26 July 2015

Review: Irrational Man (2015)


Apakah Woody Allen sudah lelah? Ketika Clint Eastwood di usianya yang ke 85 tahun masih mampu memberikan kita kekacauan di medan tempur yang menarik pada American Sniper, Allen justru tampak mulai terjebak dalam kejenuhan di sektor ide sebagai dampak dari upaya yang ia lakukan untuk menelurkan film setiap tahun. Harus diakui memang ketika karya Allen berhasil “bekerja”, maka hasilnya tidak pernah terasa setengah matang, selalu kuat, tapi saat yang terjadi sebaliknya, seperti yang terjadi pada Irrational Man, maka yang tersisa bagi penonton hanyalah sebuah senyuman pahit.

Abe Lucas (Joaquin Phoenix) merupakan seorang professor yang mengajar filsafat pada sebuah perguruan tinggi di lokasi yang terpencil, pria dengan kepribadian cenderung cengeng yang sedang berada dalam krisis. Namun suatu ketika Abe kembali menemukan semangat dalam hidupnya ketika ia merasa tertarik pada seorang mahasiswa cantik bernama Jill Pollard (Emma Stone), yang saat itu sedang memiliki masalah dengan pacarnya, Roy (Jamie Blackley). Tapi meskipun merasa senang memiliki hubungan dengan Jill anehnya Abe tidak berniat membawa hubungan tersebut melangkah lebih jauh, dan memilih sahabatnya yang juga sedang tidak stabil, Rita Richards (Parker Posey). 



Saya pernah mengatakan pada review Magic in the Moonlight dimana pada film itu Woody Allen terkesan kesulitan dalam menggabungkan dua materi sehingga penceritaan yang ia tampilkan membuat penonton seperti melayang-layang menggunakan pelampung diatas danau yang tenang. Nah, seperti itu pula Irrational Man tapi celakanya ia memberikan potensi yang lebih besar bagi penonton untuk merasa iritasi atau terganggu. Konsepnya tidak buruk dan ide utamanya cukup oke seperti ingin membuat kamu bertemu dengan teka-teki tentang moral, tapi daya tarik Irrational Man hanya mampu berjalan sampai disana, setelah itu hadir eksekusi lemah yang membuat ini sebagai film tidak memorable terbaru dari seorang Woody Allen.



Masalah utama dari Irrational Man adalah ketika ia bergerak dengan tenang penonton justru diberikan cerita dengan transisi yang terasa kasar. Menarik untuk menyaksikan seorang pria yang sedang berada dalam krisis terlebih karakter itu diperankan oleh Joaquin Phoenix yang handal di “arena” tersebut, tapi ketimbang membawa kamu masuk dan menelisik lebih dalam dengan segala hal-hal filsafat yang ia gunakan Woody Allen justru banyak menahan eksplorasi pada cerita dan karakter sehingga kita dibuat menunggu bersama alur yang kaku dan, well, terasa palsu, cerita yang tidak berkembang berisikan dialog-dialog kaku, mencoba menyampaikan banyak tema favorit Woody Allen yang pada akhirnya saling bertabrakan.



Memang Irrational Man beberapa tikungan yang oke, tapi dengan alur yang cenderung datar sulit untuk menampik ini adalah sebuah hiburan yang kurang impresif. Dari komedi lalu menuju materi yang lebih gelap, lalu kembali lagi, dan begitu seterusnya, bukan sesuatu yang salah jika diterapkan dalam komposisi yang oke. Disini tidak, perasaan yang penonton rasakan seperti perasaan yang dimiliki oleh Abe, pria yang hampir “mati” dalam kehidupannya karena dipenuhi rasa bosan. Campur aduk, seandainya Irrational Man hanya diberikan satu isu tunggal untuk berdiri di pusat yang kemudian di bentuk dengan kuat, ini bisa saja berakhir seperti Blue Jasmine, karena dari segi kualitas Joaquin Phoenix dan Emma Stone memberikan kinerja yang tidak buruk.



Dengan kualitas materi dan arahan yang tidak begitu memikat penampilan dari Emma Stone dan Joaquin Phoenix terbilang oke, seperti misalnya mereka mampu memberikan penonton sedikit emosi kedalam dialog-dialog kaku itu. Begitupula dengan Parker Posey yang menjadikan kondisi tidak stabil dari Rita Richards tampak menarik. Ya, walaupun tidak sangat buruk tapi hasil akhir yang diberikan oleh Irrational Man cukup mengecewakan terlebih jika kamu merupakan penonton yang di awal menaruh ekspektasi cukup tingginya padanya. Irrational Man terasa seperti Magic di Moonlight dengan daya hibur setingkat lebih rendah, petualangan tenang dan tidak dalam yang akhirnya akan mudah memperoleh image sebagai sebuah omong kosong. Segmented.







2 comments :

  1. horeeee...... kak @riringina ngereview lagi 😍 please kak....update trs 😭🙏 apalagi bentar lagi award season dan pertarungan oscar tahun depan super sengit dan byk film2 keren yg rilis....*thanks before

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, saya inginnya juga begitu, tapi karena sejak akhir april beberapa kali rorypnm sempat tidak berada di kendali kami saya jadi enggan untuk publish post. Semoga bulan depan bisa normal lagi. Thanks ya Kate. :)

      Delete