15 June 2016

Review: Me Before You (2016)


"I can make you happy."

Loving can hurt, loving can hurt sometimes. But, loving can heal, loving can mend your soul. Bukankah dengan begitu cinta tampak seperti sesuatu yang licik dan manipulatif? Itu alasan mengapa “cinta” terasa menyenangkan, it can make you smile, it can make you cry, that's the thrill we love from love. Kekuatan yang dimiliki oleh cinta itu coba ditampilkan oleh film ini, Me Before You, sebuah drama romance dengan formula klasik dan klise yang mencoba memberikan sebuah manipulasi emosi standar namun tepat sasaran. It’s cute and charming.

Untuk membantu keuangan keluarganya Louisa "Lou" Clark (Emilia Clarke) menerima pekerjaan menjadi perawat bagi pria bernama Will Traynor (Sam Claflin). Will merupakan mantan banker yang kini hampir seluruh tubuhnya telah lumpuh setelah mengalami kecelakaan sehingga harus menggunakan kursi roda. Meskipun awalnya canggung perlahan mulai terjalin persahabatan di antara Will dan Lou. Will punya waktu enam bulan sebelum berangkat bersama orangtuanya ke Swiss untuk melakukan euthanasia. Lou mengetahui hal tersebut dan berencana untuk membuat agar Will mengubah keputusannya tersebut, salah satunya dengan menunjukkan pada Will bahwa kehidupan ini indah. Dapatkah kekuatan cinta melakukannya? 



Berdasarkan romantic novel dengan judul yang sama karya Jojo Moyes, Me Before You merupakan sebuah romantic drama yang berani, sejak berangkat dari sinopsis percaya diri menjadi usaha manipulasi emosi. Itu sebenarnya hal yang familiar di genre ini tapi menariknya yang ditampilkan Me Before You di sini tidak terasa menjengkelkan, tidak peduli seberapa standar Thea Sharrock mengolah naskah yang ditulis langsung oleh Jojo Moyes. Cara mainnya tidak jauh berbeda dengan drama romance dengan dasar masalah serupa, dipenuhi tete-a-tete dua karakter utama, tapi yang membuat Me Before You selamat dari berbagai “penyakit” klasik genre ini meskipun di sisi lain ia juga tidak terasa luar biasa adalah karakter dan cerita punya pesona yang menarik, Me Before You memiliki thrill dari kisah romance yang terasa menarik di balik konflik standar yang ia punya.



Kelebihan tadi semakin kuat karena di debut fitur layar lebarnya ini Thea Sharrock juga cukup mampu menangani subjek dan cerita dengan baik. Cerita Me Before You punya dua buah sisi, ia merupakan roman di mana persahabatan berubah jadi cinta, di sisi lain ini juga tampak seperti studi pada situasi emosi manusia apalagi ada sebuah isu tentang hidup di dalamnya. Memiliki sisi gelap dan sisi terang Me Before You berhasil menyeimbangkan keduanya dengan cukup baik, menampilkan beberapa isu berat tapi tidak membuat kesan dark yang berlebihan karena ada hal-hal ceria di sampingnya, walaupun beberapa isu sensitive memang terkesan kurang dieksplorasi. Meskipun tidak sepenuhnya yakin bagaimana ia akan berakhir kita tahu kemana film ini akan berjalan, dan nafas optimis yang digunakan di hampir 70% durasi menghasilkan dampak positif karena waktu tersebut digunakan untuk mengamati interaksi antara Will dan Lou, hal terbaik dari film ini.



Me Before You tidak pernah jatuh menjadi drama romance yang menjengkelkan karena ia punya interaksi menarik di antara dua karakter utamanya. Klasik tapi ringan, interaksi Will & Lou tidak pernah terasa “excessive," berbagi kesedihan dan harapan memperkuat ikatan di antara mereka. Hasilnya ini seperti menyaksikan proses naik dan turun dari kisah cinta yang mencoba untuk mekar, fokus cerita kuat pada bagaimana emosi bermain di antara mereka meskipun beberapa subplot juga perlahan muncul. Kisah di antara mereka seperti bernafas bebas, you can feel sengatan cinta perlahan tumbuh semakin besar, hubungan mereka terasa believable dan alami. Itu juga berkat kinerja yang oke dari Emilia Clarke dan Sam Claflin, Sam Claflin mampu merebut dan menjaga simpati penonton terhadap Will, sedangkan Emilia Clarke menyuntikkan kegembiraan pada Lou sehingga kita dapat merasakan sikap optimis yang gadis manic itu tampilkan.  



Me Before You adalah drama romance yang infectious, meskipun ia tidak sempurna. Walaupun punya alur cerita yang terasa lancar di beberapa bagian Me Before You terasa kurang "masak", pace cerita kurang stabil, dan tidak semua upaya membuat cerita ringan sejenak bekerja dengan baik. Tapi berkat kinerja dan chemistry dua lead-nya yang terasa kuat film ini terus mengikat atensi lewat manipulasi permainan emosi yang klasik namun tidak menjengkelkan, merawat dramatisasi agar tidak berlebihan sehingga proses mencari tahu isi hati dari dua karakter terasa menarik untuk diikuti. Kisah yang mengangkat ide “the power of love” seperti ini selalu mudah jatuh menjadi kemasan yang annoying, namun Me Before You berhasil menjadi pertunjukkan yang cute and charming. Segmented.

















Thanks to rory pinem

1 comment :