10 December 2012

Movie Review: Pitch Perfect (2012)


Setiap tahun pasti akan ada film yang secara teknis dapat dikatakan tidak begitu memuaskan, namun disisi lain mampu membuat anda ingin menyaksikannya kembali. Hal itu biasanya terjadi karena film tersebut punya satu elemen kunci yang mampu menghibur anda, dan membekas di ingatan anda. Pitch Perfect adalah salah satu contohnya, punya satu elemen kunci yang mampu tampil menghibur, dan sedikit mampu menebus dosa besar yang ia ciptakan.

Beca (Anna Kendrick), wanita dengan gaya alternative yang tidak feminim, memiliki hobby yang tidak feminim pula. Dengan laptop dan headphone yang terus ia bawa, Beca menghasilkan lagu-lagu mashup yang sangat mampu membuat pendengarnya untuk merasakan beat dan ikut bergoyang. Ya, Beca ingin menjadi DJ, namun dipaksa oleh ayahnya untuk kuliah ditempat ia bekerja, dengan sebuah janji kelak akan membantu Beca mewujudkan mimpinya. Beca setuju, dan memutuskan menjadi volunteer di radio kampus dan bertemu Jesse (Skylar Astin), serta bergabung dengan sebuah klub paduan suara wanita bernama Barden Bellas.


Barden Bellas adalah petaka. Dipimpin oleh seorang wanita keras kepala bernama Aubrey (Anna Camp), dan bersama temannya Chloe (Brittany Snow) terus berusaha membimbing para anggota baru dengan cara mereka yang payah. Ya, Bellas ibarat sebuah noda kecil bagi paduan suara kampus mereka dibalik kesuksesan Treble Makers menjadi juara kejuaraan acapella antar kampus. Namun Audrey tetap dengan aturan main yang ia punya, dari pemilihan lagu yang sama disetiap kompetisi, hingga aturan tidak boleh menjalin hubungan asmara dengan anggota Treble Makers. Terkadang harus ada seseorang dengan ide yang segar untuk menyelamatkan sesuatu dari jurang kehancuran.

Seperti disebutkan diawal, film ini hanya punya satu elemen kunci yang bekerja dengan sangat baik bagi saya, music. Lagu-lagu mashup yang film ini punya mampu menciptakan suasana yang menyenangkan, mengajak saya ikut bergoyang kecil. Sedangkan cover yang karakter lakukan dalam bentuk acapella mampu tampil unik dan menarik, beberapa berhasil membuat suasana kompetisi yang kental.

Harus diakui bahwa Pitch Perfect memiliki cerita yang sangat mudah ditebak, dengan mengusung konsep kompetisi paduan suara seperti yang pernah Glee lakukan. Menghadirkan scene pembuka dengan sebuah kejutan, film ini cukup sukses menjadikan saya berpikir bahwa berikutnya akan ada sebuah pertunjukkan besar yang telah menanti. Sayangnya, itu tidak ada. Dibalik banyaknya momen lucu dan menyenangkan yang ia hadirkan, elemen cerita yang film ini hadirkan terasa sangat datar. Dari proses audisi, kisah cinta Beca, persiapan menjelang kompetisi, hingga pertarungan akhir, tensi dari cerita sangat datar, dan jatuh dibeberapa bagian. Ya, andai saja elemen musik tidak tampil baik, film ini akan sejajar dengan Rock of Ages.


Jason Moore tidak bisa dikatakan buruk dalam debutnya di film layar lebar sebagai sutradara. Moore mampu menempatkan setiap bagian cerita dengan baik sehingga tidak terjadi benturan dan tidak terasa aneh. Namun, Moore tampak seperti bermain aman dalam percobaan pertamanya ini. Ia tidak berani mencoba untuk menggali lebih dalam karakter-karakter lucu dan unik yang telah dibentuk oleh Kay Cannon (30 Rock, New Girl). Hasilnya, ya aman, standar, namun tentu saja akan timbul kekecewaan jika film yang anda anggap punya potensi gagal memenuhi harapan anda.

Pitch Perfect memang tidak perfect. Buang jauh-jauh harapan anda untuk menyaksikan sekelompok wanita yang bersenang-senang layaknya Bridesmaids tahun lalu. Karakter gemuk lewat Rebel Wilson sebagai Fat Amy memang berhasil mencuri perhatian, begitupun dengan Anna Kendrick yang tampil charming dan loveable, namun sayangnya karakter lain tidak bisa tampil sejajar dengan mereka. Mereka memang punya keunikan masing-masing, namun tidak digali lebih dalam. Bahkan mereka kalah menarik dibandingkan Elizabeth Banks dengan karakternya Gail.


Overall, Pitch Perfect adalah film yang cukup memuaskan. Mengusung genre musik, bisa dibilang film ini adalah film yang segmented, dengan sasaran utama kaum muda. Dan mungkin bagi beberapa orang salah satu ciri khas film musical yang menarik adalah mampu membuat mereka ikut bernyanyi dan bergoyang. Jika itu anda, Pitch Perfect adalah pilihan yang perfect buat anda, karena lagu-lagu yang mereka tawarkan memang sangat renyah dan efektif. Namun, seperti penyakit yang dialami oleh banyak film di genre ini, anda tidak akan mendapatkan hiburan yang memuaskan dari segi cerita, mengejutkan diawal, namun setelah itu datar dan perlahan tenggelam di akhir.

Score: 7,25/10

0 komentar :

Post a Comment