31 December 2013

Movie Review: Saving Mr. Banks (2013)


"You don't know what she means to me." 

Tidak dapat dipungkiri pasti ada memori kelam dari masa lalu yang masih sangat sulit untuk anda lupakan, kebanyakan dari mereka berasal dari benda-benda kenangan yang masih menyimpan makna dari peristiwa tersebut. Bagaimana cara keluar dari problema tersebut? Saving Mr. Banks coba menggambarkan situasi tersebut, kisah yang bercerita dengan sangat tenang, namun punya salah satu performa paling kuat di tahun ini.     

She’s annoying, perfectionist, dan ingin semua orang mengikuti aturan main yang ia miliki. Namun dibalik sikap tersebut P.L. Travers (Emma Thompson) merupakan sosok yang mengagumkan. Salah satu karyanya, Mary Poppins, bahkan sudah berulang kali coba diadaptasi oleh salah satu sosok paling dikagumi di era 1960-an, Walt Disney (Tom Hanks). Walt terus berupaya untuk mewujudkan hal tersebut yang juga merupakan salah satu janji yang pernah ia berikan kepada anak-anaknya 20 tahun sebelumnya. 

Momen tepat itu hadir, ketika P.L. Travers hampir bangkrut dan mulai mempertimbangkan penawaran Walt. Ia terbang langsung dari London menuju Los Angeles untuk ikut ambil bagian dalam proses penerjemahan novel miliknya kedalam film, semua dilakukan dalam kondisi dimana persetujuan final yang belum disepakati. Namun masalah demi masalah mulai hadir, dari naskah, model karakter, bahkan lagu, semua ternyata berasal dari konflik batin Travers yang kembali terjebak dalam memori kelam dari arti sesungguhnya dibalik Mary Poppins.


Terdapat tiga warna cerita pada Saving Mr. Banks: biography, drama, comedy, dan ketiganya sukses menghasilkan sebuah kombinasi yang menawan. Ya, menawan, kita sudah tahu bahwa ini adalah upaya dari Walt Disney Studios untuk menghadirkan perjuangan dari pendiri mereka selama dua dekade terkait Mary Poppins, namun nafas tersebut tidak begitu kental yang kemudian menyebabkan kisah ini bergerak dengan sangat ringan. Diawal komedi memegang kendali utama, memang sedikit aneh namun selalu ada senyuman dibalik aksi annoying yang ditampilkan oleh Emma Thompson, sebuah kecermatan yang sangat baik dari John Lee Hancock dalam menciptakan konstruksi dari proses yang akan ia hadirkan.

Saving Mr. Banks berisikan proses yang menarik, upaya utama tadi tidak dijadikan fokus yang selalu mencuri perhatian, namun disisi lain secara halus penonton kemudian mulai diajak untuk menelusuri perjalanan hidup dari sosok lain dibalik Mary Poppins, masuk kedalam kenangan masa lalu yang dimainkan oleh Colin Farrell, Ruth Wilson, dan Annie Rose Buckley, bermain bersama tekanan serta konflik batin yang dihasilkan kekacauan hidup. Ya, ada dua kisah yang menciptakan alur maju mundur dengan sinkronisasi yang memikat, proses nostalgia dari masa lalu yang bahkan banyak membantu pergerakan, daya tarik, serta kualitas emosional dari cerita utama.

Yap, Saving Mr. Banks sangat terbantu oleh eksekusi yang mumpuni, karena cerita yang ditulis oleh Kelly Marcel dan Sue Smith sesungguhnya tidak begitu kokoh akibat bertumpu pada sosok Walt, serta pergerakan mondar-mandir yang sangat riskan. Memang sangat suka dengan cara mereka menyelipkan point-point penting terlebih dengan cara John Lee Hancock membentuk bagian dimana cerita mulai mengurai jawaban,  begitupula cara mereka melakukan mix antara terang dan gelap sehingga ada irama yang walaupun tidak megah namun terus mampu mencuri perhatian. Namun perlahan kelemahan sektor cerita memberikan dampak minus yang implisit.

Kehilangan nafas dibagian tengah, itu yang dialami oleh Saving Mr. Banks. Iramanya memang baik, namun tidak dengan dinamika cerita, sedikit datar. Hal tersebut merupakan dampak dari keputusan John Lee Hancock yang seperti hanya ingin fokus pada tema luas pada tujuan utama mereka ketimbang mencoba menggali sedikit saja lebih dalam tanpa harus mellow. Akhirnya potensi untuk menjadi sebuah drama yang kuat harus sirna dan hanya tampil tenang sepanjang cerita. Tentu saja masih memikat, namun perjuangan Disney terasa biasa, begitupula dengan trauma yang masih melekat pada P. L. Travers. Itu pula mengapa performance dari  Emma Thompson dan Tom Hanks terasa sangat kuat.

Mungkin tidak akan berlebihan jika mengatakan bahwa Saving Mr. Banks selamat dari jurang kehancuran karena penampilan memukau dari Emma Thompson. Emma sukses menampilkan semua karakteristik yang ia miliki dalam level yang kuat, dari annoying, pekerja keras, keras kepala, cerdas, hingga temperamental. Begitupula dengan aksi dari Tom Hanks, yang dengan aman sukses menghidupkan kembali sosok Walt Disney lewat penampilan yang kokoh. Yang sedikit mencuri perhatian adalah keberhasilan pemeran sekunder mencuri atensi, dari kombinasi Colin Farrell dan Annie Rose Buckley, trio Bradley Whitford, Jason Schwartzman dan BJ Novak. Paul Giamatti dan Rachel Griffiths juga sukses menjadi scene stealer.    


Overall, Saving Mr. Banks adalah film yang memuaskan. Ini memang solid, rapi, dan sukses mencapai tujuan utama yang diusung sejak awal, tapi sayangnya terasa kurang megah akibat keputusannya untuk berjalan dengan cara yang terlalu aman dan terlalu tenang. Namun dibalik itu Saving Mr. Banks punya salah satu performa paling memikat tahun ini pada sosok Emma Thompson.



3 comments :

  1. min boleh mnta emailnya gak?? mw tanya2 nih :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan, pnmrory@gmail.com.
      Selain advertisment akan coba saya balas. :)

      Delete