23 August 2015

Movie Review: Inside Out (2015)


"Take her to the moon for me, Joy!"

Salah satu ciri dari sebuah film pada kategori “sangat mengagumkan” adalah ketika telah berakhir ia mampu membuat penontonnya menggumamkan kalimat sederhana: “OMG”, dan itu bukan hanya dikarenakan ending kuat yang ia berikan tapi juga berasal dari sengatan yang penonton rasakan dari presentasi keseluruhan yang menyenangkan, ketika melangkah pergi juga meninggalkan sesuatu yang menarik untuk tinggal dan bermain-main di pikiran penontonnya. Hal tersebut dilakukan oleh Inside Out, sebuah animasi yang mampu meninggalkan penonton dengan perasaan “bahagia” ketika telah selesai menyaksikan sebuah petualangan loveable yang imajinatif. Inside Out: an elegant magic!

Ketika ia bersama orangtuanya (Kyle MacLachlan, Diane Lane) sedang dalam perjalanan meninggalkan Minnesota untuk menuju rumah baru mereka di San Francisco hal yang terbayang didalam pikiran remaja berusia 11 tahun bernama Riley (Kaitlyn Dias) adalah tempat baru yang menyenangkan. Tapi sayangnya hal tersebut harus berakhir di imajinasi Riley saja karena lingkungan baru yang ia temukan justru memberikan tekanan baginya. Rumah baru mereka masih sepi karena truk pengangkut barang mengalami kendala, begitupula dengan makanan dimana Pizza San Francisco tampak menggelikan.

Puncaknya adalah kondisi emosi Riley yang masih labil karena adaptasi yang kemudian melahirkan kondisi gawat darurat bagi Joy (Amy Poehler), Sadness (Phyllis Smith), Fear (Bill Hader), Anger (Lewis Black), dan Disgust (Mindy Kaling), lima emosi yang selama ini mengendalikan emosi Riley. Joy sebagai pemimpin berusaha untuk mengembalikan Riley yang dahulu dikenal sebagai gadis muda penggemar hockey yang periang, namun sebuah tindakan ceroboh yang dilakukan oleh Sadness menciptakan bencana besar bagi mereka. Riley kehilangan inti dari memori miliknya. 


Inside Out merupakan sebuah film yang “gila” dengan cara elegan, bukan hanya karena langkah berani yang diambil oleh Pete Docter dan Ronnie del Carmen untuk menghidupkan sebuah ide abstrak yang imajinatif itu tapi bagaimana Inside Out sebagai sebuah kemasan sejak sinopsis hingga berakhir juga berhasil memberikan sebuah pengalaman menyaksikan film animasi yang (jika meminjam kalimat dari review sebelumnya) push-you-into-new-level. Masuk kedalam pikiran manusia dan menyaksikan bagaimana mereka mengatur emosi kita memang terasa menyegarkan dan berhasil membangkitkan fantasi liar, tapi ketimbang menjadi sebuah film animasi dimana penonton dipaku pada sebuah tugas sederhana mengikuti karakter dan berharap ia berakhir bahagia Inside Out justru mengetuk pikiran kita untuk kemudian bertanya: apa itu menjadi seorang manusia?

Ini yang menarik, ketika sebelum menonton anda akan bertanya apa yang ingin dilakukan oleh Pixar pada ide penuh resiko itu namun setelah selesai menyaksikannya anda akan kembali bertanya, bagaimana caranya mereka melakukan hal tersebut? Konsep abstrak mereka satukan dengan teori timbal balik tentang kehidupan yang sangat sederhana, memberikan kedalaman yang sangat baik di setiap bagian baik itu unsur drama hingga komedi tanpa melupakan daya akses setiap bagian untuk meraih atensi penonton di berbagai golongan usia. Inside Out sangat kuat di bagian ini, ada pesan coexist yang kuat dengan presentasi yang begitu efektif, mengajak kita melihat bagaimana hidup adalah kombinasi yang menarik, ayah-ibu-anak, keluarga-sahabat-hobby, bahagia-sedih-benci-marah-takut.


Apa hal terbaik yang Pixar lakukan dalam menggambarkan hal yang menantang tadi? Mereka tidak sebatas menjadikan karakter emosi, karakter orang tua, dan karakter Riley sebagai sosok yang menarik untuk di amati serta di ikuti, mereka punya peran penting dimana disini penonton di buat merasa Riley atau karakter orang tua merupakan diri mereka dan lima emosi tadi merupakan isi dari pikiran mereka. Ya, kepolosan masa kanak-kanak, sahabat dan hobby, kasih sayang dan perhatian dari orang tua, rasa cinta kepada anak, ketika menyaksikan kegembiraan dengan dipenuhi warna dan gerak menyenangkan itu anda akan dibuat seolah sedang mengenal lebih dalam diri anda sendiri. Dan hal terkuat di bagian ini adalah setiap bagian memberikan power yang begitu pas sehingga ketika kita sudah berada di paruh akhir semuanya menjadi kumulatif, dan hasilnya anda bisa saja "meledak" karena perasaan bahagia.

Bukan berarti Inside Out merupakan film tentang kesedihan, posisinya sangat jauh untuk mencapai level tersebut, lebih tepatnya kesedihan jadi bagian dari cerita yang disini diposisikan sebagai kehidupan manusia. Tentu dengan premis yang tidak ringan itu akan banyak pihak yang pesimis bahwa Inside Out dapat menjangkau penonton muda, terlalu serius kata mereka, tapi walaupun ada materi yang akan membuat anak-anak bertanya disisi lain Pixar juga menyediakan solusi atau jawaban yang mudah untuk digunakan oleh para penonton dewasa yang mendampingi mereka. Pixar menciptakan dua dunia di dalam Inside Out, mereka punya misi berbeda bagi penonton muda, ketika kita penonton dewasa bertemu dengan pertanyaan yang menuntut emosi penonton muda mendapat sajian yang jauh lebih ringan tapi tetap tidak kalah menarik: pesan coexist dalam tampilan penuh ledakan warna dan kegembiraan yang menyenangkan.


Disini peran lain dari lima karakter emosi tadi, mereka merupakan wujud dari sebuah kehidupan. Bukankah dengan sedih rasa bahagia menjadi berarti, dengan takut rasa bahagia semakin berharga, dan hidup jadi menyenangkan saat mereka semua bersatu dengan manis? Dan konsep plus dan minus yang sederhana itu sebenarnya sudah ditampilkan dengan manis oleh film pendek berjudul Lava sebagai pembuka. Ini yang menjadi alasan mengapa Inside Out terasa ajaib, ia punya isi yang begitu kuat tapi ditampilkan dengan cara yang begitu menyenangkan dengan bergerak cepat penuh kejutan, dari rasa jengkel pada iklan hingga Chinatown, mengangkat nostalgia masa kecil bagi penonton dewasa serta mengarahkan "peran" emosi bagi penonton muda, dan semua menjadi bagian dari eksposisi yang begitu seimbang, sabar, rapi, dan terkendali.

Cerita yang kuat, kualitas visual dengan komposisi warna-warna yang cantik dan menghibur dengan bantuan score yang sederhana namun matang, kekuatan lain dari Inside Out seperti yang telah disinggung sedari tadi: karakter. Karakter punya peran yang menawan, desain yang sederhana dengan kebebasan yang besar sehingga karakterisasi mereka terasa sangat kuat, dan disini semua punya peran penting bagi cerita, termasuk Bing Bong (Richard Kind)Kelebihan itu juga hadir berkat pengisi suara yang mampu membentuk pesona masing-masing karakter dengan pas, dan chemistry serta tik-tok diantara mereka terutama karakter emosi sangat mengasyikkan, ketika Amy Poehler menjadi riang gembira hadir Phyllis Smith yang memberikan keteduhan melankolis pada Sadness, ketika Mindy Kaling menjadi annoying ciri khas remaja dan Bill Hader dengan sensasi cemas yang oke kita mendapatkan ledakan yang “pecah” dari Lewis Black. Tim yang kuat.


Overall, Inside Out adalah film yang sangat memuaskan. Inside Out bukan upaya manipulasi emosi melainkan sebuah inspirasi tentang kehidupan dengan menggunakan emosi dan rangsangan imajinasi. Pete Docter dan Ronnie del Carmen beserta tim berhasil menenun kompleksitas ide untuk dapat di akses dengan mudah tanpa lupa untuk tampil menyenangkan, menjadikan Inside Out sebagai petualangan penuh mondar-mandir indah dengan keseimbangan yang mengagumkan di semua bagian, drama yang indah dengan efek kumulatif pada emosi, komedi yang indah penuh momen lucu, petualangan yang indah dengan visual yang cantik serta karakter yang menarik, serta hasil yang indah sebagai sebuah pengalaman emosi yang: kreatif, cerdas, imajinatif, tulus, lucu, dan tentu saja, menyenangkan. An elegant magic!












0 komentar :

Post a Comment