22 December 2016

Review: Passengers (2016)


"It’s the greatest migration of human history."

Sejak tahun 2005 setiap tahun terdapat sebuah annual survey bernama The Black List berisikan daftar screenplay “most liked” yang belum diproduksi. Banyak di antara mereka yang berakhir menjadi film layar lebar, dua tahun yang lalu contohnya adalah John Wick, Me and Earl and the Dying Girl, dan Whiplash, sementara tahun lalu contohnya adalah The Revenant dan Spotlight. Bersama nama beken seperti Arrival, Hell or High Water, Manchester by the Sea, dan Jackie, film ini, sebuah romance berjudul Passengers, juga menjadi bagian dari The Black List. Tapi fakta menariknya adalah Passengers merupakan bagian dari Black List tahun 2007. Itu hampir satu dekade yang lalu. Mengapa sangat lama? Film ini berhasil menjadi jawaban yang efektif. It’s like ‘Titanic’ meets ‘Gravity’ in an imitation game.

Jim Preston (Chris Pratt) merupakan seorang engineer yang bersama ribuan orang lainnya bergabung dengan the Avalon, sebuah spaceship yang di mana para penumpangnya akan dibuat tertidur selama 120 years dalam perjalanan menuju Homestead II. Sayangnya pada tahun ke 30 gangguan pada mechanical Jim terbangun dari tidurnya. Hanya punya robot bartender bernama Arthur (Michael Sheen) sebagai teman Jim mulai merasa kesepian hingga suatu ketika ia melihat Aurora Lane (Jennifer Lawrence). Jim kepincut pada Aurora kemudian ia berencana untuk membangunkan Aurora dari tidurnya. Celakanya aksi itu membawa masalah bagi Jim, tidak hanya dari Aurora saja tapi juga dari the Avalon.  


Dijual sebagai sebuah romance di luar angkasa ‘Passengers’ harus diakui mempunyai premis yang terasa sangat menjanjikan. Seperti yang saya sebutkan di awal tadi film ini seperti sebuah kisah antara Jack and Rose yang “terperangkap” di dalam sebuah kapal yang di sini berlayar di luar angkasa. Di bagian awal script yang ditulis oleh Jon Spaihts itu cukup oke membentuk setup, mereka berhasil membuat penonton merasa tertarik dengan cara yang amusing. Momen perkenalan dengan Jim terasa cukup oke tapi momen ketika Aurora mulai bergabung ke dalam cerita itu sukses membuat daya tarik film ini naik begitu cepat. Dengan status “terperangkap” tadi otomatis di sini Jim hanya punya Aurora, dan Aurora juga hanya punya Jim (sorry Arthur), dan hal tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Morten Tyldum yang berhasil membentuk dasar bagi bumbu romance di antara dua karakter utama kita itu. 


Jika kamu baca kembali sinopsis di atas tadi sangat mudah memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya pada Jim dan Aurora, kalau Jack dan Rose punya kapal Titanic maka di sini kita punya the Avalon. Apa yang terjadi sebelum momen itu tiba juga kurang lebih sama yaitu menyaksikan relationship di antara Jim dan Aurora perlahan mulai berkembang, Jim di sini berhasil menjadi versi “cheap” dari Jack. Basically Jim merupakan “enemy” bagi Aurora dan hal tersebut dapat dipakai untuk menghadirkan masalah agar tensi cerita semakin menarik, tapi sayangnya sutradara dan writer justru lebih tertarik mencoba melakukan cara lain. Passengers terus stick dengan romance yang lama kelamaan justru terasa semakin pucat, bersama dengan music yang terasa mencoba tampil sentimental itu kisah antara Jim dan Aurora perlahan jadi terasa sedikit manipulatif, pesona mereka menurun dan apa yang terjadi di antara mereka tidak berkembang ke arah terasa “real”. 


Bukan berarti karakter tidak punya kesempatan untuk membuat feelings mereka terhadap satu sama lain naik dan muncul ke permukaan tapi eksekusinya itu yang terasa unconvincing. In the end semua terasa seperti versi imitasi dari permainan a la Titanic. Beats cerita terasa predictable dan karena tidak ada sebuah “pertarungan” atau petualangan berisikan emosi dan kegembiraan yang sangat oke kamu akan masuk ke mode menunggu. Sebenarnya ini  juga punya beberapa isu terkait moral yang cukup menarik tapi sutradara dan writer tidak tertarik pada mereka dan lebih memilih bermain dengan action. Thrill di bagian action terasa oke tapi dampak yang mereka berikan terhadap nilai Passengers secara keseluruhan terasa lemah, sama seperti cara Jim dan Aurora meyakinkan penonton bahwa mereka merupakan dua sosok manusia yang sedang terperangkap dan sangat layak untuk dapat “lepas” dari masalah besar. 


Ya, once again seperti rasa yang Jack and Rose tinggalkan ketika mereka berpisah di potongan kayu yang muat untuk berdua itu. Hal yang terasa impresif dari Passengers adalah kualitas visual effect, mereka harus diakui terasa menyenangkan untuk dinikmati terutama adegan berenang itu. Design dari Avalon juga terasa impresif sama seperti Arthur yang berhasil ditampilkan dengan baik oleh Michael Sheen sehingga terasa cukup memorable, his wit so sweet. Performa akting dua bintang utama kita juga terasa cukup oke, Chris Pratt melakukan keahliannya dalam memerankan karakter yang humorous meskipun ketika menampilkan sisi dramatic tidak ada depth yang kuat pada Jim. Sementara Aurora tipe karakter yang terasa sedikit annoying di awal tapi kemudian berkembang jadi semakin charming, itu berhasil ditampilkan Jennifer Lawrence dengan baik. Chemistry di antara mereka terasa decent. 


So, kembali lagi ke masalah The Black List tadi bahwasanya dengan menonton ‘Passangers’ penonton akhirnya mengerti mengapa film ini berada di dalam development hell dan perlu waktu yang lama untuk memindahkan script itu ke dalam bentuk presentasi visual di layar lebar. Premis ‘Passangers’ menarik tapi sama seperti karakter Jim dan Aurora konsep yang film ini usung terjebak di dalam sebuah “permainan” survival yang seperti ingin mencoba banyak, mereka mencoba tampak cool and deep tapi hasil akhirnya terasa setengah matang, dari action, romance, hingga drama dan comedy, secara potongan mereka setengah matang dan ketika saling berpadu satu sama lain tidak saling menutupi kekurangan dari kompatriotnya. What a waste, ini punya potensi untuk menjadi lovely and charming love story in space. Segmented. 











2 comments :

  1. Huhuhu...1thn nunggu film ini.dua bintang terbesar saat ini, sutradara nominasi oscar, script salah satu penulis terbaik hollywood. Jadi kesalahan difilm ini ada pada sutradara dan penulisnya ya kak?
     Sepertinya tahun ini bukan tahun j-law setelah x-man dan passengers flop..maybe next year with mother and read sparrow :) dan semoga masuk nominasi oscar lagi untuk ke 5 kalinya ;)
    Sama dengan kak gina jagoan oscar tahun ini natalie portman dan casey affleck.momentum natalie mirip seperti ketika menang oscar 2011 :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sederhananya Passengers ini survival story yang justru berusaha untuk bertahan hidup. Emma Stone keren di La La Land tapi imo akan terasa "aneh" kalau dia menang mengalahkan Portman. Yup, Portman sedang hamil. Oscars. :)

      Delete