18 December 2016

Movie Review: Your Name (Kimi no Na wa.) (2016)


"Treasure the experience. Dreams fade away after you wake up."

Sejak legenda Hayao Miyazaki memutuskan untuk pensiun tahun 2013 yang lalu industry perfilman animasi Jepang seperti mencoba mencari sosok yang dapat menjadi suksesor yang kelak mampu menyandang status seperti yang Miyazaki miliki. Sebenarnya itu bukan sesuatu yang sulit karena jika menilik dari segi storytelling serta artistic merit fans animasi Jepang sesungguhnya telah menemukan sosok yang capable di dalam diri Makoto Shinkai yang kembali membuktikan hal tersebut lewat karya terbarunya ini, sebuah fantasy romance film for teenage and adult audiences. Your Name (Kimi no Na wa): a Romeo & Juliet with beautiful magic.

Mitsuha Miyamizu (Mone Kamishiraishi) merupakan remaja high-school yang tinggal bersama dengan adiknya Yotsuha (Kanon Tani) serta nenek mereka Hitoha (Etsuko Ichihara) di Itomori, sebuah kota kecil di tepian danau. Bersama dengan dua teman baiknya, Katsuhiko Teshigawara (Ryo Narita) dan Sayaka Natori (Aoi YĆ«ki), Mitsuha punya mimpi untuk dapat tinggal di kota besar, dia bahkan berharap agar pada her next life ia dapat lahir sebagai seorang laki-laki yang tinggal di Tokyo, kondisi yang kini dialami oleh Taki Tachibana (Ryunosuke Kamiki), remaja short-tempered yang juga bekerja sebagai waitress di sebuah restoran Italia. Kehidupan mereka tampak normal hingga pada suatu pagi sebuah kejutan datang menghampiri Taki serta Mitsuha.

Taki yang short-tempered itu tiba-tiba menunjukkan sikap pemalu yang membuat dua teman baiknya merasa heran padanya, namun sikap tersebut justru berhasil mencuri perhatian rekan kerja Taki, Miki Okudera (Masami Nagasawa). Di sisi lain Mitsuha yang berperawakan tenang justru membuat berbagai kejadian aneh salah satunya ketika ia lupa pada hal sederhana seperti nama. Dua young-adult tersebut menyadari hal aneh yang sama-sama mereka rasakan itu bukan diakibatkan oleh sebuah mimpi, berbagai catatan menjadi koneksi di antara keduanya. Namun menariknya adalah perlahan mereka kemudian menyadari bahwa terdapat sesuatu yang lebih besar dan penting dari kejadian aneh yang mereka rasakan itu.  


Kembali menggunakan tema klasik romance seperti rindu dan perpisahan yang seolah telah menjadi signature andalannya itu di fitur film kelima miliknya ini Makoto Shinkai semakin meyakinkan para pecinta anime bahwa mereka perlahan telah menemukan sosok yang one day dapat meneruskan baton dari Hayao Miyazaki. Shinkai tidak mengubah pendekatan yang ia terapkan pada kisah yang sederhana namun “unik” ini, masih mencoba menyasar kaum remaja dan young adult kali ini ia menggunakan fantasi klasik yang kemudian dicampur bersama sebuah tragedi untuk pada akhirnya tiba pada garis finish yang seperti menjadi sebuah kombinasi dari berbagai makna cinta dan kasih sayang. 'Your Name' adalah sebuah kisah tentang cinta dengan materi yang terasa sentimental namun menariknya dikemas oleh Shinkai tanpa terasa terlalu sentimental, berawal dari dua young adult, dua lokasi, dua kondisi, lalu kembali berakhir dengan dua young adult.

Dan hal tadi hadir dengan cara elegant di dalam narasi yang terasa compelling dan juga playful. Terdapat rasa yang variatif di dalam 'Your Name' dan mereka hadir dengan direncanakan secara cermat dan terstruktur. Pada awalnya penonton bertemu dengan dua karakter utama yang masing-masing berhasil menghadirkan kondisi aneh di dalam kehidupan mereka yang tampak normal itu, mungkin selama setengah jam kita diajak menyaksikan dua remaja saling memperkenalkan dunia mereka baik itu dari orang-orang di sekitar mereka hingga clue pada something “magical” yang sedang terjadi di antara mereka. Aksi mischievous digunakan dengan sangat baik oleh Shinaki untuk membuat motif utama yang ia gunakan di dalam cerita, dengan cara yang simple namun fun mereka berhasil bersembunyi namun sukses untuk terus mengundang dan mengembangkan ketertarikan penonton pada something “wrong” yang terjadi di antara Taki dan juga Mitsuha. 


Berbagai aksi komikal hadir di bagian awal, dari embarrassments sederhana yang kerap mengandalkan seksualitas seperti payudara misalnya serta elemen komedi yang begitu renyah, Shinaki tahu bagian mana yang dapat ia dorong sedikit lebih jauh tanpa menciptakan kesan overdo yang terasa mengganggu. Rasa ingin tahu yang dimiliki oleh Mitsuha serta Taki selaras dengan rasa ingin tahu penonton pada apa yang terjadi di antara mereka, dan ketika hal tersebut telah tiba pada batas atau limit kemudian Shinaki hadirkan sebuah kejutan besar yang berhasil menciptakan punch yang terasa kuat. Dari meteor di bagian awal, kemudian mimpi yang hadir setelahnya, Shinaki kemudian mengejutkan penontonnya dengan sebuah revelation yang hadir sebelum setengah dari durasi total berlalu. Konsep fantasi yang digunakan di sini memang tidak terasa baru dan luarbiasa tapi cara Shinaki “mengisi” konsep tersebut yang kemudian membuat kisah cinta antara Mitsuha dan Taki ini menjadi terasa sangat mumpuni.

Berbagai aksi screwball di bagian awal ternyata memiliki alasan yang menarik, mereka digunakan dengan baik tidak hanya untuk membuat penonton tertarik pada karakter dan konflik namun juga membuat merasa peduli pada hasil akhir dari kisah cinta Taki dan Mitsuha. Dua sosok young adult itu secara efektif telah berhasil membuat penonton jatuh hati pada mereka dan di sisi lain juga membuat penonton merasa bahwa mereka merupakan dua individu yang akan padu jika menjadi satu. Dari sana secara implisit Shinaki menarik penonton untuk menjadi supporter bagi kisah cinta antara Taki dan Mitsuha. Terasa cukup ganjil memang jika sepenuhnya menyebut ini sebuah kisah cinta karena faktanya dua karakter kita seperti memiliki sebuah “dinding” yang memisahkan mereka. Tapi alasan mengapa 'Your Name' berhasil menjadi salah satu film romance yang terasa memorable adalah karena dengan keterbatasan itu ia justru berhasil menghantarkan kehangatan cinta dan kasih sayang kehadapan penontonnya. 


Di tangan Shinaki di sini cinta dan kasih sayang tidak hanya hadir lewat discovery saja namun juga lewat examination and exploration. Menariknya hal tersebut hadir dengan menggunakan cerita yang tidak pernah mencoba mendorong elemen romance untuk sepenuhnya mencuri spotlight, penonton justru dijaga agar tertarik pada bagaimana apa dampak dari “batas” yang memisahkan Taki dan Mitsuha itu terhadap hubungan mereka. Sebuah kejutan hadir dengan menggunakan meteor dan dari sana Shinaki seperti mencoba bermain tarik dan ulur tidak hanya dengan logika penonton pada sudut pandang mereka terhadap situasi yang dihadapi Mitsuha dan Taki saja namun juga dengan perasaan mereka. I wasn't expecting ‘Your Name’ yang terasa cheerful di bagian awal kemudian menyajikan sebuah drama yang terasa heart wrenching, mereka ternyata merupakan sebuah "calm berfore the storm". 'Your Name' perlahan switch menjadi sebuah upaya shaping makna cinta dan relationship dengan menggunakan tragedi dan batas yang tampak sulit untuk ditaklukkan.

Dapatkah Taki dan Mitsuha “mengatasi” takdir yang merintangi mereka?  Itu pertanyaan yang kemudian muncul di dalam pikiran penonton, ‘Your Name’ bergerak maju dan mundur dengan sembari mencoba mempermainkan pikiran kita pada kombinasi opsi yaitu antara reality and superstition serta possible dan impossible. Jika coba ditelusuri secara lebih detail apa yang Shinaki hadirkan di sini akan terasa kompleks dan rumit namun karena sejak awal dia tidak mencoba untuk menekankan kerumitan itu untuk menjadi bintang utama serta hanya menggunakan twilight sebagai “senjata” pamungkas terasa cukup mudah untuk tidak begitu mempermasalahkan berbagai pertanyaan seperti “bagaimana?” yang muncul dari cerita. Perlahan cerita bergerak bersama unsur science dan supernatural namun setelah membuat hal sederhana tampak rumit di paruh kedua Shinaki justru mencoba untuk membuat membuat hal yang rumit tetap terasa sederhana namun di sisi lain menghasilkan “echo” yang semakin kuat pada fokus utama yang coba ia tampilkan. 


Ya, konsep fantasi dengan menggunakan meteor, mimpi, serta batasan di antara dua karakter utama terasa sedikit “floating” di paruh kedua namun itu tidak terasa terlalu mengganggu dinamika kisah cinta di antara Taki dan juga Mitsuha. Hal tersebut semakin kuat karena visualisasi yang Shinaki hadirkan di dalam kisah cinta itu juga terasa mumpuni dengan highlight terletak pada bagaimana ia membentuk dan menjaga “mood” serta “feel” dari sisi romance untuk terus berkembang seperti balon yang sedang ditiup. Dan meledak di bagian akhir. Itu bukan sebuah pekerjaan yang mudah terlebih di sini Shinaki hadirkan dengan cara yang terasa subtle, sebuah eksperimen dengan rasa abstrak yang kental berisikan komedi dan berpadu bersama kisah coming-of-age yang terasa melancholy. Shinaki tidak hanya menghadirkan magic lewat cerita namun hal yang sama ia lakukan ketika memberikan penonton sebuah cinematic experience lewat animation yang thrilling, dari urban Tokyo, lakeside town, hingga momen dramatic, mereka terasa impresif dan compelling.

Penyebab mengapa Shinaki sering disebut sebagai “New Miyazaki” karena ia memiliki sentuhan pada elemen visual yang mudah mengingatkan penonton pada apa yang Miyazaki lakukan di film-filmnya. Shinaki mahir dalam menyajikan “something big” namun dengan detail yang juga tidak kalah manis di dalam visual, terasa light namun di balik setiap gerakan yang dilakukan karakter maupun beautiful landscapes itu terdapat sensibility dan spirituality yang mumpuni. Tidak heran apa yang terjadi di dalam cerita meskipun tampak sederhana namun terasa magical, dari halusinasi dan mimpi di awal hingga proses mencari di bagian akhir mereka Shinaki kemas dengan manis di sini, hal yang juga ia lakukan dengan baik pada meja editing termasuk dengan penempatan J-pop soundtrack yang terasa evokatif dan klik dengan baik bersama charm utama yang dimiliki oleh cerita. Segala sentuhan yang Shinaki berikan tadi semakin lengkap dengan kinerja dari voice cast yang sukses memberikan “nyawa” bagi masing-masing karakter yang mereka perankan. 


Overall, Your Name (Kimi no Na wa) adalah film yang memuaskan. Tentu terdapat alasan mengapa ‘Your Name’ sukses meraih box office records di negara asalnya Jepang karena ini sangat “rewatchable”, dari premis yang playful berhasil surprise and captivate para penontonnya dengan kisah cinta klasik a la Romeo and Juliet yang terasa engaging dan juga relatable dengan menggunakan fantasi sebagai jalan utamanya. Secara thematic ini cukup kompleks namun dengan bergerak back and forth sembari tetap menjaga semuanya terasa casual serta down to earth dengan segala youth innocent charm serta komedi yang terasa maksi di dalam porsi yang mini 'Your Name (Kimi no Na wa)' semakin membuktikan reputasi Makoto Shinkai sebagai "new animation king" asal negeri Jepang. It’ll make you smile and pleasantly lost in your mind.










1 comment :

  1. lupa nama dan berbagi catatan....karena tubuh mereka tertukar? *mirip novel coho :)

    ReplyDelete