07 July 2013

Movie Review: Spring Breakers (2012)


You only live once, sebuah akronim yang mungkin seiring berjalannya waktu akan hadir kedalam pikiran setiap kaum muda yang sedang  dalam proses menuju dewasa. Melakukan aktivitas yang membosankan setiap harinya yang justru menjadi beban tentu bukan sesuatu yang mereka inginkan hadir menemani dalam tahapan itu. Spring Breakers mencoba menggambarkan hal tersebut lewat sentuhan art-house, empat gadis dengan jiwa yang free, mereka bebas, merdeka, mereka kosong.

Faith (Selena Gomez) adalah gadis muda yang secara sekilas menggambarkan seorang anak yang berasal dari keluarga baik-baik, tampak dari kegemaran yang ia miliki, mengikuti kegiatan remaja gereja. Namun ternyata ada sesuatu yang mengganjal di perasaannya, sesuatu yang ia nilai hilang dan seharusnya ia alami dalam proses pendewasaan diri. Ya, kebebasan, hal yang juga dirasakan oleh tiga sahabat karibnya, Candy (Vanessa Hudgens), Brittany (Ashley Benson), dan Cotty (Rachel Korine), sebuah kehidupan penuh kebebasan.

Perubahan coba mereka lakukan, menyusun sebuah liburan spring break dan berharap dapat memperoleh pengalaman baru, sesuatu yang bahkan sudah mereka lakukan sejak awal dengan melakukan tindakan kriminal. Celakanya ketika tiba di Florida, mereka harus menerima sebuah kenyataan pahit akibat terlibat dalam pesta pantai penuh alcohol. Hal tersebut semakin parah setelah mereka bertemu dengan Alien (James Franco), seorang rapper dan gangster, orang yang menyelamatkan mereka, namun sayangnya juga memiliki konflik besar di belakangnya.


Spring Breakers adalah sebuah film yang absurd. Film ini sebenarnya sudah menggambarkan kepada para penontonnya apa yang akan mereka temukan selanjutnya, dimana Harmony Korine sudah membangun cerita yang ciptakan dengan cara yang sedikit berada diluar ciri dari sebuah film drama komedi. Konflik utama yang tidak di buat tampil begitu dominan menjadikan perjalanan empat gadis yang dipenuhi dengan narkotika serta alcohol dibalut dengan banyak adegan nude tampak menjanjikan, meskipun karakter mereka tidak punya daya tarik yang begitu tinggi.

Namun ada satu kalimat yang diucapkan oleh Alien sebelum film ini masuk kedalam turning point yang merubah penilaian diawal. “You just got hypnotized and transported to another realm.” Yap, kurang begitu yakin apakah ini adalah sebuah peringatan, atau justru sebuah ejekan yang akan anda rasakan di akhir film. Korine memang tidak merubah cara yang sudah ia pakai sejak awal, namun dimulai dari titik itu Spring Breakers mulai berubah menjadi sebuah petualangan yang tidak lagi menarik, yang bahkan mulai tampak bingung pada cara membangun materi yang ia punya untuk menampilkan sebuah proses pendewasaan diri yang menarik.

Disini semua ditentukan, apakah materi yang Harmony Korine berikan masih mampu menghipnotis anda, atau justru sebaliknya. Memang masih ada gambar-gambar cantik dan berani yang dibentuk bersama score yang tidak dapat dipungkiri punya daya hipnotis yang cukup baik, namun dari segi cerita Spring Breakers justru tidak bertumbuh kearah positif. Film ini terlalu asyik mengeksploitasi dan membangun ruang bagi penontonnya agar dapat mempelajari arti dari sebuah kebebasan yang ditemani rasa putus asa dan dilema, yang sayangnya perlahan mulai tidak lagi menciptakan sebuah tontonan yang menyenangkan.

Hal tersebut ikut memberikan dampak pada misi utama yang ia emban sejak awal, sebuah pelajaran hidup yang bebas yang coba ia selipkan dibalik kisah absurd. Seperti sebuah cult film, Spring Breakers  mampu menggambarkan point penting yang ia ingin sampaikan dan memang dapat dimengerti, namun eksekusi yang ia berikan terasa sangat lemah dan dikemas dengan tidak menarik di paruh kedua cerita. Ya, ini membosankan karena anda sudah tahu pesan utama yang ingin ia sampaikan namun tidak lagi menemukan penggambaran yang dapat membantu hal tersebut semakin kuat. Komedi yang ia suntikkan tidak bekerja dengan baik, hanya Everytime milik Britney Spears yang sempat mencuri perhatian, selebihnya tidak.

Namun ada satu pihak yang mendapatkan sebuah keuntungan yang cukup besar dari film ini, dia adalah James Franco. Karakter Alien justru berhasil mencuri perhatian ditengah kepungan empat wanita cantik, dimana yang awalnya sedikit di remehkan dapat dibentuk menjadi sebuah tokoh yang menarik oleh Franco (ya, mungkin karena wajahnya yang sangat apik untuk karakter dengan unsur seksual, About Cherry?). Ini merupakan kebalikan dari apa yang dialami Gomez, Hudgens, Benson, dan Korine. Mereka menarik ketika mereka masih bersama, namun saat masuk kedalam tahap eliminasi mereka mulai tampak sebagai boneka pelengkap.


Overall, Spring Breakers adalah film yang kurang memuaskan. Film ini tidak lagi tampil menarik ketika anda sudah mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Harmony Korine, karena tidak ada lagi penggambaran menarik dari sebuah tampilan absurd yang yang ia berikan. Ia meninggalkan fokus utama, dan terlalu sibuk membangun ruang cerita untuk menyampaikan fokus tersebut, yang celakanya kurang berhasil. Jika anda mampu lepas dari hipnotis yang ia berikan film ini akan menjadi sebuah petualangan yang memanjakan mata, namun membosankan.








0 komentar :

Post a Comment