26 March 2020

Movie Review: Marriage Story (2019)


“You should've considered my happiness too.”

Jika di dalam sebuah hubungan sepasang kekasih memiliki karakter yang sama-sama “keras kepala” maka sangat mudah untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, yaitu timbulnya gesekan dan pertengkaran. Keduanya childish, keduanya egois, keduanya sama-sama tidak mau mengalah, jika hal-hal tersebut terus dipertahankan maka kedamaian akan sulit ditemukan di dalam hubungan tersebut. Atau mungkin bisa ditemukan, terus berlanjut hingga ke jenjang pernikahan hingga pada akhirnya bertemu dengan sebuah ledakan besar, yaitu perceraian. ‘Marriage Story’ : an intimate story about love and marriage. Beautiful.

Nicole Barber (Scarlett Johansson) merupakan seorang aktris terkenal ketika ia masih berusia remaja, namun kini ia merupakan istri dari seorang sutradara teater bernama Charlie Barber (Adam Driver). Nicole masih berkarir sebagai aktris namun kini di panggung teater, menjadi bintang utama pertunjukan yang disutradarai oleh suami tersebut serta diproduksi oleh theater company milik suaminya, yang notabene juga menjadi milik Nicole. Charlie sangat mencintai dunia teater, penghasilannya mayoritas diputar untuk mengelola perusahaan yang ia bangun untuk mewujudkan mimpinya.

Tinggal bersama suaminya di New York, Nicole pada dasarnya merupakan wanita asal Los Angeles, tidak heran ia langsung menerima tawaran membintangi pilot sebuah acara televisi di LA, keputusan yang seolah semakin mempermudah rencana berpisah yang telah ia bicarakan dengan Charlie, perpisahan secara baik-baik tanpa keterlibatan pengacara. Namun sesampainya di LA Nicole berubah pikiran, dengan bantuan pengacara Nora Fanshaw (Laura Dern), wanita yang merupakan ibu dari anak laki-laki bernama Henry Barber (Azhy Robertson) mengajukan gugatan cerai kepada suaminya.
Sutradara Noah Baumbach (Frances Ha, While We're Young, Mistress America) membawa rasa sakit yang akan timbul dari sebuah perceraian ke dalam media layar lebar dengan cara yang sangat cantik, memutar konflik bukan dengan konsep menemukan jawaban mutlak namun hadir layaknya sebuah panggung untuk diamati penonton yang merasa ikut terlibat di dalamnya. Tidak ada polesan yang terlalu mencolok di ‘Marriage Story’ dari karakter yang dipersenjatai dengan emosi yang tidak terlalu matang yang justru menusuk hati hingga cerita sendiri yang menjaga konflik agar tetap terasa low-profile sehingga terasa authentic. Jalan yang digunakan adalah sistem hokum dari sebuah proses perceraian dan dari sana Baumbach menghadirkan berbagai macam arti atau makna dari pernikahan itu sendiri.

‘Marriage Story’ adalah sebuah kisah tentang cinta dan pernikahan yang sederhana namun terasa tajam dan intim, kombinasi dari sulitnya proses perceraian dan juga sulitnya sebuah hubungan pernikahan itu sendiri. Setup di awal sangat membantu, bagaimana dua karakter utama kita pada dasarnya sepakat untuk berpisah secara damai dan simple, namun ketika mereka bertemu dengan sistem hukum yang rumit di situ pula gejolak emosi yang sedari awal sudah mengganggu pikiran mereka berkembang semakin besar dan merusak. Emosi tadi ditata oleh Noah Baumbach agar bertambah secara bertahap, mereka terakumulasi dengan cantik bersama selipan komedi, dan ketika sudah berada di puncak hadir ledakan besar dengan intensitas yang menawan.
Ya, meskipun hanya berkutat di antara Nicole dan Charlie namun cerita dari kisah yang memilukan ini sebenarnya memiliki banyak isu dan menariknya tidak pernah disajikan secara terburu-buru oleh Noah Baumbach. Hasilnya, kesan real dari kehidupan dua karakter utama terasa kuat sejak bagian awal pembuka di mana karakter saling menceritakan apa yang mereka suka dari pasangannya, bagian yang sangat efektif membangun pesona dari kisah cinta mereka. Ada daya tarik yang kuat di sana, tapi di sisi lain kita juga dapat merasakan gesekan yang selama ini mungkin telah terjadi. Tidak heran ketika mereka konseling bersama ada efek kejut yang besar karena bagian pembuka yang dengan cepat membuat penonton merasa bersimpati dengan pasangan tersebut.

Pertarungan sengit di antara Nicole dan Charlie adalah bukti pentingnya sikap saling memberi perhatian satu sama lain, mengutarakan isi hati melalui perkataan lisan tidak hanya sebatas tulisan yang mungkin bisa tidak terbaca. Charlie yang banyak pemberani dan banyak aturan punya mimpinya sendiri, sama halnya dengan Nicole, pendengar yang baik dan punya kemampuan untuk membuat orang lain merasa nyaman dengannya. Noah Baumbach cerdik dalam memainkan dramatisasi emosi. Ia tidak menempatkan salah satu karakter utama dalam posisi yang salah dan yang satu dalam posisi benar. Nicole dan Charlie adalah dua orang dewasa yang pada dasarnya sama-sama melakukan kesalahan di dalam kisah cinta mereka ini sehingga pernikahan tersebut pada akhirnya harus dipertaruhkan.
Perdebatan Nicole dan Charlie sukses membuat penonton untuk tidak memihak salah satu di antara mereka. Nicole punya alasan dan argument, begitupula dengan Charlie, dan keduanya terus menggunakan itu untuk saling “mengalahkan” satu sama lain. Itu adalah penggambaran manis dari pentingnya komunikasi dan keterbukaan perasaan satu sama lain di dalam sebuah hubungan. Segala macam bentuk "perbedaan" kita terhadap pasangan memang harus diceritakan kepada pasangan kita tersebut, dari rasa tidak suka, kurang setuju, mereka bersifat penting karena jika suatu saat satu pihak merasa apa yang dilakukannya di dalam hidupnya adalah "salah" maka akan sangat mudah untuk hadir rasa “gagal” dan muncul keinginan untuk berpisah.

‘Marriage Story’ adalah penggambaran manis tentang hal itu, karena pernikahan adalah ketika dua insan memutuskan untuk menjadi satu dan melangkah sebagai satu tim. Harus ada kesamaan visi dan misi di dalamnya, membuat kesepakatan yang tidak hanya berlandaskan materi dan juga anak, namun juga berlandaskan bahwa mereka sepakat untuk terus hidup bahagia bersama selamanya. Itu kunci penting sebuah pernikahan, layaknya air yang akan memadamkan api pertengkaran hasil dari perdebatan dan perbedaan yang mungkin nantinya akan datang ke dalam kehidupan mereka, layaknya kaki yang dengan sadar akan menginjak pedal rem dan memutuskan untuk mengalah agar pada akhirnya mereka berdua yang akan menang.
Meskipun mengusung kisah tentang betapa jelek dan jahatnya dampak dari sebuah perceraian namun Noah Baumbach merangkul konflik perceraian itu dengan cara yang pintar. Penyesalan tentu menjadi salah satu fokus menarik dan itu terbentuk lewat proses di mana Charlie dan Nicole justru menunjukkan rasa peduli terhadap satu sama lain. Pria membutuhkan wanita, dan wanita juga membutuhkan pria, itu diekplorasi dengan baik ditemani score manis dari Randy Newman, eksistensi dari ikatan emosi positif yang tersimpan di balik berbagai gejolak penuh kebencian itu. Tidak heran penonton terus berempati karena dua karakter utama diperlakukan layaknya manusia oleh Noah Baumbach, bukan karakter fiksi, mereka punya masalah besar namun kita juga merasa bahwa mereka dua insan yang dulu pernah tergila-gila satu sama lain.

Pencapaian tersebut tidak lepas dari kinerja para aktor dan aktris dalam menyuntikkan nyawa ke dalam karakter mereka masing-masing. Supporting cast terasa impresif, paling menonjol ada Julie Hagerty, Ray Liotta dan Alan Alda, sedangkan Laura Dern  (Wild, Little Women) membuat karakternya sukses menjadi pengacara yang memiliki kemampuan untuk memeluk serta “menggigit” sama baiknya. Dua pemeran utama punya chemistry dan dinamika yang brilliant, dan secara individual mereka menawan. Scarlett Johansson (Don Jon, Chef, Hail, Caesar!, Jojo Rabbit) menghadirkan sebuah kinerja akting yang sangat memorable, ia memainkan sangat baik sisi rentan yang dimiliki Nicole sembari menunjukkan pesona seorang ibu. Sama baiknya seperti permainan ekspresi dari Scarlett, Adam Driver (Star Wars: The Force Awakens, Paterson, Silence) juga berhasil membuat Charlie menjaid seorang pria yang perlahan menuju sebuah ledakan besar, gejolak batin dari seorang ayah yang berada di posisi “buntu” juga ia tampilkan dengan sangat baik. And yes, can someone call Adam Driver for a musical? That singing sequence is so deep.
Overall, ‘Marriage Story’ adalah film yang sangat memuaskan. Ini adalah sebuah penggambaran cantik tentang cinta dan pernikahan, ditulis, diarahkan, dan diperankan dengan sangat baik untuk membawa penonton mengamati proses perceraian pasangan suami istri yang dipenuhi dengan dramatisasi emosi yang cantik dan tertata rapi. Ditampilkan secara sederhana dan dikemas dengan cermat sehingga terasa authentic, ‘Marriage Story’ dengan manis berhasil menggabungkan kekuatan cinta dengan fungsi dari komunikasi dari keterbukaan di dalam sebuah hubungan asmara, memberikan penonton sebuah experience yang terasa intim dan tajam mengamati presentasi dari arti paling dasar dari sebuah pernikahan itu sendiri, yaitu ketika dua menjadi satu. Such a beautiful story about love and marriage.







1 comment :

  1. "I didn't ever really come alive for myself. I was just feeding his aliveness." - Nicole Barber

    ReplyDelete