21 November 2012

Movie Review: The Odd Life of Timothy Green (2012)


Akan ada banyak ujian yang anda hadapi dalam menjalani kehidupan didunia ini, dan banyak pula cara agar anda dapat belajar bagaimana menghadapi masalah tersebut. Salah satu contohnya adalah Jim Green (Joel Edgerton) dan Cindy Green (Jennifer Garner), pasangan yang divonis tidak dapat memiliki anak. Ya, hancur memang, karena memiliki anak pasti menjadi sebuah mimpi terindah yang dimiliki semua pasangan suami istri. Begitupula Jim dan Cindy, mereka putus asa, frustasi, dan memutuskan untuk melupakan hal tersebut dengan berkhayal, menuliskan semua yang mereka impikan dari anak mereka. Abracadabra, semua itu menjadi nyata.

Semua impian yang mereka tuliskan di kertas dan mereka taruh didalam sebuah kotak, yang kemudian mereka kubur di halaman belakang rumah tadi menjadi kenyataan. Timothy (CJ Adams), muncul didalam rumah dengan tubuh penuh tanah hasil dari ketika ia keluar dari kotak tersebut. Ya, ia keluar dari kotak tersebut, dengan badannya yang kecil dan lucu. Dan sama seperti cara ia hadir yang aneh dan ajaib, Timothy memiliki keanehan lain dimana dibagian bawah kakinya tumbuh beberapa helai daun. Ya, unik dan menarik.


Memang benar, apa yang ditampilkan oleh Peter Hedges bersama cerita yang ia ambil dari sebuah konsep karya dari Ahmet Zappa jelas akan mampu menarik minat anda. Pasangan yang mandul, secara mendadak diberikan seorang anak seperti yang mereka inginkan dengan cara yang sangat ajaib. Tapi, itu hanya terasa diawal cerita. Ya, Jim dan Cindy adalah pasangan yang berhasil menarik simpati saya kepada mereka, dan Timothy sendiri memberikan sebuah misteri yang berfokus pada eksistensinya dalam cerita. Itu nilai positif yang film ini miliki.

Celakanya Peter Hedges kurang berhasil mengeksekusi cerita yang ia miliki. Ya, kurang total. Diawal anda akan penasaran apa yang akan terjadi, kemana cerita akan berjalan, namun semua harapan itu perlahan memudar setelah konflik utama diperkenalkan. Benar, setelah dibuka dengan apik saya merasakan konflik utama perlahan hancur. Hedges tidak berhasil menciptakan sebuah fokus utama pada cerita.

Dengan banyak pesan yang ia ingin sampaikan, Hedges mencoba menghadirkan semua itu dengan banyak konflik kecil pada cerita, namun sialnya justru merusak daya tarik yang Timothy miliki. Terlalu dangkal, terlalu cepat, sehingga banyak bagian yang terasa datar. Ya, feel-nya gak dapat, dimana anda akan mengerti maksud dari pesan yang Hedges ingin sampaikan, namun gagal untuk membuat anda tersentuh dengan masalah mereka.


Apa yang menjadikan film ini menarik bagi saya adalah selain ide ceritanya yang unik, cinematography yang ditampilkan juga indah. Sentuhan manis dari John Toll, dibantu dengan score karya Geoff Zanellia adalah dua elemen yang mampu membuat saya tersenyum ketika menyaksikan Timothy beraksi, sebelum kembali pada Jim dan Cindy yang terus bercerita kepada agensi agar dapat memperoleh ijin mengadopsi anak. Cinematography yang cantik dari film ini mungkin akan anda kenang untuk jangka waktu yang lama, tidak seperti cerita yang ia punya.

RubySparks mampu membawa anda untuk berimajinasi lebih dalam bersamanya, dan The Odd Life of Timothy Green tidak. Jangan salahkan premis yang ia tawarkan karena saya yakin mayoritas dari anda pasti tertarik. Salahkan Hedges dalam kegagalan ini, dimana ia tampak kurang berani dalam mengambil resiko, memilih bermain aman dengan tempo yang cepat, sehingga banyak potensi yang ia ciptakan gagal mencapai target. Saya bahkan tidak mencoba untuk sejenak membayangkan apa yang akan saya tulis jika saya memperoleh kesempatan yang Jim dan Cindy miliki, karena konflik-konflik tersebut tidak berhasil meninggalkan kesan yang dalam.


Overall, The Odd Life of Timothy Green adalah film yang kurang memuaskan. Ya, ada seorang suami yang bekerja di pabrik pensil, istri yang bekerja di museum, mereka tidak bisa memiliki anak, dan suatu malam mereka memperoleh anak lewat sebuah keajaiban. Ada unsur cinta, persahabatan, keajaiban, hingga rasa cemas dari orang tua kepada anaknya. Namun sayangnya semua keindahan diawal gagal untuk bertahan hingga akhir. Terlalu dangkal, terlalu cepat, terlalu nanggung, dan beberapa bagian terasa terlalu berlebihan. Selamat datang di dunia fantasy, dimana anda akan menyaksikan keajaiban-keajaiban dan cinta yang dimiliki seorang anak bernama Timothy.    

Score: 6,25/10

0 komentar :

Post a Comment