18 December 2014

Movie Review: Patema Inverted (2013)


Konsep positif dan negatif yang dibawa oleh film ini juga memberikan dampak positif dan negatif pada hiburan yang ia hasilkan, ide liar yang akan langsung mengingatkan anda pada film Upside Down itu berhasil diterjemahkan kedalam visual yang mampu mempermainkan imajinasi penontonnya, sayangnya kehebatan yang ia ciptakan di sektor tersebut ternyata tidak membawanya berakhir di posisi tertinggi potensi yang ia miliki. Patema Inverted (Sakasama no Patema), bold, beautiful, and a bit banal animation.

Seorang anak perempuan bernama Patema (Yukiyo Fujii) memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar pada kota bawah tanah tempat ia tinggal, mencoba mengeksplorasi setiap sudut yang dapat ia raih yang bahkan harus memaksanya terdampar masuk kedalam sebuah zona terlarang. Suatu ketika Patema bertemu sosok misterius yang menggunakan topeng dengan mata merah yang bersinar, mungkin terasa biasa namun yang menjadikan Patema terkejut adalah sosok tersebut berjalan di langit-langit. Celakanya usaha melarikan diri yang Patema lakukan justru membawanya masuk kedalam kegelapan dan menuju dunia lain. 

Dunia yang baru itu berada dalam posisi yang terbalik dari dunia yang selama ini menjadi tempat tinggal Patema, kondisi yang disebabkan oleh permasalahan pada gravitasi yang terjadi ketika sebuah kecelakaan besar yang pernah terjadi. Disana Patema bertemu dengan seorang anak laki-laki bernama Age (Nobuhiko Okamoto), seorang pelajar yang tidak merasa aneh dengan kondisi Patema karena ia telah paham dengan fakta perbedaan gravitasi tadi. Yang menjadi masalah adalah mereka kini harus menjadi sasaran pencarian pemerintah karena melanggar aturan yang berlaku sembari berupaya untuk menemukan jalan bagi Patema kembali ke rumahnya.


Salah satu tugas paling penting dari film fantasy seperti ini adalah mampu atau tidak ia sejak awal menarik, meraih, dan kemudian mencengkeram atensi penonton pada imajinasi yang coba ia gambarkan, dan film ini berhasil melakukan hal tersebut. Konsep magnet atau yang lebih sederhana konsep terbalik berhasil digunakan dengan baik oleh Yasuhiro Yoshiura terutama pada sisi visual, diawal kita hanya berkenalan dengan Patema bersama segala rasa ingin tahunya yang besar itu, kemudian setelah masalah muncul baru kita berkenalan dengan dunia lain tersebut. Mungkin memang tidak memberikan petualangan sebebas dan sama energik dengan Castle in the Sky milik Hayao Miyazaki namun Yasuhiro Yoshiura berhasil membentuk sistem atas dan bawah yang dibawanya itu bukan hanya dengan eksekusi yang berani namun juga indah.

Ya, indah, saya suka dengan penggunaan berbagai bangunan yang detail pada sisi desain, penggunaan view latar yang cermat, serta permainan sudut gambar yang terbilang pintar. Yasuhiro Yoshiura berhasil membangun bukan hanya satu namun dua dunia dengan komposisi yang menarik, ketika karakter berada didalam ruangan penonton dapat merasakan tekanan yang sedang terjadi didalam cerita namun ketika semua berpindah keluar ruangan kita mendapatkan kebebasan penuh kelegaan bersama tone warna yang lembut dan manis itu. Kekuatan yang cukup besar pada pusat cerita itu tadi yang dapat dikatakan menjadi penyelamat film ini dari jurang kehancuran, kita seperti terombang-ambing dalam permainan perspektif yang ia terapkan karena disisi lain sesunguhnya narasi tidak memberikan sesuatu yang benar-benar memuaskan jika menilik potensi yang ia miliki sejak awal.


Dengan konsep awal tadi sesungguhnya film ini memiliki banyak ruang yang dapat ia gunakan untuk bermain-main, namun sayangnya yang terjadi justru sebaliknya. Kecermatan dalam eksekusi visual hadir dalam kualitas yang sedikit lebih rendah pada presentasi cerita, di awal ia lucu dan sangat menarik, ketika mereka bertemu rasa penasaran juga semakin besar, namun setelah itu ternyata aksi mencari jalan keluar bagi Patema itu menjadi terasa kurang berwarna. Cukup sering terasa monoton, memang masih ada hal-hal lucu yang sesekali cukup berhasil menjadi pendamping yang mumpuni namun dari sisi drama Patema Inverted tidak terasa standout, terasa terlalu stabil malah. Rasa takut karakter, permainan politik, hingga kisah cinta remaja, masalah muncul ketika tidak ada satu dari mereka yang benar-benar berhasil mencuri spot utama pada atensi penonton, menjadi pusat dimana kemudian isu kecil lain bermain-main disekitarnya.

Mengapa itu menjadi masalah? Karena inti dari film ini sendiri pada dasarnya merupakan sebuah perjuangan dari dua karakter utama untuk menyelamatkan diri sehingga intimitas penonton pada karakter menjadi sesuatu yang sangat penting. Patema Inverted kurang dalam hal ini, seperti ada yang hilang dari hubungan dua karakter utama dan kemudian berimbas pada ketertarikan kita terhadap eksistensi dan perjuangan yang mereka lakukan, dan itu cukup disayangkan mengingat panorama yang indah dengan perputaran gambar yang menarik tadi juga faktanya tidak tampil sangat spektakuler sehingga ia tidak mampu melakukan contohnya seperti apa yang visual dari Gravity lakukan untuk sedikit menutupi hasil dari cerita yang tidak standout, kurang mampu menggunakan berbagai unsur ilmiah misalnya untuk menjadikan cerita lebih berwarna.


Overall, Patema Inverted (Sakasama no Patema) adalah film yang cukup memuaskan. Kekurangan yang ia miliki dari penjelasan tadi faktanya memiliki power yang bergantung pada perspektif penontonnya, ia menghasilkan dampak yang cukup siginifikan pada saya namun mungkin akan terasa nol bagi penonton lain. Jika anda mampu memaafkan minus tadi sejak ia pertama kali hadir maka ini akan menjadi sebuah animasi imajinatif yang akan terus membawa anda merasa tertarikn dan senang hingga akhir, keindahan visual yang memikat meskipun memang memiliki narasi dan alur cerita yang terasa sedikit canggung atau kikuk. Good enough.








2 comments :

  1. Ceritanya kok mirip sama film Upside Down yang main Kirsten Dunst sama Jim Sturgess, siapa nyontek siapa ya? :?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngak saling contek kok, hanya sama di ide awal saja. :)

      Delete