06 September 2020

Movie Review: All Together Now (2020)


“Life is so much more complicated than you think, baby.”

Keberuntungan dan kemalangan seperti tali yang dipintal, tanpa kita sadari posisi mereka saling berdampingan dan seolah salng bergantian menjalankan “tugas” mereka pada masing-masing manusia. Eksistensi mereka membuat hidup terasa jauh lebih rumit ketimbang yang manusia pikirkan, dan tidak jarang mereka dapat membawa manusia ke dalam situasi yang berbahaya, bukan hanya merasa bahagia. Film ini mencoba bercerita tentang hal itu dengan cara yang sangat sederhana, lewat sebuah proses menemukan harapan di dalam kondisi dan situasi yang dipenuhi dengan kegelapan. ‘All Together Now (2020)’: a slow but steady understated drama.

Dikenal sebagai sosok riang yang sangat murah hati dan senang membantu orang lain di sekitarnya, siswi sekolah menengah atas bernama Amber Appleton (Auliʻi Cravalho) ternyata memiliki masalah yang sedang ia coba selesaikan. Pasca ditinggal oleh sang Ayah, Amber dan ibunya Becky (Justina Machado) yang berprofesi sebagai supir bus sekolah mengalami kesulitan dalam hal keuangan, mereka bahkan kini tidak memiliki rumah sebagai tempat tinggal. Sang Ibu sedang mencoba membujuk Amber untuk tinggal bersama kekasihnya, Oliver.

Namun pacar Becky yang bernama Oliver itu sudah sangat dibenci oleh sang anak. Di sisi lain Amber adalah sosok yang optimis dan ia percaya bahwa semua masalah pasti punya solusi, tidak heran ia giat menabung untuk dapat membantu Ibunya menyewa tempat tinggal. Namun ternyata hidup tidak sesederhana yang Amber pikirkan, ketika semuanya tampak mudah dan berjalan sesuai dengan yang ia rencanakan berbagai masalah kemudian datang menghampiri kehidupan Amber.
‘All Together Now’ tidak langsung berhasil mengikat atensi di bagian awal karena cerita yang diadaptasi dari novel “Sorta Like a Rockstar” karya Matthew Quick itu membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mencoba membentuk dan menata karakter dan konfik. Script yang ditulis oleh Sutradara Brett Haley bersama dengan Matthew Quick dan Marc Basch sendiri mengandung konflik yang juga tidak dapat dikatakan baru dan segar, begitupula dengan pendekatan yang coba diterapkan oleh Brett Haley di mana ia tidak mencoba menciptakan kerumitan dipenuhi dengan berbagai gesekan yang menguras emosi. Penonton ia coba pertemukan dengan slice of life drama dalam bentuk yang paling klasik dan paling umum.

Ya, paling umum, dan dari segi materi sendiri ‘All Together Now’ sebenarnya punya potensi besar untuk jatuh menjadi sebuah drama yang terlalu biasa. Tapi di tangan Brett Haley materi yang klasik dan umum, serta tidak terlalu spesial tersebut justru berhasil menelurkan pesona yang menarik untuk diikuti. Terutama pada karakter utamanya, yaitu Amber Appleton. Penggunaan waktu yang cukup besar di bagian awal itu tidak terasa sia-sia, penonton secara bertahap diajak oleh Brett Haley untuk mengenal sosok Amber, dari kondisi kesulitan ekonomi hingga tentu saja mimpi yang ia miliki. Dua hal tersebut yang kemudian menciptakan rintangan-rintangan yang menarik walaupun memang kualitasnya sama seperti materi tadi, tidak spesial.
Ada proses yang dibentuk dengan sabar di bagian awal film dan sukses membuat penonton tidak hanya sebatas merasa tertarik dengan Amber, tapi juga sukses menarik mereka untuk menaruh simpati dan mungkin empati pada kesulitan yang ia harus hadapi. Hal tersebut penting mengingat cara cerita diselesaikan adalah dengan mencoba “menjual” hasil dari perjuangan yang dilakukan oleh Amber dan karakter di sekitarnya. Momen ketika layar itu melakukan refresh atas instruksi Ty memiliki emosi yang cukup oke, berhasil menjadi puncak yang cukup manis terutama jika menilik point dan pesan yang terkandung di dalamnya, dari kesulitan dan rintangan, perjuangan, dan tentu saja pengharapan.

Alhasil ‘All Together Now’ terasa efektif dalam hal ini, terkait cara ia menyampaikan pesan yang dibawa dan kemudian meraih target yang ingin dicapai. Seandainya saja target yang dipasang dapat sedikit lebih “tinggi” bukan tidak mungkin ‘All Together Now’ dapat terasa lebih dari sekedar menjadi sebuah drama yang efektif. Ya, karena pesan yang ia coba sampaikan sendiri lebih ke arah untuk sekedar mengingatkan kepada para penontonnya bahwa selalu ada harapan di dalam setiap situasi sulit yang penuh rintangan, yang mana disampaikan dengan sangat baik. Tapi hal tersebut justru membuat karakter utama kita tidak berhasil mencapai potensi terbaik yang ia miliki untuk kemudian menjadi sosok heroine yang bukan tidak mungkin akan terasa lebih menginspirasi.
Ya, cukup disayangkan karena proses membentuk karakter dan cerita di bagian awal itu tumbuh secara perlahan menjadi sesuatu yang tampak menjanjikan, namun justru yang kemudian harus selepas titik tengah adalah narasi yang perlahan mulai mengendorkan lajunya. Amber sendiri merupakan karakter yang menarik buat saya, walaupun masalah yang harus ia hadapi terasa biasa saja namun Brett Haley mampu membentuk dirinya menjadi sosok yang tampak tangguh dan berhati mulia, apalagi ditunjang dengan kinerja akting yang mumpuni dari debut akting Auliʻi Cravalho di layar lebar. Tidak heran saya menantikan apa yang akan ia lakukan untuk menaklukkan rintangan yang ada di depannya.

Namun ternyata arahnya berbeda. Tidak salah memang tapi keputusan tersebut mengubur potensi yang sudah eksis dari awal, dan tidak heran ketika film ini berakhir saya tidak merasakan ada punch yang terasa sangat kuat dan membekas di ingatan. ‘All Together Now’ hanya sebatas menjadi sebuah alarm dan reminder yang terasa sederhana namun segar terkait bagaimana selalu ada harapan di balik semua kesulitan, sesuatu yang sebenarnya cukup oke di tengah situasi dunia yang sedang dipenuhi dengan kesulitan di tahun ini, lewat sikap pantang menyerah dan selalu optimis dari karakter Amber yang berhasil dipoles dengan baik oleh Brett Haley.
Overall, ‘All Together Now’ adalah film yang cukup memuaskan. Kisah dengan materi klasik ini tampak menjanjikan di bagian awal di mana ia secara perlahan menarik penonton dan sukses menempatkan mereka di samping karakter utamanya, Amber. Tapi ternyata target yang ingin dicapai tidak terlalu tinggi sehingga meskipun sukses mencapai target tersebut dengan cara yang baik dan menarik namun di sisi lain tidak meninggalkan sesuatu yang sangat kuat dan sangat berkesan kecuali scene “Feels Like Home” itu. Mengakomodasi debut akting Auliʻi Cravalho yang menarik, All Together Now berhasil menjadi sebuah slice of life drama yang efektif. Good one.




Take me, Im ready. Go slow, but go steady.
To a place that we can call our own.
I wanna know what feels like home







1 comment :

  1. “Hope is the thing with feathers. It's about finding hope, even in the darkest of times.”

    ReplyDelete