09 January 2014

Movie Review: Short Term 12 (2013)


"Look into my eyes so you know what it's like."

Komunikasi adalah salah satu kunci utama bagi pertumbuhan manusia sebagai makhluk sosial. Ya, kita perlu interaksi dengan orang lain disekitar kita karena mereka punya sesuatu yang dapat membantu kita untuk semakin mempermudah proses berubah kearah yang semakin positif. Peran dari dua hal tersebut yang coba digambarkan oleh film ini, Short Term 12, silently haunting.

Seperti nama yang ia miliki, Short Term 12 adalah sebuah rumah yang menjadi fasilitas bagi para remaja yang sedang berada dalam krisis dan gejolak kehidupan. Tujuan utama mereka datang kesana adalah untuk berjuang selama kurang lebih satu tahun agar dapat kembali ke sisi indah kehidupan mereka, serta  keluar dari permasalahan yang selama ini menghantui. Mereka berada dibawah bimbingan beberapa orang dewasa yang berperan sebagai mentor, Grace (Brie Larson), Mason (John Gallagher Jr), dan Nate (Rami Malek).   

Suatu ketika Short Term menyambut seorang remaja perempuan bernama Jayden (Kaitlyn Dever), disaat yang hampir bersamaan dengan persiapan seorang anak bernama Marcus (Keith Stanfield) untuk keluar dari komunitas tersebut. Tapi dibalik sikap tenang dan cuek yang ia tunjukkan Jayden ternyata masuk kedalam Short Term 12 karena dinilai memiliki sikap yang berbahaya oleh ayahnya yang tidak sanggup menangani hal sikap tersebut.


Menyaksikan Short Term 12 seperti menikmati perpaduan tiga elemen yang sesungguhnya cukup sulit untuk dikombinasi: menghibur, menghancurkan, inspiratif. Ini adalah sebuah rollercoaster emosional yang bergerak dengan tenang. Ya, aneh, dengan cara diam-diam dia menghipnotis penonton untuk masuk kedalam konsep yang ingin ia sampaikan, membuka mata dan pikiran anda terkait permasalahan utama, dan setelah semua tercapai ia kemudian menghadirkan sihir yang menghancurkan tanpa terkesan overdo, tidak sentimental, klise apalagi murahan.

Ya, materi gelap itu diolah dengan cara yang hangat. Tanpa melodrama, tanpa naik dan turunnya dinamika cerita yang begitu besar, ini justru terasa menyakitkan ketika kita melihat kehancuran dalam ketenangan. Aksi eksplorasi dan mengamati sisi emosional dari manusia dalam lingkup yang luas, bergerak bersama karakter dengan fokus pada konflik batin, proses sakit dan pemulihan bersama sentuhan trauma masa lalu, kecemasan, hingga isu sosial. Mereka dibentuk kedalam beberapa plot yang ditangani dengan baik, terasa natural, fokus, namun tidak terasa memaksa.

Tidak memaksa, penonton dibiarkan dengan bebas ikut hanyut mengalir bersama cerita. Destin Cretton tampak mencoba membiarkan kisah yang ia bangun berdasarkan cerita pendek dengan judul yang sama ini untuk bekerja mengandalkan sisi sensitifitas dan respon dari penonton di baris terdepan. Ia seperti ingin menjadikan agar Short Term 12 dapat hidup dalam kompleksitas pada sisi emosi dan empati yang kemudian dibalut bersama poin kehidupan yang disimpan terselubung, ketimbang menghadirkan sistem pengungkapan jawaban atas pertanyaan.

Short Term 12 adalah observasi yang manusiawi. Dengan rasa hormat Destin Cretton membentuk arena bagi anak-anak yang berjuang mencari ketulusan dan ingin dihargai dari sistem yang telah melecehkan mereka, dimana dengan sangat mudah penonton ditarik masuk kedalam cerita kemudian diajak untuk memahami tanpa harus menghakimi. Dengan menggunakan beberapa plot yang disusun dalam struktur cerita yang padat, anda akan menemukan optimisme dalam kepedihan menyayat hati, harapan dibalik kehancuran, serta poin-poin kecil lain yang disampaikan tanpa terkesan menggurui.

Kekuatan lain yang dimiliki Short Term 12 terletak pada performa yang diberikan divisi akting. Brie Larson bersinar terang, menghadirkan penggambaran kasih sayang dengan cara yang tulus, jujur, dan natural, namun mampu untuk terus mencengkeram atensi sehingga proses pengungkapan yang berlandaskan rasa frustasi itu terasa indah. Bintang lainnya adalah para aktor muda, Kevin Hernandez yang menjadi sosok menjengkelkan, Alex Calloway menjadikan kebiasaannya terasa memorable, Keith Stanfield punya aksi rap yang menyayat hati, dan Kaitlyn Dever yang sukses menghadirkan kerapuhan lewat dengan cara yang tenang.


Overall, Short Term 12 adalah film yang memuaskan. Sebuah observasi yang terasa manusiawi dan penuh rasa hormat, dengan cara yang modern sukses menyuntikkan peran dari komunikasi dan interaksi kedalam penggambaran dari proses yang berisikan perjuangan penuh kegigihan dari karakter yang telah hancur untuk mengatasi permasalahan yang mereka alami, dan kembali menemukan kenikmatan yang ditawarkan dunia.



2 comments :

  1. nice review,
    film ini bikin saya i'm i love with Brie Larson..bener2 talenta yang harus diliat di masa mendatang,
    penampilannya disini kuat tapi rapuh di dalam, natural banget- mengingatkan saya sama JLaw di Winter's Bone

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju banget mirip dengan JLaw di Winters Bone, tenang tapi terus mencuri atensi. :)

      Delete