05 August 2016

Review: Right Now, Wrong Then (2015)


Manipulasi merupakan salah satu bagian penting dari cinema, bagaimana filmmaker membentuk, memoles, menyatukan, memecah, hingga menyatukan kembali materi agar dapat mengakomodasi misi yang ingin ia capai. Di karya terbarunya 'Right Now, Wrong Then (Jigeumeun-matgo-geuttaeneun-tteullida)' Hong Sang-soo mencoba memanipulasi penonton dengan cara yang sederhana namun meninggalkan kesan yang tidak sederhana, mengajak kamu bermain dengan formula back and repeat, bagaimana jika kamu memiliki kemampuan untuk kembali melakukan apa yang pernah kamu lakukan sembari memperbaiki hal-hal yang pernah kamu “eksekusi” secara kurang tepat.

Babak pertama: Ham Chun-su (Jung Jae-young) merupakan sutradara art-film yang datang ke Suwon untuk menghadiri screening salah satu filmnya. Di sana ia bertemu dengan Yoon Hee-jung (Kim Min-hee), wanita muda, seorang pelukis pemula. Karena tiba satu hari lebih awal Chun-su punya free time dan itu isi bersama Hee-jung, dari awal yang canggung hingga minum soju, berkunjung ke studio Hee-jung, dan bersama pergi makan sushi, usaha Chun-su untuk segera meraih hati Hee-jung gagal ketika ia mengungkapkan sebuah fakta. Babak kedua: Ham Chun-su mencoba meraih hati Yoon Hee-jung namun kini dengan “sentuhan” yang berbeda. 


Saya bukan hardcore fans dari Hong Sang-soo, dari empat film terbarunya saya menyukai 'In Another Country' dan 'Hill of Freedom' sementara itu 'Nobody's Daughter Haewon' dan 'Our Sunhi' terasa biasa. Tapi di balik grafik naik dan turun tersebut ada satu hal yang selalu menarik dinanti dari karya terbaru Hong Sang-soo: sama seperti Woody Allen, dengan formula dan tema klasik andalannya apa "kejutan" terbaru yang kembali ia ciptakan? Di karya terbarunya ini Hong Sang-soo masih berada di zona aman dan nyaman milikinya, masih dengan tema “human relationships” dan tentu saja soju yang menjadi andalannya, tapi yang mengejutkan adalah "impact" yang dihasilkan kisah tradisional a la Hong Sang-soo ini terasa segar dan padat. Sebuah studi karakter di mana dua karakter secara bertahap mulai saling suka satu sama lain ‘Right Now, Wrong Then’ merupakan sebuah drama yang terasa stretched dari luar tapi terasa padat di dalam. 


Hal terbaik dari ‘Right Now, Wrong Then’ tentu saja format yang digunakan oleh Hong Sang-soo. Seperti cermin, babak pertama kita melihat Ham Chun-su mencoba menarik perhatian Hee-jung yang di sisi lain kita bisa rasakan juga suka pada Chun-su, sebuah hangout dari yang awalnya canggung hingga kesan natural tumbuh semakin besar, bermain dengan soju sementara kamera membawa kita mengamati mereka dalam visualisasi yang tidak mencoba tampak terlalu dipoles. Long takes, ‘Right Now, Wrong Then’ mampu membuat penonton penasaran pada apa yang akan terjadi pada karakter walaupun yang mereka lakukan hanya berbincang. Penyebabnya karena ini seperti menyaksikan manusia di dalam layar, Chun-su dan Hee-jung bermain dengan hal-hal “normal” dari itu yang baik hingga yang buruk. Hong Sang-soo juga berhasil memanipulasi romance dengan baik, terasa cerdik, cukup tajam, tapi juga lucu.


Tapi ketika penasaran terus berjalan, boom, kita berpisah dengan karakter, dan di situ akhir babak pertama. Menariknya adalah kita dibawa untuk kembali ke titik awal dengan setting dan "isi" yang serupa tapi tak sama. Peristiwa yang terjadi di antara Chun-su dan Hee-jung kini disusun ulang, mereka mencoba memperbaiki kesalahan yang mereka lakukan di babak pertama, seperti Chun-su yang di babak pertama mabuk kini mulai terkendali dengan nada bicara yang lebih lembut, Chun-su yang “dingin” kini menjadi lebih terbuka dan terasa lebih tulus. Hong Sang-soo cerdik dalam memainkan narasi repetitif itu, dengan rasa offbeat ia buat kita penasaran di babak pertama lalu kemudian memberi alternative version di babak kedua dengan “getaran” yang sama baiknya. In the end ‘Right Now, Wrong Then’ menjadi sebuah cermin di mana kita membandingkan dua bagian, babak pertama sebagai pondasi dan di babak kedua bertemu dengan persepsi baru dengan tingkat objektifitas yang lebih tinggi terhadap materi. 


Itu yang membuat ‘Right Now, Wrong Then’ terasa menarik, sebuah potret perilaku manusia yang tampak sederhana tapi memiliki insight dan sensitifitas yang tidak sederhana. Hanya membandingkan dua babak, trial and error, sebuah refleksi, terkadang memiliki suspense yang oke, dengan outcome yang manis. Selain dibantu kinerja yang memikat dari Kim Min-hee (The Handmaiden) dan Jung Jae-young (a subtle performance) serta pemeran pendukung lainnya saya juga suka cara yang digunakan oleh Hong Sang-soo dalam memberikan sentuhan yang berbeda di masing-masing babak. Dari di bagian cerita serta elemen teknis seperti sinematografi dari angles dan zoom, tidak frontal tapi perbedaan pada komposisi dan detail berhasil membuat perbedaan terutama pada feel yang terasa seimbang, seperti adegan terkait rokok itu misalnya. 


Hong Sang-soo sudah pernah melakukan formula repetitif ini di ‘The Day He Arrives'  tapi saya lebih suka hasil akhir ‘Right Now, Wrong Then’ yang terasa lebih padat. Dua perspektif yang dieksplorasi dengan konsisten menarik di masing-masing bagian, menciptakan tragedi untuk mengamati “kerapuhan” bersama witty comedy dengan tone serius tapi santai, ‘Right Now, Wrong Then’ merupakan sebuah kisah tentang moral yang terasa menyenangkan, sebuah drama yang simple tapi padat berkat eksekusi yang percaya diri ketika berbicara tentang truth yang terdapat di dalam human relationship. Rasa ragu dan ketidakpastian, kontrol hingga mengambil risiko ketika menentukan pilihan, ‘Right Now, Wrong Then’ menampilkan dengan baik bahwa dua kunci penting dalam human relationship adalah honesty and sincerity. Segmented.













4 comments :

  1. Dan setelah film ini hoo sang soo selingkuh sama kim min hee. Segmented.

    ReplyDelete
  2. Hampir tiap jam sy ngecek blog ini. Nunggu banf rory nulis review Suicide Squid. Semoga sama dengan saya. Nilai maksimal 6

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh. Hehe. Sudah di set di jam 22:00. Score saya untuk SS lebih tinggi. :)

      Delete