08 January 2015

Review: Foxcatcher (2014)


"Coach is the father. Coach is a mentor. Coach has great power on athlete's life."

Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia judul film ini memiliki arti penangkap rubah, dan menariknya judul tersebut ternyata juga dapat jadi penggambaran secara garis besar apa yang akan kamu dapatkan dari film ini. Kita berada di posisi sebagai penangkap dan cerita yang berisikan percakapan dan kejahatan penuh ketenangan menjadi rubah yang terus bergerak dengan lincah. Paranoia hingga obsesi, berisikan kesedihan sampai kejahatan, bisnis penuh persaingan dan misteri sampai character study, ia punya thriller tapi juga cengkeraman layaknya sebuah horror, Foxcatcher adalah hiburan dua jam yang memukau.

Mark Schultz (Channing Tatum) merupakan juara gulat Olimpiade 1984, dan dalam rangka berupaya mempertahankan pencapaiannya tersebut empat tahun mendatang ia berada di bawah pelatihan abangnya, Dave Schultz (Mark Ruffalo). Tapi suatu ketika salah satu orang terkaya di Amerika, John du Pont (Steve Carell), mendatangi mereka. John du Pont merupakan penggemar gulat dan ia memberikan penawaran pada mereka untuk melatih dan juga bergabung dengan tim gulat pribadi miliknya, Team Foxcatcher. Mark menerima, namun Dave menolak, tapi suatu ketika Mark pindah yang lantas memaksa Dave untuk membantunya, keputusan yang celakanya membawa konsekuensi yang tragis bagi mereka. 



Jujur saja kali ini ada sedikit perasaan berhati-hati ketika mencoba bercerita terkait film ini karena hal utama yang menjadikan ia terasa menarik adalah misteri yang seperti terus menerus menghantui penonton dalam tampilan tenang yang ia berikan. Bukan hanya itu, karena kejutan yang ia berikan pada dasarnya tidak disertai ledakan besar bagi visual kamu tapi kemampuannya dalam membentuk imajinasi kita sejak awal menyebabkan tikungan kecil yang ia sajikan akan meninggalkan kesan yang melekat dalam waktu lama. Seperti itulah Foxcatcher, ia seperti sebuah drama penuh misteri denga modus utama yang tidak jelas, tapi dengan narasi yang mengalir penuh percaya diri semua yang sajikan seiring berjalannya waktu terus tumbuh menarik apalagi dengan kondisi dimana kita seperti menjadi karakter lain didalam cerita.



Ini keunggulan dari seorang Bennett Miller dimana ia pintar dalam memposisikan kita sebagai penonton untuk lama kelamaan terjebak bersama karakter dan juga masalah mereka. Bennett Miller cerdik dalam mengubah sesuatu yang pada awalnya tampak tidak penting menjadi bukan hanya tampak penting tapi juga menarik, merubah sesuatu yang gelap menjadi objek dan subjek yang menarik untuk diamati, menyediakan banyak kesempatan untuk terlibat dalam cerita sehingga membuat kita tidak berhenti berpikiran tentang hal-hal aneh. Liar tapi dalam setting yang tenang, seperti menyaksikan sebuah drama dimana masing-masing karakter seolah punya misi jahat mereka sendiri, seperti ada udang dibalik batu, membuat semuanya tampak samar dan misterius sehingga berpotensi mengganggu imajinasi penontonnya, dan gawatnya itu hadir dalam narasi yang terus mengalir dengan baik dan lembut.



Nah, lengkap, seperti tarik ulur dengan penonton, menaruh hubungan atlet dan sponsornya di pusat cerita, bisnis dan olahraga yang celakanya juga ditemani dengan kegelisahan penuh ketidakpastian. Terkadang ia memang terkesan mengulur waktu tapi tidak ada aksi reflektif yang berlebihan, sama seperti usaha yang ia berikan untuk menjadikan kita tenggelam bersama konflik milik masing-masing karakter yang ditampilkan dengan baik oleh para pemeran. Ini juga salah satu kekuatan utama Foxcatcher, kinerja akting yang kuat dan menghanyutkan. Kerjasama diantara divisi akting terasa pas terutama tiga pemeran utamanya, Mark Ruffalo mampu mencuri beberapa momen dalam kuantitas yang tepat, Channing Tatum sukses menjadikan karakter miliknya sebagai fokus cerita dengan putus asa yang kuat berdiri dipusat, dan Steve Carell dengan hidung prosthetics mampu mewarnai cerita utama tadi dengan pertanyaan hingga ambiguitas dan ketidakpastian yang menarik.



Foxcatcher memang merupakan film yang manipulatif tapi menggunakan hal tersebut untuk sukses menghasilkan sebuah hiburan yang sangat menyenangkan. Sebuah drama yang gelap dan liar dalam narasi yang terus mengalir dalam ketenangan, itu adalah kombinasi yang sangat menarik, dan meskipun sesekali terasa menjengkelkan karena seolah melakukan tes kesabaran dengan materi-materi yang seolah mengintai pada penontonnya tapi ketika berakhir yang tersisa dari racikan Bennett Miller ini adalah sebuah drama mempesona yang menakjubkan. Keren. Segmented. 








0 komentar :

Post a Comment