04 September 2013

Movie Review: The Internship (2013)


Apakah anda pernah berpikir bahwa Tuhan memasukkan anda kedalam dunia tanpa membekali anda satu kemampuan sama sekali? Syukurlah jika jawabnya adalah tidak, karena semua individu penghuni bumi yang berjumlah tujuh milyar lebih itu pasti punya kemampuan ataupun keahlian. Sumber dari semua masalah yang ada sebenarnya apakah skill yang mereka miliki dipergunakan dengan tepat? The Internship, cukup menghibur, bukti dari prinsip manajemen untuk meraih kesuksesan, the right man in the right place.

Sammy Boscoe (John Goodman) bisa dikatakan sebagai malaikat penyelamat bagi Billy McMahon (Vince Vaughn) dan Nick Campbell (Owen Wilson), dua karyawan yang bekerja untuknya sebagai salesmen jam tangan. Billy dan Nick dipecat, meninggalkan rasa bingung pada dua sahabat ini karena selain kemampuan untuk menawarkan barang dagangan mereka tidak punya kemampuan lain yang mumpuni. Nick memilih untuk bekerja di toko milik saudara iparnya, Kevin (Will Ferrell), namun Billy ternyata punya misi yang jauh lebih besar, bekerja di Google.

Keberuntungan menghampiri mereka, rekaman interview yang tidak lazim ternyata menarik perhatian Mr. Chetty (Aasif Mandvi), dan memberikan mereka kesempatan untuk mengikuti kegiatan magang. Sayangnya, alih-alih bergabung dengan kelompok menjanjikan seperti yang dilakukan Graham Hawtrey (Max Minghella), Billy dan Nick harus bekerja sama dengan sesama anggota buangan, Neha (Tiya Sircar), Stuart (Dylan O'Brien), Yo-Yo (Tobit Raphael), dibawah komando Lyle (Josh Brener), mengikuti kompetisi dan berjuang agar tidak menjadi bagian 95% calon yang akan gagal.


Tidak dapat dipungkiri bahwa daya tarik The Internship sebenarnya terletak pada dua pemeran utama, Vince Vaughn dan Owen Wilson, yang kemudian dibantu dengan nama Google dibelakangnya. Ya, mari mengacaukan Google, itu yang pertama terlintas dipikiran saya. Namun sayangnya itu terjadi, alih-alih memasukkan dua karakter useless kedalam sebuah perusahaan besar untuk membuat kerusuhan menyenangkan, The Internship justru lebih terlihat sebagai media bagi Google untuk show-off, kemegahan dan sistem yang mereka punya, dan ditutupi dengan menggunakan beberapa pesan kecil dengan inti yang sebenarnya sama, jangan menyerah, dan teruslah bermimpi.

Lantas bagaimana dengan mereka yang sejak awal sudah mengharapkan sebuah petualangan gila dan sedikit vulgar seperti Wedding Crashers? Urungkan niat anda, The Internship jauh dari jalur untuk mengarah kesana. Ini adalah film yang predictable, berisikan banyak formula klasik, dari kesalahan kecil yang menghancurkan, from zero to hero, dan injury time moment. Memang masih ada sebuah perjuangan yang menyenangkan, dengan beberapa sub-plot yang cukup manis, salah satunya kisah asmara yang melibatkan seorang eksekutif bernama Dana (Rose Byrne). Potensinya juga ada, bahkan menurut saya premis yang ia miliki cukup menarik, sayangnya semua lemah ketika masuk ke tahapan eksekusi.

The Internship terlalu sering mencoba untuk tampil pintar. Script yang ditulis oleh Vince Vaughn dan Jared Stern banyak mengandung materi yang dengan mudah dan seketika mematikan momentum pergerakan cerita, terutama pada dialog-dialog panjang yang tidak mampu mempertahankan tensi agar terus stabil dan menarik. Hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi, karena alur cerita yang ia miliki saja sebenarnya sejak awal sudah monoton, dan tampak bingung akan bergerak kemana lagi (Quidditch? Seriously? LOL). Begitupula dengan materi yang ia gunakan untuk menjabarkan dua inti tadi, tidak dirawat dengan baik oleh Shawn Levy, diberikan kekuatan yang sama besarnya, dan menghasilkan pergerakan plot yang sedikit liar, memang tidak mengganggu, namun menghambat elemen yang menjadi jualan utamanya untuk bekerja.


Ya, komedi, harapan utama para penonton. Berhasilkah? 50:50. Saya suka pada cara Shawn Levy membentuk pola dasar bagi unsur komedi, menempatkan tingkatan senior dan junior di barisan terdepan, di isi dengan beberapa kebodohan dalam teknologi. Sayangnya itu hanya sampai di pola, karena ketika dibentuk ia lebih dominan tampil dengan wajah yang klise, beberapa pengulangan yang mengganggu dan merusak situasi lucu yang sudah tercipta. Tidak tahu apakah Levy kehabisan idea atau justru kurang berani, yang pasti keputusan itu tidak memberikan efek positif pada cerita, apalagi ia banyak menghadirkan joke serta humor dengan materi yang mengakibatkan penonton mengalami kesulitan dalam memahami maksud yang ia punya.

The Internship sebenarnya bisa saja menjadi sebuah film yang menyenangkan, andai saja ia rela untuk mengecilkan atau bahkan membuang beberapa bagian kurang penting yang membuat sesak durasinya yang panjang itu (119 menit), dan mengurangi fokus pada upaya untuk menyampaikan pesan-pesan penuh motivasi yang banyak diantaranya justru hanya sekedar lewat. Yap, The Internship seperti terbebani oleh konsep dan pesan yang ingin mereka sampaikan, mencoba menginspirasi namun dilain sisi juga mencoba untuk tampil lucu, punya porsi yang seimbang, hasilnya ketika masing-masing dari mereka hanya mampu bekerja setengah, maka kombinasi hasil akhir film ini ya hanya setengah.

Bagaimana dengan kinerja Vaughn dan Wilson? Jelas tidak ada kecanggungan yang tampak dari hubungan bromance yang mereka jalin, namun Vaughn dan Wilson mendapatkan materi yang sepertinya begitu ketat, tidak memberikan kebebasan yang lebih besar kepada mereka untuk tampil lepas. Max Minghella berhasil menjadikan karakternya menarik diawal, namun tidak mampu menghadirkan sisi hitam yang jauh lebih besar. Scene stealer menjadi milik Rose Byrne, sedangkan mind stealer menjadi milik Josh Gad, yang sepanjang film menjadikan saya berusaha mengingat di film apa ia pernah tampil (ah, tidak penting).


Overall, The Internship adalah film yang kurang memuaskan. Jika ekspektasi anda pada petualangan Vaughn dan Wilson ini cukup tinggi, maka bersiaplah kecewa, karena komedi yang menjadi jualan utamanya harus berbagi sama besar dengan misi lain yang dibawa film ini. Kurang total, kurang inovatif, dengan cerita stereotype yang cenderung monoton serta karakter yang tidak berkembang. Lucu? Cukup. Membosankan? Cukup. Forgettable.



2 comments :

  1. Film ini bagus buat memotivasi mahasiswa Indonesia sekarang..... Hehe gw harap bisa kerja di perusahaan google kaya mereka :D haha. Visit my univ in www.ipb.ac.id

    ReplyDelete