15 November 2012

Movie Review: Diary of a Wimpy Kid: Dog Days (2012)


Sudah tiga tahun sejak kemunculan pertamanya, Diary of Wimpy Kid kini telah sampai di film ketiga. Ya, sangat cepat, dimana setiap tahun mereka muncul dengan membawa sebuah permasalahan baru. Kali ini tema yang diangkat adalah liburan musim panas, dan masih sama dengan kisah terdahulunya kali ini semua rencana yang telah disusun oleh Greg Heffley (Zachary Gordon) kembali berantakan.

Pada awalnya Greg ingin menghabiskan liburannya dengan bermain video game dirumah. Namun atas desakan orangtuanya, Frank Heffley (Steve Zahn) dan Susan Heffley (Rachael Harris), Greg terpaksa mengisi liburan dengan kegiatan outdoor. Tidak buruk memang, karena dengan begitu Greg memiliki kesempatan untuk menjalankan misinya, lebih dekat dengan perempuan idamannya, Holly Hills (Peyton List).


Namun ternyata Ayahnya telah menyusun rencana liburan untuk mereka jalani bersama, yang faktanya sangat tidak disukai oleh Greg. Berkat bantuan sahabat karibnya Rowley Jefferson (Robert Capron), Greg dapat masuk kedalam The Country Club, dan kabur dari semua rencana sang ayah dengan alasan memperoleh pekerjaan di tempat tersebut. Celakanya, Greg masih memiliki kutukan yang ia terima sejak film pertama, dan semua yang ia lakukan selalu tidak berjalan dengan baik.

Tampak simple memang, ketika summer time, seorang anak laki-laki harus melakukan tuntutan dari orang tuanya, namun justru melakukan hal berbeda yang akhirnya membawanya kedalam permasalahan. Sejujurnya film ini tidak menawarkan sesuatu yang baru kepada saya, justru kualitasnya semakin menurun. Tiga tahun lalu, Diary of a Wimpy Kid berhasil memberikan kejutan kepada saya untuk film genre family. Ketika itu banyak karakter yang mampu membuat saya untuk mencintai mereka. Tapi hanya dalam selang waktu tiga tahun semua itu sirna.

Greg tidak lagi seorang anak yang loveable, Rowley tidak mampu tampil polos dan lucu, serta Patty (Laine MacNeil), Fregley (Grayson Russell), dan Chirag (Karan Brar) telah kehilangan keunikan yang mereka punya sebelumnya. Ya, semua itu adalah daya tarik dari film pertama, perlahan hilang di film kedua, dan semakin terasa tipis di film ini. Hanya Rodrick (Devon Bostick) yang masih mampu membawa saya merasakan tokoh antagonis seperti film pertama.


Memang, semua telah berubah, dan apa yang menjadikan saya sangat menyukai Diary of a Wimpy Kid tiga tahun lalu kini telah berkurang intensitasnya. Namun, apa yang akan anda dapatkan masih sama. Masih ada kartun yang telah menjadi cirri khas sejak film pertama, suara Greg yang terus hadir untuk menjelaskan permasalahan yang berlangsung, Rodrick yang masih menjengkelkan dan selalu menganggu Greg, hingga Greg yang masih saja higienis. Itu semua masih mampu membuat saya tersenyum dibalik kekecewaan diawal tadi.

Ya, hanya itu nilai plus yang dimiliki film ini, selebihnya minus. Salah satu kekurangan terbesar adalah tidak ada momen dimana anda memperoleh kejutan dari cerita. Ya, itu akibat dari masih samanya pattern yang digunakan oleh David Bowers, tidak ada sesuatu yang baru, sehingga film ini terasa hanyalah sebagai kelanjutan yang dipaksa. Bisa dibilang begitu, semua dikejar sebelum pemeran utama tumbuh semakin dewasa, dan pada akhirnya membawa dampak yang sangat besar yaitu menghasilkan karya yang tidak istimewa.

Banyak plot yang dihadirkan, namun semua itu tampak hanya untuk menjadikan Greg tampak sibuk dalam menjalani liburannya. Kegiatan A, kemudian B, sembari misi yang terus berjalan, namun pada akhirnya tidak meninggalkan kesan yang menarik. Bowers  memilih untuk menyampaikan pesan yang film ini miliki dengan cara yang sudah lazim, namun parahnya dieksekusi dengan sangat biasa. Ya ya, beberapa joke bekerja dengan baik, namun terasa standar. Humor ciri khas Diary of Wimpy Kid, tapi kali ini tidak mampu membuat saya tertawa lepas, hanya sampai tersenyum kecil akibat cara yang dipakai telah terbaca dan tidak dieksekusi dengan baik, menggunakan kelemahan yang dimiliki karakter sebagai bahan utama.


Overall, Diary of a Wimpy Kid: Dog Days adalah film yang kurang memuaskan. Patternnya masih sama, namun celakanya elemen-elemen yang menjadi daya tarik Diary of a Wimpy Kid sejak film pertama perlahan mulai memudar. Hmmm, ini memang bukanlah film yang diciptakan untuk dapat meraih penghargaan, atau bahkan memperoleh nilai tinggi dari penontonnya dan juga kritikus. Misi utama Diary of wimpy kids diciptakan jelas untuk membuat anda bersenang-senang ketika menyaksikannya. Itu cukup berhasil, namun dengan kualitas yang sangat jauh menurun dibandingkan pendahulunya. Film keempat mungkin akan hadir, namun jika kelak harus muncul dengan pemeran baru di semua karakter, akan lebih baik jika film series ini berakhir di sini.

Score: 5/10

0 komentar :

Post a Comment