07 August 2013

Movie Review: Mr. Go (2013)

 

Korea Selatan sepertinya semakin menunjukkan taji mereka di berbagai bidang. Teknologi sudah mereka kuasai, gelombang musik merekapun sudah menjadi wabah mengejutkan di berbagai belahan dunia, dan kali ini Kim Yong-Hwa mencoba untuk menjadikan karya terbarunya ini sebagai sebuah pembuktian kepada dunia, South Korea’s first ever fully shot stereographic 3D film, berisikan perjuangan seekor Gorilla dengan menggunakan formula from zero to hero, sebuah sajian visual yang indah namun kurang berimbang.

Gempa Sichuan meninggalkan luka yang mendalam pada Wei Wei (Xu Jiao). Kakeknya meninggal dunia akibat peristiwa tersebut, dan meninggalkan remaja putri berusia 15 tahun ini sebuah sirkus yang berisikan sekumpulan anak kecil serta dua ekor Gorilla. Celakanya bukan hanya itu beban yang harus ia pikul, karena sebelum meninggal kakeknya masih memiliki sejumlah hutang, dan harus terus berhadapan dengan penagih hutang bernama Lin Xiaogang (Kim Hee-won) bersama pasukannya. Wei Wei berada dalam posisi yang menuntut ia untuk memperoleh pekerjaan agar dapat menutupi hutang tersebut, namun anehnya keajaiban itu justru menghampiri Ling Ling, salah satu Gorilla miliknya.

Sung Chung-su (Sung Dong-il), pria materialistis yang bekerja sebagai seorang scout di Liga Baseball Korea, melihat potensi yang dimiliki Ling Ling, dan memberikan penawaran yang dapat menyelamatkan kehidupan Wei Wei dan sirkus miliknya. Ling Ling resmi bergabung dengan Doosan Bears yang berada dibawah kendali Kim Kang-woo, meskipun terus ditentang oleh Komisaris KBO (Kim Eung-soo). Celakanya popularitas mendadak tersebut membutakan mata Wei Wei, yang ikut menguak hal-hal yang selama ini tidak ia ketahui.


Mr. Go mungkin akan memberikan sebuah kejutan bagi anda yang sejak awal telah menahan diri untuk menaruh ekspektasi terlalu tinggi, dan hanya ingin mendapatkan sebuah hiburan yang menyenangkan selama dua jam, karena apa yang ia berikan memang jauh lebih besar dari itu. Berlandaskan komik The 7th Team karya Huh Young-man, Mr. Go berhasil menjadi sebuah paket yang secara mengejutkan masih mampu menyajikan sebuah hiburan yang menyenangkan, berisikan petualangan sederhana dengan materi-materi konyol dan predictable.

Berada di bawah kendali sebuah perusahaan baru yang di bentuk bersama sosok yang pernah menjadi dalang kesuksesan Life of Pi tahun lalu, Mr. Go berhasil menyajikan sebuah hiburan visual yang sulit untuk ditampik keindahannya. Menyajikan banyak shoot cantik, berpadu dengan CGI yang sukses menjadikan Ling Ling tampak indah, dari sisi karakteristik hingga cara ia bergerak, detail, meyakinkan, impresif. Yap, anda akan mendapatkan tampilan visual yang tidak menjadikan kerakusan ia dalam memakan setengah biaya produksi tampak sia-sia, dan ketika berpadu dengan score yang cukup mumpuni mampu menciptakan sebuah sensasi tontonan baseball yang menyenangkan.

Sayangnya, seperti elemen awal yang ia sajikan, Kim Yong-Hwa justru mulai menjadikan cerita yang ia miliki layaknya sebuah sirkus dengan banyak materi aneh dan menggelikan yang mungkin ia anggap akan mudah dimaafkan. Contohnya salah satu cerminan utama bagian mengganggu terletak pada tim baseball yang tetap bertanding melawan Doosan walaupun mereka tahu mustahil untuk mengalahkan Ling Ling. Mulai dari situ, Mr. Go berubah menjadi sebuah pertunjukkan sirkus dengan Ling Ling sebagai bintang utamanya, dimana memberikan dampak menyedihkan pada cerita serta karakter yang tidak berkembang, menjadikan proses negosiasi yang berjalan disampingnya menjadi kurang menarik.


Pondasi cerita yang dimiliki oleh Mr. Go sesungguhnya sudah lebih dari cukup untuk menopang penggambaran kisah perjuangan ini hingga akhir, namun rusak karena cara ia diolah yang kurang solid. Pergerakan cerita terasa cukup monoton dan berada di ambang kehadiran rasa bosan, minim materi segar, dan semakin kacau akibat ikatan emosional yang dangkal dan lemah antara Wei Wei dan Ling Ling (sorry to say, Xu Jiao kurang  berhasil menyampaikan emosi dari karakter yang ia mainkan dengan baik sepanjang film). Petualangan ini semakin terganggu dengan disuntikkannya banyak adegan yang tampak seperti dicoba untuk membawa warna melodrama, namun berakhir kandas akibat eksekusi dramatisasi yang kurang tepat dan terasa terlalu berlebihan.

Kim Yong-hwa terlalu liar dalam bermain dengan ide yang miliki, merusak potensi yang ia punya dengan menciptakan berbagai elemen cerita yang justru memberikan kekacauan pada ikatannya dengan cerita, tampak seperti sebuah segmen yang disengaja untuk menciptakan sensasi menonton yang memikat, sebut saja posisi Wei Wei ketika pertandingan yang seperti dipaksakan untuk menunjukkan kontribusinya pada cerita, hingga aksi Wei Wei memanjat atap stadion  yang terkesan kurang normal, belum lagi adegan dimana Sung Dong-il dan Ling Ling menikmati rice wine dan kimchi yang terasa kurang begitu penting.

Film ini mungkin berhasil menjadi sebuah standar baru bagi penggunaan visual efek bagi perfilman Korea, dan sebagai pembuktian bahwa Korea mampu bermain lebih jauh dalam teknologi ini, namun justru masih terlihat seperti seorang pemula jika berbicara kualitas teknik penceritaan, tidak memiliki bagian yang digarap dengan kuat sehingga dengan mudah semua hiburan yang ia sajikan akan cepat terlupakan. Akibat naskahnya lemah karena terlalu sibuk dengan beberapa plot yang justru kurang dibentuk dengan baik, Mr. Go menjadi sebuah hiburan yang murni mengandalkan kualitas visual untuk memanjakan penontonnya, sebuah pertaruhan yang cukup berani.

Dari divisi akting, yang bekerja paling baik adalah Sung Dong-il. Ia berhasil menjadi sosok yang menjaga hitam dan putih cerita terus menjadi misteri, mampu menjadi sosok materialistis yang menjengkelkan, namun tetap mampu menghadirkan nuansa lucu ketika dibutuhkan. Sebaliknya terjadi pada Xu Jiao, yang seharusnya berada di posisi terdepan, justru lebih sering menghadirkan kualitas akting yang hambar dan datar. Sedangkan pemeran lain tidak punya kesempatan yang besar, lebih sekedar menjadi pion pembantu untuk menggerakkan cerita, termasuk didalamnya Kim Jung-Tae dan Joe Odagiri.


Overall, Mr. Go (Mi-seu-teo Go) adalah film yang cukup memuaskan. Sudah jelas tergambar dari pembagian budget yang ia miliki bahwa film ini mengandalkan tampilan visual di garis terdepan, dan itu tidak akan mengecewakan anda, namun tidak pada kualitas cerita yang ia miliki. Lucu, kurang inspiratif, dan gagal dalam menghadirkan sebuah permainan emosional yang sebenarnya menjadi salah satu jualan utamanya akibat beberapa bagian yang terasa overdo dan berakhir menjengkelkan. Menyenangkan, namun cepat terlupakan. 











0 komentar :

Post a Comment