28 August 2016

Movie Review: After the Storm [2016]


Sebenarnya apa hal paling penting dari kebahagiaan yang dimiliki setiap manusia? Apakah kamu memiliki kewajiban membuat orang yang kamu sayangi merasa bahagia? Atau apakah tugas paling penting yang harus kamu lakukan adalah hanya untuk hidup bahagia sesuai dengan yang kamu inginkan? Lalu bagaimana jika kamu hidup bahagia tapi kebahagiaan kamu justru membuat orang yang kamu sayangi tidak bahagia? Bagaimana jika menciptakan keseimbangan, kamu bahagia dan orang yang kamu sayangi juga bahagia? Itu isi film terbaru dari Hirokazu Kore-eda ini, After the Storm (Umi yori mo Mada Fukaku), observasi lembut pada interaksi manusia berisikan sebuah refleksi tentang kebahagiaan. Sweet and sensitive, it’s a heartbreaking and heartwarming drama.

Novelist Ryota Shinoda (Hiroshi Abe) sebenarnya punya potensi besar ketika ia debut dulu tapi prize-winning author satu ini kemudian masuk ke dalam kehidupan yang tidak terkendali. Setelah kematian sang ayah, Ryota menghabiskan uangnya dengan berjudi, bercerai dengan Kyoko Shiraishi (Yōko Maki) dan kesulitan membayar biaya tunjangan sang anak Shingo Shiraishi (Taiyô Yoshizawa). Keluarga Ryota termasuk ibunya yang bernama Yoshiko Shinoda (Kirin Kiki) telah move on dari kehidupan Ryota namun suatu ketika sebuah angin topan memaksa pria yang kini bekerja sebagai private detective itu untuk menetap sementara dan berkumpul bersama Kyoko, Shingo, serta Yoshiko.  


Di karyanya sebelumnya, Our Little Sister, Hirokazu Koreeda mengajak penontonnya untuk mengamati kehidupan empat kakak beradik pasca kematian ayah mereka, dan ia kembali dengan family story lainnya yang tidak kalah menarik. Dari sinopsis dapat dilihat bahwa konsepnya masih sama, sebuah observasi pada kisah yang tidak pernah mencoba terasa spektakuler dengan menghadirkan dramatisasi penuh ledakan, hanya sebuah sungai yang mengalir lembut di bawah pepohonan rindang dan dikelilingi udara sejuk. Di sini Koreeda mencoba membawa kamu mengamati berbagai hubungan sulit yang berpusat pada Ryota, dari ayah dan anak, ibu dan anak, serta suami dan istrinya. Meskipun kontennya tentang relationship yang difficult tapi tidak sulit untuk jatuh hati pada Ryota dan karakter lainnya, termasuk dengan masalah mereka, itu karena seperti film Koreeda lainnya ‘After the Storm’ punya sensitifitas yang jelas dan lembut dan membawa penontonnya “hanyut” bersama karakter dan cerita. 


Tentu saja ada konflik di dalam cerita tapi dramatisasi tidak kontras, terasa tenang dan statis tapi mampu membuat saya tertarik mengamati karakter dan konflik. Ryota merupakan karakter yang belum mampu mengalahkan ego yang ia miliki sehingga ia gagal meraih potensi tertinggi dalam kehidupannya, ia writer yang pathetic, suami yang pathetic, ayah yang pathetic, dan sebagai seorang anak ia dapat pula dikategorikan pathetic. Kondisi tersebut adalah jangkar untuk proses mengamati terhadap karakter secara bertahap, saya perlahan mengerti dan merasakan derita dan problema yang masing-masing karakter hadapi yang tampil dengan ciri khas film Koreeda. ‘After the Storm’ mengedepankan truths yang simple sehingga mudah membangun koneksi dengan penonton lalu beri berbagai pemanis yang membuat penggambaran masalah berisikan emosi yang smooth, menyaksikan berbagai kekecewaan yang dialami oleh Ryota tumbuh perlahan bersama dengan emosi yang halus serta touching moments dan komedi yang menyegarkan. 


Hal paling menarik ketika menyaksikan ‘After the Storm’ adalah family drama ini juga terasa humorous jadi rasanya tidak hanya bitter saja melainkan bittersweet. Emosi yang dihasilkan memang tidak sekuat ‘Our Little Sister’ misalnya sebagai contoh tapi After the Storm konsisten terasa charming karena drama tadi ditemani dengan komedi dalam komposisi yang pas, humor sering datang secara mengejutkan. Ya, Koreeda melakukan pekerjaan yang memikat dalam menyeimbangkan materi, protagonis yang dipaksa “maju” dari masa lalu kelamnya itu menciptakan penggambaran suka dan duka yang oke, terasa melankolis tapi ringan, lembut tapi juga fun tanpa mencoba menampilkan konfrontasi berlebihan. Itu keren karena sejak awal ‘After the Storm’ pada dasarnya berisikan sebuah cermin di mana karakter melakukan refleksi pada hidupnya, berusaha memperbaiki cara ia berpikir dan memberikan tanggapan emosi, karakter “menemukan” apa yang selama ini hilang dari hidupnya dengan cara serius, natural, dan fun. 


Ditunjang dengan elemen teknis seperti cinematography dengan feel yang banyak mengingatkan saya pada ‘Still Walking’ dan juga ‘I Wish’ performa para aktor dan aktris juga memiliki peran penting membuat ‘After the Storm’ terasa charming. Sering tampak letih dan kecewa Hiroshi Abe berhasil membuat Ryota menjadi pria dengan sikap tidak menarik tapi juga mampu menarik simpati dan empati, kekurangannya terasa manusiawi dan membuat penonton menginginkan agar ia berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Yôko Maki membuat Kyoko sebagai wanita dengan sikap realistis yang menarik, chemistry yang ia ciptakan bersama Hiroshi Abe juga oke. Sementara Lily Frankie, Taiyô Yoshizawa, dan pemeran lain tampil understated di peran mereka masing-masing Kirin Kiki berhasil berada sedikit di atas mereka. She's hilarious, cara ia menghantarkan lelucon terasa memikat dan tepat sasaran. Kesamaan yang dimiliki para aktor dan aktris di ‘After the Storm’ adalah mereka mampu membuat karakter mereka seperti manusia di dalam sebuah cerita sehingga koneksi antara karakter dan penonton terasa mudah dan stabil hingga akhir. 


Hirokazu Koreeda kembali dengan menggunakan formula miliknya, dan hasilnya kembali sama, sebuah family drama yang mempesona. Tidak ada “ledakan” di dalam cerita, mengalir lembut dengan kesan natural, meskipun kali ini terasa kurang puitis serta emosi tidak menggelegar tapi drama ‘After the Storm’ tidak pernah kehilangan atensi penonton karena selain tampil serius ia juga tampil santai dan fun ditemani dengan unsur komedi yang pas sehingga terasa bittersweet. Suka dan duka dari realita dan insecurities dari kehidupan modern, sebuah hubungan keluarga penuh problema, tanpa mencoba terasa flashy ‘After the Storm’ berhasil menjadi sebuah kisah yang heartbreaking dan heartwarming tentang kebahagiaan, bagaimana sebuah kehidupan yang bahagia adalah sebuah keseimbangan di mana kamu merasa bahagia dan orang di sekelilingmu juga merasa bahagia, jika kamu masih gagal segera move on, segera melangkah maju. Segmented









0 komentar :

Post a Comment