17 January 2014

Movie Review: Jack Ryan: Shadow Recruit (2014)


Bukan hanya tahu, namun kita semua pasti sudah mengerti cara kerja dari film dengan tipe seperti ini, bagaimana ia berjalan, tujuan utama yang ingin ia capai, dan bagaimana kita menempatkan ekspektasi awal. Ya, tidak perlu berharap banyak, datang dan saksikan materi klasik dibentuk dengan cara yang juga klasik, dan menganggap hasil akhir yang tidak buruk sebagai sebuah bonus. Celakanya bonus tersebut dapat diperoleh dari Jack Ryan: Shadow Recruit, kemasan klasik dan standard yang cukup impresif.

Pada tahun 2003, Jack Ryan (Chris Pine) yang kala itu masih berstatus tentara mengalami sebuah kecelakaan di Afghanistan yang menyebabkan ia mengalami cedera yang parah, dan menjalani masa penyembuhan selama hampir satu setengah tahun dibawah monitor seorang calon dokter bernama Cathy Muller (Keira Knightley). Sepuluh tahun kemudian ia akhirnya memutuskan untuk bekerja di Wall Street sebagai analis keuangan, namun nasib berkata lain karena ternyata Ryan masih belum ditakdirkan untuk menjauh dari sebuah tindakan terorisme.

Ryan direkrut oleh William Harper (Kevin Costner) untuk menyelidiki kemungkinan terjadinya permainan keuangan global yang berpotensi menghancurkan perekonomian USA. Tidak hanya bekerja di depan layar, kali ini Ryan diterjunkan langsung kelapangan, terbang ke Moscow walaupun ia berjanji untuk berlibur bersama kekasihnya, dan menemui Viktor Cherevin (Kenneth Branagh), seorang pengusaha berkebangsaan Rusia, sosok yang CIA curigai dapat menjadi sumber bencana ekonomi skala besar.



Pada Jack Ryan: Shadow Recruit anda akan menemukan hasil yang tercipta dari kombinasi antara adalah Kenneth Branagh selaku sutradara, dan Lorenzo di Bonaventura yang berperan sebagai produser. Disini akan terlihat bagaimana sebuah premis action thriller bertemakan spionase standard, klasik, dan predictable ciptaan Adam Cozad dan David Koepp yang mereka adaptasi dari karya Tom Clancy itu mampu untuk menjauh dari potensi kehancuran berkat kepiawaian serta cita rasa dari seorang Kenneth Branagh yang seperti mulai menemukan irama untuk mengendalikan popcorn movie, walaupun tidak serta merta kehilangan nafas Shakespeare andalannya. Namun masalah timbul dari sisi lainnya.

Seperti mayoritas film yang berada dibawah naungan Lorenzo di Bonaventura, Jack Ryan: Shadow Recruit akan terasa sangat kental dengan “cara bermain” Hollywood. Sumbernya bukan  dari ledakan visual yang kali ini tidak tampil berlebihan, namun berasal dari bagaimana cara film ini bergerak, terlalu aman, kurang berani, kurang total. Script yang mengandung banyak materi klasik dalam struktur narasi dengan menggunakan sebuah pattern yang sudah tidak asing lagi, Kenneth Branagh terlihat ingin menciptakan sebuah pondasi yang kuat, namun ia tidak menemukan jalan untuk bergerak terlalu jauh. 

Ya, Kenneth Branagh ingin mencoba kembali mengulang apa yang pernah ia berikan pada Thor, menciptakan sebuah kemasan pembuka yang berpotensi mendapatkan penerus dengan pondasi yang kokoh, namun hambatan tadi menghalangi niat yang ia usung untuk membangun sebuah aksi thriller bernada serius dengan balutan unsur politik. Dampaknya cukup signifikan, pada akhirnya aksi Ryan di Moscow itu terasa seperti ditarik dan diulur, kita hanya dibawa bermain-main dalam sebuah formula standard yang anehnya memang kembali bekerja dengan baik.



Beruntung memang karena walaupun punya ruang gerak yang terbatas at least Kenneth Branagh masih mampu membangun daya pikat dari Jack Ryan: Shadow Recruit. Berbasis permasalahan keuangan, ditemani terorisme dengan kecanggihan teknologi, hadir sebuah urutan alur cerita yang kompleks namun sangat mudah dipahami, terus bergerak lincah dalam gerak mondar-mandir yang tidak pernah kehilangan nafas kepanikan dan urgensi, ia berhasil mengkonversi hal-hal klasik perpaduan James Bond dan Bourne dalam skala standar menjadi sebuah suguhan yang mengasyikkan.

Ini mengasyikkan, walaupun standard. Beginilah cara sebuah film action thriller mempermainkan penontonnya, lambat diawal disertai karakterisasi yang cukup mumpuni, bumbu romansa dan dramatisasi menemani pertumbuhan konflik dan perputaran plot yang juga baik, dan ditutup dengan adegan aksi yang sudah dinanti. Meskipun kerap kedodoran pada momentum cerita, ada kehadiran energi yang terus menarik atensi dari penonton untuk mengamati, meskipun mereka sudah dapat memprediksi apa yang akan dihasilkan di akhir nantinya. Yang cukup disayangkan adalah dampak dari sikap efisien yang diterapkan sejak awal menciptakan bagian akhir yang terkesan sedikit dikebut.

Faktor lain yang cukup memberikan kejutan adalah divisi akting. Kenneth Branagh yang juga ikut tampil cukup mampu memberi tekanan dari unsur gelap cerita, begitupula dengan Kevin Costner yang perannya cukup banyak membantu keberhasilan Chris Pine di posisi utama. Ya, walaupun tidak kokoh Pine mampu menghadirkan pesona yang menarik dari Ryan, baik dari aksi fisik maupun kecerdasan. Yang berbeda mungkin Keira Knightley, ia memang mampu menghadirkan emosi dan kehangatan dalam cerita, namun ia tidak cocok untuk sekedar menjadi pemanis sehingga kehadirannya kerap kali menghadirkan rasa yang aneh.



Overall, Jack Ryan: Shadow Recruit adalah film yang cukup memuaskan. Dengan berbagai formula dan materi klasik ciri khas sebuah film action thriller, Kenneth Branagh berhasil menghadirkan sebuah petualangan yang bergerak cekatan dengan terus menekankan efektifitas dan efisiensi dalam bercerita dan menghibur, sehingga walaupun terus stabil berada di level standar apa yang ia tampilkan sanggup memberikan sebuah kepuasan yang dicari penonton darinya.



0 komentar :

Post a Comment