15 September 2020

Movie Review: Get Duked! (2019)


“I've never seen a murder before. I'm homeschooled!”

Jika kamu sudah menonton film ‘The Hunt’ yang rilis tahun ini (bukan film Denmark nominasi Best Foreign Language Film Oscars), maka bayangkan saja ini adalah versi lebih konyol dari film tersebut. Konsepnya sendiri sama, bahkan isu dan pesan yang coba ia sampaikan secara garis besar juga berada di kelas yang sama, namun film dengan judul alternatif ‘Boyz in the Wood’ ini tampil dengan cara yang lebih santai, lebih liar, lebih absurd, dan tentu saja lebih konyol, karena memang konsepnya sendiri adalah sebuah sindiran ceria dengan komedi sebagai jualan utamanya. ‘Get Duked! (Boyz in the Wood)’ : a playful satire that hit the target right.

Dengan menggunakan sebuah mini bus seorang guru bernama Mr. Carlyle (Jonathan Aris) membawa empat orang anak laki-laki menuju wilayah Scottish Highlands. Tiga di antara anak laki-laki tersebut merupakan siswa-siswa “pilihan” dari sekolah mereka, DJ Beatroot (Viraj Juneja), Duncan MacDonald (Lewis Gribben), dan Dean Gibson (Rian Gordon), sedangkan satu orang anak laki-laki lainnya adalah Ian (Samuel Bottomley). Ian memutuskan untuk bergabung bersama kelompok tersebut karena ia tidak memiliki teman yang dapat diajak untuk ikut serta di dalam kompetisi The Duke of Edinburgh Award.

The Duke of Edinburgh Award merupakan program yang dibentuk oleh Prince Philip, suami dari Queen Elizabeth II, di tahun 1956 dalam rangka untuk mengembangkan bakat dari anak-anak muda di kawasan Britania Raya. Selama empat hari anak-anak tersebut melakukan camping di alam terbuka dan menyelesaikan tugas antara lain kerjasama tim, mencari makan, serta orienteering. Ian sangat bersemangat untuk menjalani program tersebut tapi tidak dengan tiga teman barunya. Namun sikap acuh yang ditunjukkan oleh Dean, Duncan, dan DJ Beatroot seketika berubah ketika sebuah kejutan besar datang menghampiri mereka.
Di film layar lebar yang menjadi debut penyutradaraannya ini, Sutradara sekaligus screenwriter Ninian Doff melakukan eksekusi yang sangat baik di bagian awal ketika ia mengajak penonton untuk berkenalan dengan karakter, terutama empat karakter utama. Cara yang ia gunakan cepat dan sangat efektif, meskipun latar belakang dari masing-masing karakter memang tidak digali terlalu dalam namun mereka sudah berhasil membuat penonton merasakan pesona liar dan nakal yang mereka punya. Kecuali untuk satu karakter itu yang juga tidak hanya sekedar mampu menunjukkan dirinya adalah sosok “waras” di dalam kelompok tersebut namun ia juga berhasil menjadi penyeimbang yang manis bagi cerita.

Setting sebuah kompetisi yang digunakan merupakan sebuah trik dari Ninian Doff untuk menciptakan arena di mana ia menghadirkan berbagai “kekacauan” sebagai jalan. Empat anak muda itu memang tampak “rapuh” di bagian awal, penonton yang waras pasti akan merasa tidak yakin bahwa mereka dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan, karena warning yang disampaikan oleh pemandu mereka di bagian awal adalah benar. Namun di sana letak isu yang coba disorot oleh Ninian Doff yang berulang kali ia tunjukkan lewat selembar kertas yang dipegang oleh karakter Ian, sebuah proses growing up bagi karakter lewat sebuah messy encounter di mana mereka perlahan dipaksa untuk menjauh dari sikap ceroboh mereka dan menjadi sebuah tim untuk bertahan hidup.
Ya, empat orang anak muda itu “dipaksa” untuk bertahan hidup. Sekilas memang aksi mereka akan tampak konyol tapi di bagian awal saya merasa senang dengan penempatan berbagai komentar sosial yang coba ditampilkan oleh Ninian Doff di balik aksi liar dan nakal karakternya itu, mereka mencapai sasaran dengan cara yang oke. Pencapaian yang tidak buruk mengingat sejak awal ini sudah tampak akan tampil menggila dibalik berbagai lelucon dan juga aksi gags yang dilemparkan ke hadapan penontonnya, plus ia juga dibantu oleh masing-masing karakter yang berhasil menunjukkan energi yang terasa menyenangkan. Tapi sayangnya kombinasi yang menarik dan positif tersebut tidak berhasil tampil konsisten hingga akhir.

‘Get Duked!’ jelas merupakan komedi yang mampu membuat penontonnya tertawa, tapi setelah sedari awal tersenyum kecil dengan diselingi beberapa momen “kacau” yang terasa lucu karena tampak aneh, saya perlahan merasa narasi mulai goyah selepas paruh pertama. Tidak mengherankan memang karena pengembangan karakter sendiri sejak awal terasa kurang besar sedangkan cerita sendiri juga konsisten terasa tipis bahkan ketika telah berada di titik tengah durasi. Hasilnya tercipta sebuah lingkaran yang berisikan aksi kejar dan tangkap antar karakter, mereka bersama dengan cerita tidak jatuh menjadi sebuah hiburan komedi yang terasa boring, tapi aksi konyol dan santai mereka tidak berkembang untuk menjadi suatu yang semakin menarik, menjadi jauh lebih menarik lagi.
Memang tidak menodai pencapaian ‘Get Duked!’ secara keseluruhan yang mampu mencapai sasarannya, sebagai sebuah satire yang menyajikan berbagai isu dan juga komentar sosial. Namun setelah menyaksikan “kekacauan” yang dihadirkan oleh Ian dan teman-temannya itu di bagian awal saya kemudian menaruh ekspektasi akan bahwa ‘Get Duked!’ kemudian akan menghadirkan berbagai punch yang akan terasa semakin mengasyikkan. Sayangnya tidak. Ketika narasi semakin mendekat ke garis finish tensi cerita yang predictable itu mulai terasa kurang padat, cerita tidak terasa kokoh seperti bagian awal terutama ketika karakter secara individual mulai mencoba membuka jalan bagi narasi.

Tidak heran film ‘Get Duked!’ mengingatkan saya pada film terbaru dari Sutradara Taika Waititi, yaitu ‘Jojo Rabbit’ karena memang impresi yang ia ciptakan baik ketika hadir maupun setelah berakhir kurang lebih sama. Memberikan sebuah petualangan yang tampak menjanjikan dengan kesan unik yang kuat, ia berhasil menghibur namun sayangnya tidak meninggalkan punch yang terasa sangat kuat. Yang memorable dari film ini selain "seluncur mobil" adalah kinerja akting dari empat karakter utama, mereka diperankan dengan baik oleh masing-masing aktor terutama dalam proses terbangunnya chemistry di antara mereka. Dari segi cerita, terutama terkait pesan dan isu yang coba disampaikan, mereka bersifat disposable.
Overall, ‘Get Duked’ adalah film yang cukup memuaskan. Sukses memberi penonton excitement yang memikat di bagian awal terutama lewat pesona liar dan nakal penuh energi menyenangkan yang ditampilkan oleh karakter, ‘Get Duked’ kurang berhasil untuk terus menekan gas dan berakselarasi hingga puncak. Karakter dan cerita yang tipis membuat “kekacauan” itu tidak berkembang menjadi sebuah playful satire yang lebih kuat dan besar untuk kemudian meninggalkan penonton dengan punch yang menawan dan menggigit terkait isu dan pesan yang ia coba sampaikan. Segmented.










1 comment :