berbalut dominasi luka dari para korban, film ini mampu membuat  saya terpaku dan terdiam dibeberapa bagian.

Mudah untuk mengatakan script yang dimiliki The Impossible berada di level standar, namun bukan berarti hancur karena masih dalam ketegori dapat dimaafkan. Ya, dapat dimaafkan, karena ketika berkombinasi dengan tampilan visual yang berbalut special efek dan score yang sangat apik, anda akan menjadi seolah tidak begitu peduli dengan cerita yang film ini miliki, karena sudah larut bersama karakter-karakter dalam cerita.

Naomi Watts adalah sorotan utama saya. Watts hadir dengan sebuah keunggulan yang menjadi favorit saya, menghantarkan emosi dari karakter kepada anda melalui permainan ekpresi wajah yang sangat apik. Ewan McGregor berhasil menjadikan karakter yang ia miliki menjalankan tugas yang emban dalam cerita. Dan, Tom Holland, sebuah performa yang mengejutkan, mampu mengemban tugas beratnya sebagai titik pusat cerita.


Overall, The Impossible adalah film yang memuaskan. Ia punya script yang tidak istimewa, namun perlahan akan menghilang dari sorotan tajam anda ketika ia mulai menjerat anda dengan keindahan tampilan visual yang berhasil menggambarkan semua perasaan yang ia miliki. Pasti akan ada pihak yang merasa film ini terlalu berlebihan selama 114 menit ia hadir. Tapi, banyak pesan berkualitas yang berhasil disampaikan justru menjadikan The Impossible akan sangat mudah untuk anda kenang. Sebuah penggambaran yang apik tentang tragedy tsunami delapan tahun silam, meskipun saya merasa ia masih bisa tampil lebih baik lagi.

Score: 8/10

0 komentar :

Post a Comment