12 July 2021

Movie Review: I (2021)

“Even bitches with good jobs can't raise kids by themselves.”

Melihat babysitter berjalan di belakang sepasang suami istri sembari menggendong anak dari majikannya merupakan pemandangan yang sudah terasa normal sekarang ini. Ada beberapa alasan mengapa hal itu terjadi dan salah satunya adalah kompetisi hidup yang semakin berat, menuntut tidak hanya suami tapi istri juga ikut bekerja mencari uang. Sisi positifnya tentu ada, begitupula dengan sisi negatif karena peran seorang Ibu otomatis akan “dimainkan” oleh si pengasuh yang notabene tentu lebih sering berinteraksi dengan si bayi. Apakah itu salah? ‘I (Child)’ : a soft, sharp, and sensitive story about being a parent. (Warning: the following post might contains mild spoilers)


Wanita muda bernama Lee Ah-young (Kim Hyang-gi) tinggal bersama Min-ji (Lee Soo-bin), temannya, dan bahan pertengkaran mereka sehari-hari adalah mesin cuci yang sudah mulai kurang oke. Ah-young yang merupakan seorang pelajar di bidang ilmu studi anak itu juga kerap diganggu oleh Kyung-soo (Kim Hyun-mok), temannya yang selalu meminjam uang, benda yang lantas membawa masalah baginya. Ah-young terpaksa harus mencari pekerjaan tambahan dan berkat bantuan Kyung-soo ia bertemu Park Young-chae (Ryu Hyun-kyung), Ibu dari bayi bernama Hyuk.

Tugas Ah-young adalah menjadi babysitter bagi Hyuk ketika Young-chae bekerja di sebuah tempat hiburan malam, yang dikelola wanita bernama Mi-ja (Yeom Hye-ran). Young-chae tampak telah mempersiapkan semuanya, termasuk air susu ibu di dalam kulkas dalam jumlah banyak, tapi sejak awal bertemu dengan majikannya Ah-young ternyata sudah merasa ada yang tidak beres dengan sikap yang ditunjukkan Young-chae, ia tampak tidak mau ambil pusing dan mempercayakan segala hal kepada Ah-young untuk menjaga Hyuk.

Tidak butuh waktu lama bagi Sutradara dan Screenwriter Kim Hyun-tak meletakkan pondasi utama baik di sektor cerita maupun karakter, tidak sampai sepuluh menit semuanya telah terbentuk dengan baik. Dari kondisi Ah-young yang ternyata harus segera bergerak cepat mendapatkan uang bulanan tambahan, menempatkan dirinya pada posisi sulit dan terjepit hingga kemudian bertemu opsi pada diri Young-chae, sosok yang ternyata jauh dari kata normal sebagai seorang Ibu. Kim Hyun-tak tidak langsung membuat semuanya terasa rumit, di setengah jam dari durasi yang panjang itu ia bahkan menggiring cerita berjalan lambat dan bermain di basis utama cerita.


Tapi meskipun perlahan tetap ada progress yang oke di sana. Dan yang mengejutkan adalah meskipun durasinya panjang tapi ternyata script tidak membawa isu, konflik, serta pesan yang rumit. Fokus di bagian awal mengarah ke Ah-young tapi kemudian bergeser untuk menyoroti perjuangan Young-chae sebagai seorang Ibu, bagaimana pekerjaannya yang “melelahkan” itu membuat Young-chae seperti enggan bermain dengan anaknya. Sangat jauh berbeda dengan bond antara majikan dan pengasuh, dibangun dengan baik penuh canda tawa dan terasa ringan. Tapi begitupula dengan ironi dari isu utama, kamu bisa rasakan ada perubahan di antara dua karakter utama.

Sang pengasuh perlahan tampak lebih “peduli” dengan apa yang terjadi pada si bayi ketimbang ibunya sendiri. Dari sana mekar isu lainnya. Film ini bukan hanya tentang single mother yang harus berjuang mencari uang dan terpaksa menggunakan jasa babysitter untuk merawat bayinya, namun juga bercerita tentang perjuangan remaja beranjak dewasa yang harus membiayai dirinya sendiri tanpa bantuan orangtua. Di satu sisi Young-chae ditampilkan sebagai Ibu muda yang belum siap memiliki anak, dari segi ekonomi dan juga emosi dia sama sekali belum ada di kategori stabil. Kim Hyun-tak tata dan poles bagian ini dengan cermat tanpa dramatisasi berlebihan.


Tidak heran jika perlahan kamu akan ikut merasa kesal dengan sikap Young-chae. Penilaian yang ada di pikiran Young-chae terhadap Hyuk, yang notabene merupakan anak kandungnya sendiri, adalah makhluk kecil yang mengganggu kehidupannya, tidak bisa berjalan dan selalu menangis untuk berbagai macam hal, dari ketika lapar, ingin buang air besar, bahkan ketika ingin tidur. Ada clash yang dikemas menarik di sini, bagaimana sensitifitas Young-chae sebagai seorang Ibu tidak dapat menangani Hyuk yang sedang berada di sensitive stage. Dan di sana hadir Ah-young, sosok yang lebih muda dan menjadi “produk” dari kegagalan orangtua dalam merawat anaknya.

Ada gejolak emosi yang dibangun secara tipis-tipis manis di bagian ini, bermain isu tentang hidup yang berat dan potensinya menjadi sebuah turunan kepada sang anak dikemas dengan sama tipisnya, dan sama manisnya. Di sini letak greget cerita karena kamu dibawa melihat bagaimana bayi mungil yang tidak bersalah itu menjadi pusat perputaran konflik dari orang dewasa di sekitarnya, mereka yang merasa eksistensi Hyuk berharga dan ada pula yang menganggapnya sebagai beban saja. Berperan sebagai jangkar adalah rasa ragu karena merasa tidak mampu, berhasil menyorot beratnya menjadi orang tua, tugas yang tidak mudah karena juga membutuhkan komitmen untuk bertanggung jawab terhadap sang anak.


Tidak peduli kondisi yang sedang ia alami, sekalipun ketika ia sedang lelah dan sedih melihat hidupnya kini. Dan itu juga memberi efek terhadap Ah-young, bagaimana Hyuk diperlakukan jelas menambah penilaian negatif yang ia miliki terhadap hidup yang sulit itu, ditambah lagi ia punya teman yang tertawa di balik tekanan hidupnya, teman yang selalu mencoba tersenyum meskipun sedang depresi. Arti dan makna dari sebuah keluarga terus berputar semua konflik dan isu di atas tadi, ditampilkan Kim Hyun-tak lewat narasi yang tidak terlalu kencang jalannya tapi memiliki ekposisi yang terasa presisi, terlebih ketika ia punya aktris seperti Kim Hyang-gi, Ryu Hyun-kyung dan Yeom Hye-ran yang tampil baik dengan karakter mereka masing-masing.

Overall, ‘I (Child)’ adalah film yang memuaskan. Ketika film ini berakhir saya tersenyum puas karena merasa kagum dengan kemampuan Kim Hyun-tak dalam menceritakan berbagai pesan tentang menjadi orang tua dalam presentasi yang lembut tapi tajam. Hyun-tak menggabungkan berbagai isu dan konflik dalam kombinasi yang manis di sini, dari bahaya hingga rasa bahagia yang dapat timbul dari tanggung jawab sebagai orang tua, a simple lesson yang memang tidak diselesaikan dengan penuh “ledakan” tapi lebih dari cukup meninggalkan penonton berpikir to prepare or improve their parenting skills. Because a good foundation is needed, raising kids is never easy they say, you are learning as you go.








1 comment :

  1. “These days, the role of a mother is often played by a caregiver. According to Bowlby, it takes three years to build stable relationship with a child.”

    ReplyDelete