24 February 2022

Movie Review: Uncharted (2022)

“They're not gone. They're just lost.”

Video games dan cinema, sebuah hubungan yang selama ini tampak menarik serta potensial untuk menghasilkan keuntungan tapi hasil akhirnya lebih sering membuat penonton umum frustasi. Cukup banyak film yang mencoba mengadaptasi template video games ke layar lebar namun di antara mereka jumlah yang sukses berakhir di level oke terasa minim dan kerap mengecewakan seperti nama besar beberapa tahun terakhir: Monster Hunter, Mortal Kombat, dan Resident Evil: Welcome to Raccoon City. Meskipun memang dibanding film berbasis video games rilisan beberapa tahun sebelumnya kualitas mereka cenderung semakin positif, Sonic the Hedgehog dan Detective Pikachu terasa oke, dan tahun lalu ada Werewolves Within. Film ini di kelas yang mana? ‘Uncharted’: much ado about nothing.


Tumbuh besar sebagai yatim piatu, Nathan Drake (Tom Holland) bekerja sebagai seorang bartender di sebuah bar di kota New York, sudah 15 tahun ditinggal oleh saudaranya sosok dengan nama panggilan Nate itu gemar “mencuri” dari klien kaya tanpa pernah tertangkap. Tapi keterampilan Nate itu tidak luput dari pengamatan Victor Sullivan (Mark Wahlberg), seorang pemburu keberuntungan yang sebelumnya ternyata pernah bekerja sama dengan saudaranya Nate, Sam (Rudy Pankow). Sully ingin agar Nate membantunya menemukan harta karun berupa emas yang nilainya sangat fantastis, yakni lima miliar dolar. Emas itu milik Ferdinand Magellan, telah hilang selama 500 tahun.

Sebagai imbalan Sully menjanjikan bahwa ia dapat membantu Nate untuk bertemu kembali dengan saudaranya yang hilang itu. Mereka mendapat bantuan dari Chloe Frazer (Sophia Ali), seorang pemburu harta karun licik yang membuat Sully meragu. Tapi pemasalahan mereka tidak hanya itu karena ternyata ada pihak lain yang juga sedang mencoba menemukan kembali harta karun emas tersebut. Namanya adalah Santiago Moncada (Antonio Banderas) yang bersama Jo Braddock (Tati Gabrielle), anteknya, berhasrat untuk mendapatkan kembali emas yang ternyata dulu berhasil Ferdinand Magellan temukan berkat bantuan biaya dari nenek moyang Moncada.

Pengalaman di paragraf pertama tadi yang kemudian membuat ekspektasi saya pada film ini tidak begitu tinggi, tapi itu belum seberapa jika dibandingkan fakta bahwa ide untuk mengadaptasi video games berjudul sama itu telah lahir satu tahun sejak ‘Uncharted: Drake's Fortune’ rilis tahun 2007 silam. Sebagai penggagas ide memang Avi Arad masih duduk di bangku Produser tapi terjadi perputaran yang kuantitasnya cukup sering di tim bawahannya, script pernah ditulis oleh David O. Russell sebelum akhirnya lebih sering dibangun ulang oleh beberapa penulis lain ketimbang sampai di garis finish, sedangkan Dan Trachtenberg, Shawn Levy, dan Travis Knight sempat mengisi bangku Sutradara dan keluar sebelum film mulai diproduksi. Development hell dan itu bukan sebuah pertanda yang baik.


Bukan berarti otomatis jelek memang tapi aksi maju-mundur dan tambal-sulam itu kerap diasosiasikan sebagai pertanda negatif dalam proses produksi film, doomed from the start. But serving as a prequel to the games ‘Uncharted’ tergolong mampu memanfaatkan keuntungan status tersebut, yakni memulai dari awal sehingga punya peluang yang lebih besar dalam menarik penonton di luar existing fans, penonton yang mungkin tidak terlalu memusingkan kaitan film ini dengan video games yang menjadi sumber utamanya, dan menilai ini sebagai sebuah sajian petualangan klasik. Dan sepertinya itu strategi yang coba diterapkan Ruben Fleischer saat membentuk script yang ditulis oleh Rafe Lee Judkins, Art Marcum, dan Matt Holloway, mencoba untuk tidak terlalu terbebani untuk memindahkan permainan itu ke dalam layar.

Tanpa tekanan karena tidak terikat dengan kontinuitas video games membuat Ruben Fleischer dan tim jadi lebih fokus dalam membentuk spirit action-adventure. Film ini saya coba nikmati sebagai casual audiences karena saya tidak begitu lengket dengan video games-nya, dan di awal ada vibe action-adventure yang menjanjikan layaknya Jake Kasdan's ‘Jumanji’ dan juga ‘Jungle Cruise’, ringan dan santai dengan beberapa selipan slapstick humor menemani petualangan. Dan tentu action yang diberi porsi tergolong besar, sebuah kegilaan yang sukses tampil stand out dalam mendukung skenario gila yang telah direncanakan. Lebih condong terasa over-the-top memang tapi berbagai ledakan yang disajikan tidak buruk dalam mencampur momen di video games dengan sesuatu yang baru tapi familiar dengan sumbernya.


Contohnya seperti momen kereta dan the plane crash hingga sarung pistol ikonik Nate, mereka mampu menjadi fan service yang oke dan ditunjang juga dengan visual yang menarik. Ruben Fleischer mendorong sebuah classic adventure di sini layaknya Indiana Jones, tapi sayangnya tanpa personality and identity yang terasa kuat dan memikat. Kita memang bertemu dengan bromance yang terasa dinamis, beberapa selipan seperti kisah cinta yang cheesy juga menjadi penyemarak yang tidak buruk, namun kisah yang sudah terasa predictable sejak awal itu kurang oke menampilkan taruhan yang menarik di dalam cerita dan harus diselesaikan karakter. Bukankah itu yang membuat video games-nya terasa menyenangkan? Hal itu kualitasnya terasa kurang mumpuni di sini, dari konflik, taruhannya, serta atmosfir perburuan.

Itu mengapa saya kecewa dengan film ini karena sebagai casual audiences sekalipun dan hanya menaruh ekspektasi akan sebuah sajian action-adventure yang standard, film ini tetap kurang berhasil. Sebuah kuil misterius di tempat terpencil harusnya mampu menciptakan treasure hunter dengan feel yang menarik, 'Uncharted' terasa lemah di sana, teka-teki rumit kurang mampu untuk konsisten mengikat atensi dan membuat excitement penontonnya bertambah semakin besar secara bertahap. It gets boring quickly, perjuangan Nate dan Sully itu justru tampak seperti hiruk pikuk yang kikuk, a lot of fuss about something which is not important di mana Nate dan Sully tease each other demi menciptakan kesan buddy movie yang sayang punya kualitas medioker pula, sama seperti villain yang pesonanya terasa kurang menarik.


Tapi tidak semua keputusan Ruben Fleischer dan timnya kurang berhasil, ada yang cukup sukses salah satunya memilih Tom Holland sebagai pemeran utama. Pemeran Spider-Man itu memang terasa kurang “mirip” dengan Nate di versi video games tapi strategi untuk mendorong Nate sebagai petualang yang pemberani dan juga likeable berhasil tercapai. Sedangkan Mark Wahlberg cukup oke membentuk Sully sebagai seorang mentor yang terus fokus pada mangsanya. Chemistry mereka adalah salah satu kejutan di sini, tidak luar biasa tapi cukup menarik untuk diikuti, output yang tentu akan memuaskan para petinggi Sony karena dari segi komersial kini mereka punya satu lagi mesin pencetak uang potensial. Sebuah strategi yang oke, menarik penonton di luar basis penggemar sembari mencetak keuntungan finansial.

Overall, ‘Uncharted’ adalah film yang kurang memuaskan. Hubungan antara video games dan cinema yang kurang harmonis selama ini ternyata menambah satu lagi film ke dalam keluarga mereka lewat film ini. Di awal senang rasanya Sutradara dan Screenwriter beserta tim produksi mencoba mendorong ini sebagai sebuah action-adventure “normal” meski di sisi lain tetap memberikan beberapa fan service dengan action dan karakter yang not bad. Sayangnya ini tidak mampu menciptakan treasure hunter dengan pesona yang menarik dan konsisten mengikat atensi serta membuat excitement penonton semakin besar. Alhasil tanpa personality and identity yang terasa kuat dan memikat, 'Uncharted' berakhir sebagai hiruk pikuk yang kikuk, a much ado about nothing. Segmented.





1 comment :

  1. “It's the biggest treasure that's never been found.”

    ReplyDelete