07 August 2015

Review: Pixels [2015]


"He's a loser, and he'll always be a loser." 

Apakah sebuah film yang mengandung “Adam Sandler” didalamnya masih layak mendapat atensi dari kamu? Apakah film dengan pemain utama seorang pria berekspresi lesu bernama “Adam Sandler” masih membuat kamu yakin ia akan memberi hiburan yang membuat waktu dan uang yang kamu gunakan terasa worthed? Pertanyaan mungkin dua dari sekian banyak pertanyaan lain yang ada di benak calon penonton pada film “Adam Sandler”, tapi saya punya satu trick yang sudah lama saya terapkan pada film “Adam Sandler”, mencoba mengerti kelemahan klasik yang ia punya dan nikmati hal lain di luar kelemahan klasik tadi. Itu yang menjadikan Pixels terasa cukup oke.

Pada tahun 1982 sebuah kejuaraan game membuat video yang di rekam oleh NASA dan akan akan mereka kirim ke ruang angkasa sebagai arsip gambaran kehidupan di bumi. Tapi celakanya usaha mereka untuk melakukan kontak dengan kehidupan “lain” di luar angkasa mendapat respon berbeda lebih dari dua dekade kemudian. Berbagai karakter video game klasik seperti Pac-Man, Lipan, Donkey Kong, dan Space Invaders dalam ukuran raksasa menyerang bumi. Hal tersebut memaksa Will Cooper (Kevin James) selaku POTUS mengambil keputusan berani, memberi kepercayaan kepada teman lamanya, Sam Brenner (Adam Sandler), yang kini bekerja sebagai petugas instalasi elektronik untuk memimpin pasukan menghadapi serangan tersebut dan menyelamatkan dunia. 



Kamu dan banyak pengamat serta penikmat film boleh saja mencibir dan menyerang Adam Sandler dengan hal-hal klasik yang seolah sudah lekat dengannya sekarang ini, tapi pasti ada alasan kenapa Adam Sandler masih bisa survive sekarang ini. Saya sendiri punya hubungan love to hate dan hate to love pada Adam Sandler, setiap kali selesai menonton film terbarunya ada perasaan campur aduk yang membuat saya bingung dimana saya akan menetapkan posisi saya, suka atau tidak suka. Sudah jadi informasi umum kalau penampilan Adam Sandler sekarang seperti kurang bernyawa, yang kita dapat dari film-film terbarunya adalah Adam Sandler memainkan karakter menarik yang di eksekusi dengan lesu dan loyo, seperti seadanya, tapi disisi lain ada saja hal menarik yang mampu menyelamatkan setiap film dari kegagalan pemimpinnya itu.



Pixels adalah contoh paling baru dari film “Adam Sandler”, karakter utama tidak menarik tapi ia punya banyak hal menarik di sekitarnya walaupun ketika telah berakhir tetap tidak mampu membawa film tersebut ke posisi yang lebih tinggi. Masalah Pixels itu adalah ia bukannya tidak lucu tapi kurang berhasil menjadi lucu dengan cara yang lucu. Banyak lelucon yang akhirnya terasa canggung, Pixels punya lelucon yang membuat kamu mengerti dengan maksud yang ia tampilkan tapi tidak ada satu orangpun di dalam teater yang tertawa, dan ketika lelucon itu berlalu kamu akan tertawa geli karenas merasa geli dengan lelucon yang tidak lucu tadi. Dan menariknya adalah script sendiri masih berani memberikan banyak lelucon untuk di eksekusi oleh Adam Sandler yang di sini seperti pria yang sedang bekerja dalam kondisi kurang tidur.



Kekurangan tadi itu sangat memalukan buat saya karena hal itu seperti menyia-nyiakan hasil akhir yang diberikan oleh VFX di sektor visual. Pixels punya visual yang menyenangkan, menghidupkan karakter-karakter 8-bit seperti Lipan, Space Invaders, Galaga, Frogger, Tetris dan Pac-Man kedalam realisme yang keren, penggunaan warna-warni yang berani tapi juga menyertakan feel yang menarik sehingga penonton bukan sekedar dimanjakan matanya oleh tampilan visual tapi visual itu sendiri membuat mereka seolah ikut berada di dalam “permainan” itu. Disini kekuatan utama Pixels, ketika karakter video game mendominasi layar, sentuhan dari Chris Columbus oke disini, dan seandainya ia juga terlibat didalam script mungkin sisi visual dan cerita bisa memberikan kombinasi yang lebih baik lagi.



Pixels sendiri meninggalkan perasaan aneh karena ia punya topeng sebagai film keluarga tapi ada beberapa lelucon yang terasa ofensif, walaupun memang tidak semua akan di mengerti oleh anak-anak. Suka dan tidak suka juga terjadi di jajaran cast Pixels. Kamu pasti sudah tahu dimana posisi Adam Sandler disini, tapi sahabatnya Kevin James seperti tidak mau lepas darinya. Sebagai POTAS penampilan Kevin sangat tidak menarik, karakternya seperti tidak punya visi yang jelas, sama seperti karakter Sam Brenner. Tapi Pixels punya dua karakter yang baik sebagai penyeimbang, Eddie Plant yang diperankan dengan baik oleh Peter Dinklage, serta Violet van Patten yang dijadikan oleh Michelle Monaghan sebagai penyokong bagi karakter Sam Brenner yang lesu itu.



So apakah Pixels film keluarga yang menarik? Cukup menarik, ia berhasil pada bagian visual yang menyenangkan berisikan karakter game-game retro yang ikonik itu, tapi disisi lain ia juga selalu berhasil membuat penonton jengkel ketika humor lesu dan canggung itu hadir dan merusak irama petualangan. Meskipun bagian visual tidak mampu menyelematkan sektor cerita untuk membawa Pixels ke tempat yang lebih tinggi, saya lebih bersyukur mereka mampu meninggalkan memori yang baik dan menyelematkan Pixels dari kematian akibat lelucon-lelucon yang “mematikan” itu.







0 komentar :

Post a Comment