03 May 2012

Movie Review: Hysteria (2011)


Sebenarnya saya menonton film ini hanya untuk mengisi waktu luang. Tapi ketika film berakhir, tiba-tiba saya merasa bersalah jika saya tidak mereview film ini. Hysteria, film bergenre komedi dan drama yang disutradarai oleh Tanya Wexler ini bercerita tentang proses penemuan alat vibrator. 



Pada tahun 1880, terdapat satu kasus yang menimpa setengah wanita di Inggris, yaitu Hysteria. Hysteria adalah ketidakmampuan mengontrol emosi yang berujung pada depresi, stress bahkan insomnia. Mortimer Granville (Hugh Dancy) yang sedang mencari pekerjaan diterima di salah satu klinik spesialis Hysteria, yang dimiliki Dr. Robert Dalrymple (Jonathan Pryce), pria dengan dua anak perempuan yang memiliki kepribadian berbeda, Emily Dalrymple (Felicity Jones), wanita sopan yang kuliah di jurusan Fronology, dan Charlotte Dalrymple (Maggie Gyllenhaal), sosialis yang memperjuangkan hak-hak wanita.



Mortimer sukses menggantikan peran Robert dalam mengatasi masalah Hysteria yang dialami pasien. Namun popularitas itu berbanding lurus dengan masalah yang ia dapatkan. Tangan nya mulai tidak mampu untuk melaksanakan tugasnya. Berbekal kemoceng listrik yang sedang dikembangkan oleh sahabatnya Edmund St. John-Smythe  (Rupert Everett), Mortimer berhasil menciptakan alat yang lebih efektif dalam mengatasi Hysteria. Berkat keberhasilannya itu, ia memberanikan diri meminang Emily. Terlepas dari cerita mengenai Hysteria dan vibrator, dua perlima akhir cerita bercerita tentang gagalnya pertunangan Mortimer dan Emily, Charlotte yang disidang akibat hutang, sampai Mortimer yang semakin kaya karena alat yang diciptakannya.
Alur cerita sedikit berputar-putar, dan mudah ditebak. Sedangkan plotnya sederhana, dan premis yang tidak begitu serius, tapi menarik. Menurut saya sosok Charlotte yang kuat berhasil dimainkan Maggie Gyllenhaal dengan baik. Aksen Inggrisnya pun sangat baik, mengingat Maggie adalah American. Begitu pula Hugh Dancy dengan Mortimer nya, sosok pria yang memiliki pendirian yang kuat, dan Felicity Jones dengan karakter wanita manis, pintar dan sopan. Ada pula karakter Mrs. Castellari yang hanya bisa bernyanyi ketika ia "bahagia". Dan satu lagi, Edmund, mungkin porsi nya di film ini tidak banyak, tapi akan membuat anda selalu mengingat dia. :)

Overall, film ini cukup menghibur. Sejak awal saya tidak berharap lebih, dan film ini berhasil memenuhi ekspektasi awal saya. Memang premis awal bercerita tentang proses penemuan vibrator, yang pastinya akan langsung berkaitan dengan seks. Namun, dibarengi humor khas UK, ada pelajaran berharga yang dapat saya petik. Pentingnya pendirian dalam menjalani hidup, seperti yang ditunjukkan Charlotte dan Mortimer, dan pilihlah apa yang membuat anda bahagia, seperti Emily, yang akhirnya keluar dari Fronology. Film ini berhasil menyampaikan pesan dengan cara yang menghibur. 
Score: 6,5/10

0 komentar :

Post a Comment