22 December 2015

Review: James White (2015)


Terkadang sebuah bencana baru dapat mengubah seorang yang jahat menjadi baik. Itu yang coba digambarkan oleh film ini, James White, film sulit yang terasa manis. Ini merupakan sebuah drama yang sederhana, namun dengan mengusung konsep di mana seorang pemuda menolak untuk tumbuh dan menganggap dunia memiliki hutang padanya, dibantu dengan dua kinerja akting yang memukau, James White berhasil meninggalkan penonton dengan pukulan yang begitu kuat, dan itu dicapai dengan menggunakan pecundang sebagai tokoh utamanya. Honest and brutal. 

James White (Christopher Abbott) merupakan pria berusia 21 tahun dengan kehidupaan yang kacau, terjebak dalam masa remaja dan belum menemukan arah yang tepat untuk menjadi dewasa. Dari berpesta hingga menghasut perkelahian, James yang dapat dikategorikan sebagai pecundang itu tiba-tiba mengalami perubahan dalam kehidupannya. Dari ayahnya yang baru meninggal dunia James menemukan fakta bahwa sang ibu, Gail White (Cynthia Nixon), sudah berada dalam stadium akhir penyakit kanker. James White dipaksa untuk berubah. 



Di bagian awal Josh Mond seperti membuat setting agar penonton dengan cepat menilai bahwa karakter utama cerita, James White, merupakan seorang pecundang kelas atas, dari yang ditunjukkan oleh James sendiri maupun dari orang-orang di sekitarnya, dan hasilnya sangat efektif. Sangat cepat untuk menaruh rasa tidak suka hingga benci pada James White, pria yang seharusnya sudah mulai mencoba “matang” tapi seperti menolak untuk berusaha menemukan jati diri dan justru lebih gemar bermain dengan narkoba dan alcohol. Itu titik awal dan merupakan satu dari dua bagian krusial film ini, dan Josh Mond berhasil memberikan eksekusi yang terasa pas.



Setelah itu? James White berubah menjadi drama dengan plot yang begitu minimal. Tapi karena sudah ada dasar yang kuat apa yang terjadi dimulai dari bagian penting kedua di mana James mengetahui Gail mengidap kanker justru terasa padat dan memikat. Ini seperti Amour dengan posisi dua karakter sebagai ibu dan anak. Josh Mond tampak tidak ingin cerita jadi terlalu luas, semua ia set simple seperti terus mengarahkan kamera ke arah wajah James, dan kemudian menyerahkan sisanya kepada dua aktor utamanya untuk memainkan emosi penonton. Hasilnya, manis, bahkan cukup mengejutkan karena James White akan memberikan kamu banyak hal yang bukan hanya untuk diamati tapi juga dirasakan.



Bagaimana James White yang awalnya seorang pecundang perlahan berubah karena tanggung jawab pada sang ibu dikemas dengan baik. Dari sikap frustasi dan egois di awal kita  berpindah menuju rasa sakit yang natural, remaja yang terjebak tadi bertemu titik balik yang juga membuat kita sebagai penonton yang tadi membencinya perlahan menaruh simpati. Penonton dibuat merasakan apa yang James rasakan dan berharap hal yang terbaik datang kepadanya, sesuatu yang terhitung sulit untuk dilakukan oleh sebuah film. Saya suka cara Mond menjadikan krisis keluarga tidak sebagai paksaan yang murah dan dangkal bagi James untuk berubah karena proses yang dipaksa itu dilengkapi dengan kasih sayang dalam perjuangan yang dilakukan oleh James.



Tapi keterampilan dari Josh Mond membentuk cerita dan karakter bukan highlight film ini, melainkan performa dua pemeran utamanya. Jika film ini berada di bawah distributor besar saya sangat yakin Christopher Abbott dan Cynthia Nixon akan jadi pesaing menakutkan bagi lawan-lawannya di awards season. Kamera mayoritas menangkap wajah Abbott secara close-up, dan Christopher Abbott dengan tenang dan konsisten berhasil menampilkan pesona yang cantik, dari pria dengan mental yang tidak stabil menjadi sosok yang ingin kamu bantu untuk melewati masalah yang ia hadapi. Sementara Cynthia Nixon memberikan penampilan yang memilukan, “materi” Gail yang sudah sangat familiar tidak menghalanginya untuk meninggalkan impresi yang kuat.



James White adalah sebuah film sulit yang menyenangkan, sebuah potret tentang menjadi dewasa yang sederhana namun tajam. Konflik yang ia bawa tidak rumit tapi James White seperti punya magnet yang akan mengikat kamu sejak awal hingga akhir, dari hitam menjadi putih, dari benci menjadi simpati, dan menarik karena kesan klise tidak pernah terasa mengganggu. Perasaan segar muncul ketika film berakhir karena penonton seolah menjadi bagian di dalam cerita, semua berkat kecermatan Josh Mond sebagai kendali utama dan tentu saja penampilan memikat dan kuat dari Christopher Abbott dan Cynthia Nixon. Segmented. 












Thanks to: rory pinem

0 komentar :

Post a Comment