21 June 2014

Review: Under the Skin (2014)


Setiap penonton pasti punya persepsi yang berbeda, dan bagi saya menonton film itu adalah hiburan dimana kita datang, duduk, kemudian terjebak dalam cerita, dan pulang dengan rasa kesal atau gembira. Sederhana, tidak penting dia memakai konsep menemukan jawaban dari pertanyaan atau justru meninggalkan pertanyaan itu dengan pertanyaan baru lainnya, karena yang terakhir tadi justru lebih sering membekas di hati. Contohnya? Holy Motors, seni eksperimental yang abstrak serta berdiri di antara art house dan mainstream, love it or hate it. Under the Skin juga begitu, hipnotis yang manis. 

Dalam wujud wanita muda dengan rupa femme fatale, sesosok alien (Scarlett Johansson) yang jarang berbicara mulai berpetualang di alam terbuka Skotlandia melakukan sebuah aksi yang unik. Dia menghabiskan waktu secara selektif mencari dan kemudian merayu para pria lajang, menikmati mereka, kemudian membunuh mereka, aksi yang ia lakukan dibawa pantauan alien lain dalam wujud lelaki pengendara sepeda motor. Namun ketika ia ketemu pria dengan cacat neurofibromatosis, alien itu mulai merasa sensasi dan efek yang menganggunya. 

Under the Skin ini membuat tuntutan yang sangat besar sebenarnya untuk calon penonton, mereka harus sedang didalam kondisi yang baik dengan mood atau suasana hati yang sangat segar, lalu rela untuk tidak memberikan perlawanan besar dan siap untuk bersikap sabar karena mereka akan dihipnotis kedalam sebuah dunia yang bermain-main dengan misteri dan petunjuk ambigu. Keindahan visual yang stylish dikelilingi setting sunyi, dengan mantera yang kuat Jonathan Glazer berhasil membentuk cerita yang terinspirasi dari novel karya Michel Faber itu jadi satu petualangan aneh dan abstrak yang menyenangkan. 

Hal diawal tadi itu penting banget, karena Under the Skin dengan berani memilih hanya mengandalkan bagaimana penonton terombang-ambing bersama Scarlett Johansson yang kebanyakan mengandalkan ekspresi wajah dan gerak tubuh untuk mempertahankan sisi daya tarik misteri cerita. Under the Skin menarik karena setelah terjebak rasa penasaran kita itu perlahan akan semakin besar ketika cerita sendiri berjalan dengan lambat, mondar-mandir tampak seolah membuang-buang waktu tapi asyiknya tidak membosankan kelas ekstrim sih karena ada petunjuk atau clue yang satu per satu masuk kedalam penonton dan membuat kita mulai melakukan intepretasi liar dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak kalah liar juga. 

Itu dia yang kenapa Under the Skin menarik, Jonathan Glazer melakukan apa yang Leos Carax lakukan di Holy Motors, tidak mau sampai detail hanya sebatas merangsang pikiran penontonnya dengan petualangan random dan abstrak yang murni cuma berputar-putar pada satu pertanyaan utama: being a human. Membingungkan, bahkan kadang-kadang punya thrill menegangkan dengan sedikit sentuhan horror yang cukup menakutkan, dengan percaya diri memberikan kombinasi antara narasi, gambar, dan suara yang berpadu dengan baik untuk merekayasa hal sederhana menjadi petualangan tentang manusia yang bijaksana dan mampu membuat penonton sesekali menahan nafas mereka. 

Ini sangat jelas segmented, tapi mereka yang termasuk dalam penonton yang menjadi sasaran dari Jonathan Glazer akan memperoleh salah satu hal mengasyikkan (dalam level tinggi) dari menonton film: sensasi. Abstrak, eksperimental, ambigu, moody, hauntinghypnotic, statis dan sering berlama-lama serta mondar-mandir, Under the Skin akan memanjakan mata tapi juga membuat pikiran penonton yang sejak awal sudah terbuka untuk ikut pula sibuk terombang-ambing mencari makna yang sebenarnya sederhana, menjadi manusia. Dan itu semua belum menghitung penampilan Scarlett Johansson, yang berlawanan dengan Samantha,pasif dan kekurangan empati dan emosi tapi dengan tatapan mata konsisten menenggelamkan penontonnya didalam cerita. Manis.  






7 comments :

  1. film konyol...
    tetapi kutonton sampai selesai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Film konyol? -_-
      Reviewnya udah panjang lebar ngebahas kelebihan2 film ini loh..
      malah dibilang konyol.. -_-

      Delete
    2. Jangan begitu ah. Coba lihat lagi kalimat paling pertama di review. :)

      Delete
    3. Konyol.....?! Tapi ada scene yg musti diputar ulang/pause :D

      Delete
    4. review beyond of black rainbow dong :))

      Delete
  2. Aku nonton under the skin dan bingung banget, ini film tentang apa... akhirnya aku nyasar di sini, baca review sambil nonton.. aslii, musiknya lebih horor dari backsound film horor yg dibarengin teriak2 histeris.. bikin mikir abis nih film

    ReplyDelete