24 January 2014

Movie Review: Haunter (2013)


"Stop opening doors that are meant to be closed."

Siapa yang tidak senang ketika sebuah film mampu menciptakan kombinasi dari berbagai materi klasik yang pernah anda nikmati kedalam sebuah struktur yang potensial, sebuah kisah yang walaupun predictable namun sanggup menarik minat dan menebar rasa penasaran. But, high risk, high return, dan film ini tidak mampu meraih hal terakhir tadi. Haunter, a cliche horror movie whose trapped in his own trap.

Lisa (Abigail Breslin) punya kehidupan yang membosankan. Bangun di pagi hari setelah mendengarkan suara dari saudaranya yang selalu bermain Pacman dengan kesalahan yang sama dan bercerita tentang teman imajinasinya bernama Edgar, menerima perintah dari ibunya, Carol (Michelle Nolden) untuk mencuci pakaian di basement sembari kesal menerima pertanyaan apa yang akan ia ingin lakukan untuk merayakan ulang tahunnya esok hari dan informasi tentang ayahnya, Bruce (Peter Outerbridge) yang belum mampu mereparasi kerusakan pada mobil mereka, dan menerima teguran dari orang tua karena sikap ignorant yang ia tunjukkan.

Yang menjadi masalah adalah hal-hal tadi terjadi setiap hari, dengan cara yang sama persis terus berulang, dan hanya Lisa yang sadar dengan hal tersebut. Ia mulai kesal dan berupaya untuk mencari tahu apa penyebab dari perputaran rutinitas yang mereka lakukan, dari mencoba menuntaskan rasa curiga di ruang laundry Lisa menemukan sebuah koleksi video di loteng rumah mereka, video yang direkam ketika mereka pertama kali pindah kesana, yang juga menjadi petunjuk awal bahwa ternyata bukan hanya mereka berempat yang menghuni rumah yang telah menjadi masalah sejak lama itu.


Tidak ada warna baru dari genre horror disini, bahkan apa yang coba ditawarkan oleh Vincenzo Natali dari naskah hasil kolaborasi Brian King dan Matthew Brian King in dapat dirangkai dengan menggunakan berbagai film yang pernah mencuri perhatian. Konsep utamanya sama seperti apa yang pernah ditampilkan oleh Groundhog Day, kemudian masuk kedalam proses pencarian kombinasi antara The Others dan sedikit warna mondar-mandir milik The Lovely Bones, kemudian dibalut dengan sedikit nafas American Horror Story. Empat nama tadi merupakan sebuah kemasan yang kokoh, mereka disatukan, dan Haunter mampu tampil menarik, diawal.

Ya, Vincenzo Natali sangat sangat berhasil membangun materi klasik dengan formula standard haunted house horror itu menjadi sesuatu yang menjanjikan dibagian awal, bergerak lambat dan hati-hati, kita akan menemukan sebuah konflik yang mampu mengundang rasa penasaran pada apa yang terjadi, karakterisasi yang efektif walaupun tidak kokoh, pondasi emosi di karakter utama, harus diakui Vincenzo Natali sangat mampu meramu narasi yang sesungguhnya sangat predictable itu kedalam sebuah sajian yang bukan hanya menyenangkan, bahkan mengasyikkan, gerak cekatan dibantu dengan permainan visual klise yang masih mampu menyuntikkan tensi gelap kedalam cerita.

Sangat disayangkan kenikmatan tersebut hadir terlalu singkat, ketika semua telah terbangun dengan baik Haunter mulai runtuh secara perlahan. Permasalahan utama terletak pada tidak mampunya Vincenzo Natali mengendalikan proses mengurai jawaban, tidak ada lagi dinamika yang tenang penuh tekanan, sisi misteri mengalami degradasi frontal, hal yang juga dialami daya tarik kisah yang mulai kelimpungan ketika berjalan. Seperti boomerang, ia menarik ketika masih bermain di berbagai konsep tadi, namun mulai kelabakan ketika memilih untuk berjalan dengan caranya sendiri dalam proses menuju konklusi.

Pada akhirnya permasalahan rumit penuh kilas balik yang potensial itu berubah menjadi tumpukan konflik yang terjebak mencari jalan keluar. Semakin parah ketika tensi dan momentum perlahan surut dari hadapan penontonnya, meninggalkan misteri yang sudah lemah dan tidak menarik harus berjuang seorang diri untuk membawa penontonnya menuju garis akhir dengan gerak yang terburu-buru tanpa kendali yang mumpuni. Itu ditambah dengan Abigail Breslin yang menampilkan sisi hitam dan putih, impresif dalam menebar misteri dalam diam, dan mulai kesulitan di paruh kedua ketika ia mulai bermain dengan dialog dan karakter pendukung yang lemah.


Overall, Haunter adalah film yang kurang memuaskan. Pada bagian awal, 15 atau mungkin 20 menit pertama, ia tampil impresif dalam merangkai berbagai materi klasik kedalam sebuah kesatuan misteri yang mampu menarik minat penontonnya. Namun setelah itu kita hanya akan mendapatkan sebuah petualangan membosankan dimana cerita dan karakter berjuang sekuat tenaga hanya untuk menemukan jalan keluar. Film horror potensial yang terjebak kedalam perangkap nya dan kesalahan klasik pada genre horror, sangat disayangkan.



0 komentar :

Post a Comment