04 November 2016

Movie Review: Ouija: Origin of Evil (2016)


"Goodnight, Romeo."

Bermain dengan hal-hal supernatural selalu tampak menjanjikan sesuatu yang "menyenangkan", tidak heran dengan budget kecil film-film horror kerap berhasil meraih keuntungan finansial yang besar termasuk that dreadful ‘Ouija’ yang hadir dua tahun lalu. Budget kecil membuat rasa takut pada potensi merugi juga kecil, tidak heran film-film di genre horror kerap tampak seperti trial and error, putar materi klise dan klasik di mana karakter hantu melihat karakter manusia dan karakter manusia merasakan eksistensi karakter hantu di sekitarnya. Genre horror tidak sepenuhnya membutuhkan materi baru yang segar namun sosok tepat yang mampu mengolah materi klasik dan klise tadi menjadi sajian yang segar. Film ini berada di tangan sosok yang tepat. Ouija: Origin of Evil: an effectively creepy horror without being overly cheesy.

Alice Zander (Elizabeth Reaser) merupakan seorang single mother dengan dua orang putri, Lina (Annalise Basso) dan juga Doris (Lulu Wilson), dua sosok yang membantu Alice ketika ia sedang beraksi melakukan aksi penipuan berkedok fortune teller. Sayangnya usaha tersebut masih belum mampu untuk meringakan beban finansial yang sedang mereka hadapi, tagihan belum dibayar menandakan potensi penyitaan rumah yang mereka tempati semakin besar. Suatu ketika sedang berkunjung ke rumah temannya Lina diajak untuk bermain ouija dan dari sana ia menyarankan sang ibu untuk menggunakan papan tersebut untuk membuat bisnis mereka semakin menarik.

Celakanya usaha tersebut justru memanggil sosok asing yang tertarik untuk bermain dengan mereka. Ketika sedang melakukan setting pada mainan barunya itu Alice tanpa sadar telah memanggil roh yang bermukim di rumah mereka, bernama Marcus dan hadir lewat perantaraan Doris. Doris tidak tahu bahwa sang ayah telah tiada percaya bahwa situasi “unik” yang ia rasakan itu akibat arwah sang ayah, terus dilanda rasa penasaran untuk bermain Ouija. Bersama dengan Father Tom (Henry Thomas) Alice dan Lina perlahan yakin bahwa Doris kini berada di bawah kendali roh jahat.  


Sinopsis di atas tadi terkesan standard dan mungkin akan terasa basi jika menilik hubungan sebab dan akibat yang ia tawarkan. Faktanya tidak ada materi yang benar-benar fresh from the oven di dalam cerita Ouija: Origin of Evil, tidak hanya materi yang terasa hangat saja namun juga tidak terdapat materi yang benar-benar segar dan baru. Formula Ouija: Origin of Evil tipikal film horror pada umumnya, karakter bertemu dengan masalah, lalu build-up dan kemudian bermain dengan situasi penuh rasa waspada dari “kehadiran” sosok “asing” di sekitar karakter. Ya, there or not there dengan diselingi beberapa fake-outs klasik, Mike Flanagan sepenuhnya berpegang teguh dengan formula klasik dari genre horror namun apa yang menyebabkan materi yang tidak segar tadi justru berhasil menyajikan presentasi horror yang terasa segar adalah karena Mike Flanagan sejak awal memilih bermain aman namun terkendali. 

Mungkin terkesan kurang menantang namun hal tersebut yang justru membuat berbagai hal dan materi klasik genre horror di film ini bekerja dengan baik. Efektifitas adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan Ouija: Origin of Evil secara singkat, hal tersebut eksis sejak awal hingga akhir. Karakter dan juga konflik berhasil dibentuk dengan cepat dan tepat, kita dapat merasakan kehadiran tekanan yang sedang dihadapi oleh Alice dan dua putrinya di dalam cerita, kemudian cara papan ouija masuk ke dalam rumah keluarga Zander itu juga terasa halus termasuk penggunaan kondisi di mana Doris yakin bahwa arwah tersebut merupakan sang ayah. Koneksi antar cerita dan juga karakter terbangun dengan baik sejak awal, kita juga bertemu dengan Mikey (Parker Mack) yang berhasil menjadi “boneka” yang efektif bagi Doris, dan setelah koneksi tadi sukses menjadi semacam “alarm” bagi penonton setelah itu Flanagan coba menghadirkan “keriuhan” yang telah dinanti. 


Kata yang digunakan memang keriuhan namun mereka hadir tanpa kebisingan yang berlebihan. Bermain dengan keheningan, itu senjata utama yang Flanagan gunakan di sini, dan seperti disebutkan di awal tadi penonton yang telah merasa seolah menjadi bagian lain dari keluarga Zander terus merasa waspada karena kita tahu di sana ada hantu. Di paruh pertama semua terasa lowkey namun eerie mood yang dihasilkan terus tumbuh dengan baik, penonton dibuat menantikan kemunculan sosok asing itu dan ketika momen itu tiba Mike Flanagan (Absentia, Oculus, Hush, Before I Wake) sajikan dengan punchs yang manis, effectively creeping audiences out. Pola klasik yang digunakan berhasil dikendalikan dengan baik oleh Flanagan terutama pada cara ia bermain tarik dan ulur bersama penonton, membuat penonton perlahan merasa unnerving untuk kemudian memunculkan berbagai “kejutan” yang manis.

Hal lain yang terasa impresif dari eksekusi Flanagan di sini adalah ia tidak mencoba menggunakan berbagai kejutan tadi untuk menciptakan kesan menakutkan yang terasa overwhelm. Ouija: Origin of Evil tidak menawarkan sebuah petualangan layaknya rollercoaster dengan track dipenuhi naik dan turun yang mengerikan tapi dengan tetap tampak tenang the scares yang dihasilkan justru terasa kumulatif, terasa terus bergerak semakin besar. Kesan creepy yang dihasilkan Ouija: Origin of Evil secara perlahan terus menumpuk, meskipun memberi kesempatan bagi beberapa humor kecil untuk tampil itu tidak membuat ekspektasi penonton pada menantikan kemunculan berbagai “kejutan” menjadi turun. Hal tersebut disebabkan karena Flanagan berusaha untuk menjauhkan materi yang dapat menciptakan kesan random di dalam cerita, secara step by step ia bangun mood and scare sehingga kesan menakutkan ketika kejutan itu hadir terasa impactful. 


Hal lain yang Flanagan lakukan dengan baik di sini adalah ia berhasil menciptakan sebuah kemasan dipenuhi dengan timing yang tepat dari kemunculan setiap elemen cerita. Di awal dia fokus pada menciptakan dasar bagi karakter dan juga konflik namun ketika itu telah usai dua hal tadi tidak lantas berada di satu ruangan dengan tugas utama untuk hanya menciptakan kehebohan yang mengejutkan penonton saja. Paruh kedua harus diakui terasa predictable namun kesan fun yang dihasilkan paruh pertama tidak luntur di bagian ini, dari karakter, konflik, hingga elemen teknis seperti score dan visual mereka berhasil dikombinasikan dengan baik oleh Flanagan sebagai editor untuk menakut-nakuti penontonnya. Teror dikemas dengan sangat efektif, dari twist and turns hingga hal sederhana seperti mempermainkan silence moments ketika that thing sedang mengintai karakter untuk perlahan mendekat dan mendekat.

Hal-hal semacam itu yang menjadi daya tarik dari film horror dan di sini ditampilkan Flanagan dengan baik meskipun di babak akhir pace terasa sedikit kendor dan tidak begitu kuat. Bersama dengan Jeff Howard screenplay yang dihasilkan memang tidak istimewa namun lebih dari mampu untuk menciptakan kesan padat, dari arena bermain bagi berbagai kejutan hingga pada hal yang sedikit lebih berat seperti tentang family. Di sisi lain terdapat api kecil yang terus membakar suspense, mempertahankan atmosfir menakutkan yang telah terbentuk dan tetap stay away dari usaha “memukul” penonton dengan berbagai kejutan yang cheap dan random. Dan itu semua dilengkapi dengan kinerja akting yang juga sangat efektif dari jajaran cast, dari Elizabeth Reaser sebagai “guardian”, kemudian Annalise Basso hingga Lulu Wilson yang tampil exceptionally good terlebih ketika ia bermain dengan senyum yang gentle namun creepy itu. 


Overall, Ouija: Origin of Evil adalah film yang memuaskan. Ini merupakan kelanjutan dan juga prequel yang superior for that dreadful ‘Ouija’, dan di sisi lain menjadi bukti bahwa genre horror kembali mendapatkan satu talenta yang berhasil meninggalkan kesan dependable, yaitu Mike Flanagan. Ini adalah bukti bahwa materi yang klise dan basi pada industri film bukan masalah yang besar, materi klasik dan klise tetap memiliki potensi untuk menciptakan sebuah sajian yang segar jika diolah dengan baik dan benar. Mike Flanagan melakukan itu di sini, memiliki great sense pada eksekusi untuk membuat berbagai terror itu work dan menghasilkan sebuah effective and entertaining horror. 










5 comments :

  1. Gan...
    Saya boleh tanya pribadi ga?

    Walau ga ada hubungannya sama review film...
    mw nanya apakah agan menghasilkan uang dr menulis blog?

    misal iya, caranya gimana?
    Saya punya blog udah lama tp ga tahu caranya ngasilin uang dr blog.

    btw, ane dah sering berkunjung ke blog agan...
    langganan.. soalnya ane jg suka baca review film.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari iklan. Tapi karena pada daftar prioritas profit berada di posisi paling akhir jadi saya hanya sebatas pasang, nothing to lose serta tidak bermain dengan tips and trik. Silahkan googling saja ya terkait masalah itu. Thanks kunjungannya. :)

      Delete
  2. thanks masukannya...
    btw, boleh buat backlink disini ga?

    Cuman mau promo blog Saya aja...
    Saya juga bantu backlink blog rorypnm juga di laman blogger saya.
    Jadi sebelumnya minta izin dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di kolom komentar? Silahkan. Keyword + hyperlink.

      Delete