09 August 2012

Movie Review: Ted (2012)



Dijauhi oleh anak-anak seumurannya, menjadikan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun bernama John Bennet (Bretton Manley) lebih sering menghabiskan kesehariannya seorang diri. Hingga di malam natal, John mendapatkan hadiah dari orang tuanya, sebuah boneka beruang, yang ia beri nama Ted (Seth MacFarlane). Kehadiran Ted menjadikan kehidupan John yang awalnya monoton, berubah menjadi penuh warna dan keceriaan. Keakraban yang tercipta menjadikan John sangat berharap Ted dapat hidup, dan menemaninya hingga tua. Dengan cara klasik, malam itu ada bintang jatuh, dan keesokan paginya permintaan yang John ucapkan sesaat sebelum tidur tersebut ternyata menjadi kenyataan. 

Selang waktu berganti, ditahun 2012, John (Mark Wahlberg) yang telah berusia 35 tahun kini memiliki seorang kekasih bernama Lori Collins (Mila Kunis). Setelah empat tahun menjalin hubungan, Lori mulai merasa gerah dengan kehadiran Ted ditengah hubungannya bersama John. Sosok Ted seolah selalu membayangi John dimanapun ia berada, meskipun Ted telah pindah dan bekerja di sebuah swalayan. Hal ini menjadikan John harus memilih, kisah cintanya bersama Lori, atau Ted, yang telah bersamanya selama 27 tahun. 


Seth MacFarlane menjadi bintang pada film ini. Dari sutradara, penulis cerita dan naskah, hingga pengisi suara, semua berhasil dieksekusi dengan baik oleh MacFarlane. Cerita yang MacFarlane ciptakan sebenarnya sangat simple, bagaimana seorang pria dewasa harus memilih diantara dua pilihan yang telah menjadi bagian yang penting dari kehidupannya. Alur ceritanya yang sangat baik, dibantu hubungan sebab-akibat yang sangat jelas, menjadikan cerita mengikat saya sejak awal film. Yang terpenting adalah bagaimana MacFarlane sukses menciptakan karakter Ted, sehingga sepanjang film Ted berhasil menjadi pusat cerita yang mencuri perhatian saya. Kejutan dari Ted yang ternyata tidak semanis ketika ia masih muda, dibantu suara yang sangat berkarakter, hingga selipan humor yang mayoritas berada di tempat dan waktu yang tepat, menjadikan segala hal yang Ted berikan terasa berhasil. 

Apa yang menjadikan cerita film ini tidak membosankan adalah keputusan MacFarlane menyuntikkan cerita pendukung yang berhasil membantu cerita utama terus berkembang dengan baik. Cerita tentang boss dari Lori, sesosok pria yang berniat membeli Ted, hingga Flash Gordon, berhasil MacFarlane olah, sehingga memiliki porsi yang tepat, memiliki power yang cukup kuat, namun tidak menjadikan anda melupakan cerita utama. 

Selain MacFarlane, mungkin hanya dua pemeran utama yang cukup menarik perhatian saya, Mark Wahlberg dan Mila Kunis. Wahlberg berhasil menciptakan chemistry yang terasa sejuk, baik dengan Ted, maupun bersama Lori. Sedangkan Kunis berhasil menjalankan tugasnya untuk menjadikan Lori sebagai sosok yang memiliki daya tarik tingkat tinggi. Ada tiga cameo pada film ini, Sam J. Jones, Norah Jones, dan Tom Skerritt


Overall, Ted merupakan film yang sangat memuaskan. Kuncinya adalah MacFarlane. Kesuksesan yang MacFarlane raih di The Cleveland Show, American Dad!, dan Family Guy, berhasil MacFarlane bawa di film ini. Dibantu Wellesley Wild dan Alec Sulkin  dari segi naskah, MacFarlane memanfaatkan kebebasan yang ia miliki dengan baik, dan menyajikan sebuah cerita lengkap dengan joke-joke seperti ketiga tv-series tadi. Bagaimana jika sosok Teddy Bear yang mungkin lebih familiar dengan sisi lembutnya, diberikan identitas yang jauh dari kesan lembut, doyan party dan merokok. Karakter Ted berhasil MacFarlane bangun dengan baik dan rapi, sehingga memiliki daya tarik yang sangat kuat. Mungkin terlalu banyak joke dengan skala kesuksesan berada di level baik, yang menurut saya tidak baik untuk disinggung dalam review kali ini. Namun, dengan cerita utama yang kuat dan stabil hingga akhir, dibantu dengan cerita pendukung yang berhasil memberikan warna berbeda dan mengusir rasa monoton dari segi cerita, menjadikan Ted sebagai sebuah paket hiburan dengan durasi 106 menit yang jauh dari kata membosankan. 

Score: 8,25/10

1 comment :

  1. john bennetnya bukan breton tapi mark walberg gans

    ReplyDelete